Penyiksaan Romusha Bikin Darah Shodanco Soeprijadi Mendidih dan Meletuskan Pemberontakan saat Valentine
loading...
A
A
A
Pemuda dan pemudi dengan penuh semangat, berdiri berjajar di pesisir Pantai Serang. Para pemuda dan pemudi dari Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar tersebut, dengan khusyuk memanjatkan doa, lalu dengan langkah tegap mulai melangkahkan kaki menyusuri jalan desa.
Mereka berjalan penuh semangat, menuju Kota Blitar, yang jaraknya sekitar 42 km. Jarak yang begitu membentang tak membuat nyali mereka surut. Dari pagi saat matahari baru saja terbit, mereka berjalan kaki hingga metahari itu terbenam di barat.
Hujan deras membasahi tubuh mereka, namun tak juga membuat langkah mereka surut dan semangatnya luntur. Di antara para pemuda dan pemudi Desa Serang tersebut, nampak Kepala Desa (Kades) Serang, Dwi Handoko berjalan di barisan depan.
Berbagai foto dan video perjalanan para pemuda dan pemudi dari Pantai Serang, hingga ke Kota Blitar tersebut, banyak diunggah oleh Dwi Handoko di akun media sosialnya. Mereka berjalan kaki menyusuri perbukitan terjal, lembah, hingga sampai di tengah kota, Senin (13/2/2023).
Jalan kaki puluhan kilometer itu, sengaja digelar oleh para pemuda dan pemudi di Blitar, bukan untuk menyambut Hari Valentine atau hari kasih sayang pada Selasa (14/2/2023). Namun, sebagai sebuah penanda semangat memperingati sosok Shodanco Soeprijadi.
Semangat itu masih menyala, meskipun peristiwanya telah berlalu 78 tahun silam, dan sang shodanco hingga kini lenyap bak ditelan bumi. Ya, tepat di tanggal 14 Februari 1945, saat semua masih terlelap menantikan perayaan hari kasih sayang, Shodanco Soeprijadi dengan penuh keberanian, dan semangat, memimpin anggotanya meledakkan pemberontakan terhadap Jepang.
Pemberontakan itu dilakukan oleh Shodanco Soeprijadi, bersama pasukannya yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (PETA). Sebelum memasuki Kota Blitar, tempat markas tentara Jepang berada, Sudhanco Soeprijadi memimpin pasukannya berjalan kaki dari markas PETA di Pantai Serang.
Mereka berjalan penuh semangat, menuju Kota Blitar, yang jaraknya sekitar 42 km. Jarak yang begitu membentang tak membuat nyali mereka surut. Dari pagi saat matahari baru saja terbit, mereka berjalan kaki hingga metahari itu terbenam di barat.
Hujan deras membasahi tubuh mereka, namun tak juga membuat langkah mereka surut dan semangatnya luntur. Di antara para pemuda dan pemudi Desa Serang tersebut, nampak Kepala Desa (Kades) Serang, Dwi Handoko berjalan di barisan depan.
Baca Juga
Berbagai foto dan video perjalanan para pemuda dan pemudi dari Pantai Serang, hingga ke Kota Blitar tersebut, banyak diunggah oleh Dwi Handoko di akun media sosialnya. Mereka berjalan kaki menyusuri perbukitan terjal, lembah, hingga sampai di tengah kota, Senin (13/2/2023).
Jalan kaki puluhan kilometer itu, sengaja digelar oleh para pemuda dan pemudi di Blitar, bukan untuk menyambut Hari Valentine atau hari kasih sayang pada Selasa (14/2/2023). Namun, sebagai sebuah penanda semangat memperingati sosok Shodanco Soeprijadi.
Semangat itu masih menyala, meskipun peristiwanya telah berlalu 78 tahun silam, dan sang shodanco hingga kini lenyap bak ditelan bumi. Ya, tepat di tanggal 14 Februari 1945, saat semua masih terlelap menantikan perayaan hari kasih sayang, Shodanco Soeprijadi dengan penuh keberanian, dan semangat, memimpin anggotanya meledakkan pemberontakan terhadap Jepang.
Pemberontakan itu dilakukan oleh Shodanco Soeprijadi, bersama pasukannya yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (PETA). Sebelum memasuki Kota Blitar, tempat markas tentara Jepang berada, Sudhanco Soeprijadi memimpin pasukannya berjalan kaki dari markas PETA di Pantai Serang.