Riwayat Penari Taledek dan Hobi Priyayi Jawa Mengumbar Birahi

Senin, 27 Februari 2023 - 17:38 WIB
loading...
A A A
Sementara sebagian besar penikmat tarian taledek adalah golongan priyayi, meski ada juga masyarakat biasa, yakni terutama yang memiliki simpanan uang lebih.

Kesenangan menikmati tarian taledek atau ronggeng dikalangan priyayi dinilai sebagai bentuk gaya hidup yang hedonis.

Hal umum yang menguatkan sudut pandang negatif kolonial Belanda terhadap penari taledek atau ronggeng adalah pemandangan yang terjadi di atas panggung.



Utamanya saat laki-laki tengah melakukan aksi saweran. Dengan gerakan liar diiringi tawa genit, lembaran uang sawer diselipkan ke dalam kemben atau kain penutup dada si penari taledek.

“Saat itu si pria bisa memegang bagian dada perempuan (penari taledek) dengan jari-jarinya," paparnya.

Besaran uang yang disawerkan dipengaruhi status sosial. Semakin tinggi status sosial si laki-laki maka uang yang disawerkan sembari menggerayang dada penari taledek, akan semakin besar.

Begitu juga sebaliknya dengan si penari taledek. Semakin rupawan paras dan tubuhnya, uang saweran yang diterima akan semakin banyak. Kolonial Belanda sangat memperhatikan hal ini.



Agar tidak berlebihan menghamburkan uang untuk penari taledek yang bahkan sampai berakibat bangkrutnya ekonomi seorang priyayi, sampai-sampai muncul kritikan di masyarakat terkait besaran uang saweran.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3253 seconds (0.1#10.140)