Meriam Puntung, Saksi Bisu Gagalnya Sultan Aceh Mempermaisuri Putri Hijau

Kamis, 02 Maret 2023 - 05:15 WIB
loading...
Meriam Puntung, Saksi Bisu Gagalnya Sultan Aceh Mempermaisuri Putri Hijau
Kondisi dalam Istana Maimun. Foto: Istimewa
A A A
Meriam Puntung merupakan peninggalan sejarah penaklukan Kerajaan Timur Raya atau Kerajaan Deli Lama oleh Kerajaan Aceh. Meriam itu, kini tersimpan di Istana Maimun, Jalan Brigjend Katamso, No 66, Sumatera Utara.

Sesuai dengan namanya, puntung dalam bahasa setempat berarti putus. Meriam Puntung adalah meriam yang telah terbelah menjadi tiga bagian. Satu bagian berada di Istana Maimun, satu lagi di Desa Sukanalu, dataran tinggi Karo dan satu yang terakhir berada di Deli Serdang. Meriam puntung sangat dikeramatkan oleh warga sekitar.

Demikian, Cerita Pagi akan mengulas secara singkat Meriam Puntung, cerita rakyat, dan sejarah yang ada di baliknya.


Dimulai dari Istana Maimun. Istana yang berada di tepi Sungai Deli ini, dibangun pada 26 Agustus 1888, bersamaan dengan masa kejayaan Kesultanan Deli di bawah masa pemerintahan Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah.

Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah merupakan Sultan Deli IX. Nama Istana Maimun diambil dari Tengku Siti Maimunah, permaisuri Sultan Deli IX. Design istana ini dikerjakan oleh Ferrari, seorang arsitek dari Italia. Sedang pembangunan istana itu, dilakukan oleh Kapten Thomas Van Erp dari ZENI KNIL dengan biaya 100.000 Florin.

Saat ini, Istana Maimun masih dihuni oleh 25 kepala keluarga yang masih merupakan sanak kerabat Sultan Deli.

Dalam penelusuran riwayat Kartu Pos, Arini Tathagati menceritakan sekilas Meriam Puntung tersebut. Dikatakan, bahwa meriam ini terkait dengan legenda Putri Hijau, yang merupakan bagian dari penaklukan Kerajaan Deli Lama.



Saat itu, Kerajaan Timur Raya atau Deli Lama, dipimpin oleh seorang raja yang memiliki seorang putri cantik, bernama Putri Hijau. Dia juga memiliki dua orang putra yang bernama Bambang Yazid dan Mambang Khazali.

"Suatu hari, Sultan Aceh datang untuk meminang Putri Hijau sebagai permaisuri. Namun, pinangan ini ditolak oleh kedua putra raja. Karena merasa dihina, Sultan Aceh menyatakan perang dengan Kerajaan Timur Raya," tulis Arini.

Dalam peperangan itu, pasukan Sultan Aceh ternyata lebih unggul dari prajurit Kerajaan Timur Raya. Merasa terdesak, Mambang Yazid menjelma menjadi ular naga. Sedangkan Mambang Khazali menjadi sepucuk meriam. Dari Mambang Khazali inilah, riwayat Meriam Puntung pecah menjadi tiga bagian dan tersebar ke tiga daerah.

Sementara itu, menurut cerita rakyat Sumatera, dikisahkan bahwa Putri Hijau terkenal karena kecantikannya. Dia disebut Putri Hijau, karena selalu memancarkan cahaya hijau. Bahkan telah dianggap sebagai penjelmaan dewa.



Berbeda dengan cerita sebelumnya, penyebab Sultan Aceh menyerang Kerajaan Timur Raya, bukan karena ditolak oleh dua abangnya. Tetapi karena Putri Hijau yang menolak lamaran Sultan Mukhayat Syah. Merasa terhina lamarannya ditolak, Sultan Aceh menyatakan perang dan menyerang Kerajaan Timur Raya.

Dalam peperangan itu, disebutkan banyak prajurit Aceh yang tewas. Akhirnya, Perdana Menteri Aceh membuat muslihat untuk mengalahkan Kerajaan Timur Raya. Tipu muslihat itu adalah menembak uang ringgit ke arah musuh.

Saat melihat uang ringgit, ternyata banyak prajurit Kerajaan Timur Raya yang silau. Sehingga, tanpa sadar mereka menghancurkan pertahanan perang mereka dengan menebangi rumpun bambu yang rapat saat perang.

Akibat tipu muslihat itu, benteng pertahanan Kerajaan Timur Raya runtuh. Merasa terdesak, Mambang Khazali atau Khayali mengubah dirinya menjadi meriam. Karena tembakan yang bertubi-tubi ini, meriam Mambang Khazali terpecah menjadi dua. Kepala meriamnya terpental ke Aceh, dan bagian belakangnya tetap di Deli.



Peperangan pun akhirnya dimenangkan Sultan Aceh. Putri Hijau akhirnya ditahan dan diboyong ke Kerajaan Aceh. Namun, dalam perjalanan kapal yang mereka tumpangi diserang oleh ular naga Mambang Yazid.

Akhirnya, Sultan Aceh pun tidak pernah bisa mendapatkan Putri Hijau sebagai permaisurinya. Kisah ini, masih terjaga dari mulut ke mulut dan merupakan legenda rakyat. Sampai di sini Cerita Pagi diakhiri, semoga bermanfaat.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2114 seconds (0.1#10.140)