Penyiksaan Romusha Bikin Darah Shodanco Soeprijadi Mendidih dan Meletuskan Pemberontakan saat Valentine
loading...
A
A
A
Dari informasi yang berkembang di masyarakat, diyakini Soeprijadi memang pernah singgah di lokasi pohon beringin itu berada. Namun sifatnya hanya mampir, tidak sampai menginap berhari-hari. Soeprijadi juga disebut gemar bermiditasi di atas karang yang berlokasi di Pantai Serang.
Jauh sebelum memimpin pemberontakan PETA, Shodanco Seoprijadi sudah lama tidak mempercayai Jepang. Sejak mengikuti pelatihan Beppan di Tangerang, dan berlanjut pelatihan calon perwira PETA di Bogor (1944), dia sudah memperlihatkan ketidakpercayaanya kepada Jepang.
Zulkifli Lubis, teman dekat sekaligus rekan seangkatan Supriyadi yang kelak dianugerahi gelar Bapak Intelijen Indonesia menangkap isyarat ketidaksukaan itu. "Ketika kami berada di Bogor, ia (Seoprijadi) sering mengatakan: 'kita tidak dapat mempercayai Jepang'," kata Zulkifli Lubis seperti yang ditulis David Jenkins dalam buku "Soeharto di Bawah Militer Jepang".
Seoprijadi satu angkatan dengan Zulkifli Lubis, Daan Mogot, Kemal Idris, dan Sudirman yang kelak menjadi Panglima Besar TNI. Soeharto yang bekas tentara KNIL juga ikut dalam pelatihan angkatan kedua itu. Pada pelatihan angkatan pertama yang berlangsung dua bulan (1943) ia sudah pernah ikut. Namun Soeharto yang kelak menjadi Presiden ke-2 Indonesia, kembali ikut.
Selama empat bulan di Bogor, Jepang menggembleng para calon perwira PETA dengan keras. Jepang menonjolkan tiga karakter utama, yakni ketangguhan, semangat juang, dan ketrampilan taktik dalam kesatuan kecil infanteri.
Perwira Jepang Letnan Satu Tsuchiya Kiso di akhir latihan membuat peringkat kemampuan peserta didiknya. Seoprijadi bukan lulusan terbaik. Begitu juga dengan Soeharto maupun Sudirman. Lulusan terbaik disandang Zulfikli Lubis yang sejak pelatihan di Tangerang, sudah memperlihatkan kecakapannya.
"Dengan mudah Lubis (Zulkifli Lubis) meraih nomor satu, dan nomor dua adalah Daan Mogot. Mereka berada di peringkat atas berkat kemampuanya. Mereka ini hampir seperti perwira Jepang," demikian yang tertulis dalam "Soeharto di Bawah Militer Jepang".
Teman-teman Seoprijadi selama menjalani pelatihan calon perwira PETA, melihat sosok Seoprijadi sebagai pemuda penyendiri sekaligus eksentrik. Sifat serta tabiat tersebut diketahui terlihat sejak Seoprijadi masih sekolah.
Seoprijadi kerap melakukan sesuatu yang kontroversial. Ia biasa berenang sendiri di laut selatan yang terkenal berbahaya. Saat berenang Seoprijadi sengaja mengenakan celana pendek warna hijau.
Jauh sebelum memimpin pemberontakan PETA, Shodanco Seoprijadi sudah lama tidak mempercayai Jepang. Sejak mengikuti pelatihan Beppan di Tangerang, dan berlanjut pelatihan calon perwira PETA di Bogor (1944), dia sudah memperlihatkan ketidakpercayaanya kepada Jepang.
Zulkifli Lubis, teman dekat sekaligus rekan seangkatan Supriyadi yang kelak dianugerahi gelar Bapak Intelijen Indonesia menangkap isyarat ketidaksukaan itu. "Ketika kami berada di Bogor, ia (Seoprijadi) sering mengatakan: 'kita tidak dapat mempercayai Jepang'," kata Zulkifli Lubis seperti yang ditulis David Jenkins dalam buku "Soeharto di Bawah Militer Jepang".
Seoprijadi satu angkatan dengan Zulkifli Lubis, Daan Mogot, Kemal Idris, dan Sudirman yang kelak menjadi Panglima Besar TNI. Soeharto yang bekas tentara KNIL juga ikut dalam pelatihan angkatan kedua itu. Pada pelatihan angkatan pertama yang berlangsung dua bulan (1943) ia sudah pernah ikut. Namun Soeharto yang kelak menjadi Presiden ke-2 Indonesia, kembali ikut.
Selama empat bulan di Bogor, Jepang menggembleng para calon perwira PETA dengan keras. Jepang menonjolkan tiga karakter utama, yakni ketangguhan, semangat juang, dan ketrampilan taktik dalam kesatuan kecil infanteri.
Perwira Jepang Letnan Satu Tsuchiya Kiso di akhir latihan membuat peringkat kemampuan peserta didiknya. Seoprijadi bukan lulusan terbaik. Begitu juga dengan Soeharto maupun Sudirman. Lulusan terbaik disandang Zulfikli Lubis yang sejak pelatihan di Tangerang, sudah memperlihatkan kecakapannya.
"Dengan mudah Lubis (Zulkifli Lubis) meraih nomor satu, dan nomor dua adalah Daan Mogot. Mereka berada di peringkat atas berkat kemampuanya. Mereka ini hampir seperti perwira Jepang," demikian yang tertulis dalam "Soeharto di Bawah Militer Jepang".
Teman-teman Seoprijadi selama menjalani pelatihan calon perwira PETA, melihat sosok Seoprijadi sebagai pemuda penyendiri sekaligus eksentrik. Sifat serta tabiat tersebut diketahui terlihat sejak Seoprijadi masih sekolah.
Seoprijadi kerap melakukan sesuatu yang kontroversial. Ia biasa berenang sendiri di laut selatan yang terkenal berbahaya. Saat berenang Seoprijadi sengaja mengenakan celana pendek warna hijau.