Ribuan Ekor Ikan Mati Mendadak di Danau Ranau Oku Selatan

Selasa, 21 Februari 2023 - 23:59 WIB
loading...
Ribuan Ekor Ikan Mati Mendadak di Danau Ranau Oku Selatan
Ribuan ekor ikan mati mendadak di Danau Ranau Oku Selatan, peristiwa itu merupakan imbas fenomena alam yang dikenal warga dengan istilah Bentilehan. Foto: istimewa
A A A
OKU SELATAN - Ribuan ekor ikan di Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, mendadak mati dan terapung dalam beberapa hari terakhir. Hal ini disebabkan fenomena alam atau yang sering disebut warga sekitar dengan istilah Bentilehan.

Kepala Dinas Perikanan OKU Selatan, Farida mengatakan, fenomena Bentilehan merupakan gejala alam naiknya asam belerang dari permukaan danau yang semakin hari terus meluas.

"Saat ini wilayah sebarannya sudah mencapai kawasan Desa di Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah hingga ke Kecamatan Warkuk Ranau Selatan," ujar Farida, Selasa (21/2/2023).



Menurut Farida, meluapnya air danau yang mengandung asam belerang berdampak pada ikan mujair dan nila yang berada pada keramba budi daya masyarakat di sekitar Kota Batu, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan.

"Banyaknya ikan budi daya yang mati, khususnya kerambah apung di sekitar kawasan Pantai Lama Kota Batu, berdampak pada petani yang merugi," ungkapnya.



Farida mengungkapkan bahwa fenomena Bentilehan tidak bisa diprediksi dan memang terjadi tiap 3 atau 5 tahun sekali, sehingga petani harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musibah tersebut.

"UPTD kita sudah turun meninjau sekaligus melakukan pendataan dampak ikan keracunan air danau yang mengandung belerang," ujarnya.



Pantauan di lapangan, ratusan warga tampak berbondong-bondong datang ke Danau Ranau untuk menangkap berbagai jenis ikan seperti mujair, sebarau, hingga ikan mas.

Warga setempat, Ardani mengaku, jika ikan yang didapatkannya untuk dikonsumsi sendiri dan juga dijual kepada warga. Ikan-ikan tersebut harus dijual cepat atau segera diolah agar tidak membusuk.

"Melimpahnya bebagai jenis ikan ini membuat harga pasaran anjlok dan kini dijual Rp10 ribu-Rp15 ribu per kg. Kami menangkap pakai jaring dan peralatan seadanya," tandasnya.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1913 seconds (0.1#10.140)