Kisah Tragis Gajah Mada Jadi Buronan Pasukan Majapahit
loading...
A
A
A
Raja Wengker yang bernama Abiseka Sri Wijayarajasa adalah suami Bhre Daha atau Haji Rajadewi. Operasi penangkapan Mahapatih Gajah Mada pun dijalankan. "Semua menteri, tanda dan rakrian mengepung rumah sang patih amangku bumi Gajah Mada," kata Slamet Muljana. Bala tentara Majapahit yang melakukan pengepungan bersorak-sorak.
Di sekitar kediaman Gajah Mada, pasukan bersenjata lengkap dan siap perang itu terus menerus membunyikan kentong titir. Mereka juga merangsek masuk ke halaman rumah Gajah Mada. "Pagar halaman telah dirusak, batasnya telah terhapus. Bala tentara berdesak masuk halaman," tulis Slamet Muljana.
Di dalam rumah, tidak ada satu pun punggawa Gajah Mada yang berani ke luar. Di dalam ruangan Istri, Gajah Mada hanya bisa mondar-mandir gelisah. Melihat banyaknya bala tentara Majapahit, istri Gajah Mada meminta suaminya menyerah.
Dikisahkan dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit", Gajah Mada hanya mengenakan cawat geringsing. Selembar kain putih menyelubungi tubuhnya dengan sabuk atmaraksi melingkari pinggangnya.
Kepungan bala tentara Majapahit tidak menggoyahkan semedinya. Anehnya, saat menerobos masuk, bala tentara Majapahit hanya menjumpai istri Gajah Mada dengan keris terhunus di tangan. Semua tempat digeledah.
Berbagai sudut ruangan disisir, namun Gajah Mada yang mereka cari tidak ada. Karena marah, tentara Majapahit menjarah semua harta benda yang ada. "Semua harta benda dijarah habis," kata Slamet Muljana.
Bala tentara Majapahit kemudian dikerahkan untuk memburu Gajah Mada. Semua bergerak hingga ke dusun-dusun untuk menangkap Mahapatih yang telah menyatukan Nusantara tersebut. Kidung Sundayana menyebut, saat mahapatih Gajah Mada bersemedi, jiwa raganya moksa ke Wisnuloka.
Menyaksikan itu, seisi rumah kepatihan mencucurkan air mata. Begitu juga dengan istri Gajah Mada. Saat tentara Majapahit datang mengepung, istri Gajah Mada pergi meninggalkan rumah mencari tempat persembunyian. Sebagai wujud kesetiaan kepada suami, dia melakukan bela pati dengan menikamkan keris ke dada. Kendati demikian, hingga kini tahun kematian Gajah Mada masih simpang siur.
Kitab Negarakertagama menuliskan, Gajah Mada wafat pada 1364. Saat Gajah Mada mangkat, Raja Hayam Wuruk masih segar bugar.
Hayam Wuruk baru saja tiba dari Candi Simping, Sawentar, Kabupaten Blitar begitu mendengar Gajah Mada telah mangkat, Hayam Wuruk langsung menggelar rapat besar. Semua dikumpulkan. Pada hari itu juga Kerajaan Majapahit mencari pengganti mahapatih yang sumpah palapannya pernah menggetarkan.
Di sekitar kediaman Gajah Mada, pasukan bersenjata lengkap dan siap perang itu terus menerus membunyikan kentong titir. Mereka juga merangsek masuk ke halaman rumah Gajah Mada. "Pagar halaman telah dirusak, batasnya telah terhapus. Bala tentara berdesak masuk halaman," tulis Slamet Muljana.
Di dalam rumah, tidak ada satu pun punggawa Gajah Mada yang berani ke luar. Di dalam ruangan Istri, Gajah Mada hanya bisa mondar-mandir gelisah. Melihat banyaknya bala tentara Majapahit, istri Gajah Mada meminta suaminya menyerah.
Dikisahkan dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit", Gajah Mada hanya mengenakan cawat geringsing. Selembar kain putih menyelubungi tubuhnya dengan sabuk atmaraksi melingkari pinggangnya.
Kepungan bala tentara Majapahit tidak menggoyahkan semedinya. Anehnya, saat menerobos masuk, bala tentara Majapahit hanya menjumpai istri Gajah Mada dengan keris terhunus di tangan. Semua tempat digeledah.
Berbagai sudut ruangan disisir, namun Gajah Mada yang mereka cari tidak ada. Karena marah, tentara Majapahit menjarah semua harta benda yang ada. "Semua harta benda dijarah habis," kata Slamet Muljana.
Bala tentara Majapahit kemudian dikerahkan untuk memburu Gajah Mada. Semua bergerak hingga ke dusun-dusun untuk menangkap Mahapatih yang telah menyatukan Nusantara tersebut. Kidung Sundayana menyebut, saat mahapatih Gajah Mada bersemedi, jiwa raganya moksa ke Wisnuloka.
Menyaksikan itu, seisi rumah kepatihan mencucurkan air mata. Begitu juga dengan istri Gajah Mada. Saat tentara Majapahit datang mengepung, istri Gajah Mada pergi meninggalkan rumah mencari tempat persembunyian. Sebagai wujud kesetiaan kepada suami, dia melakukan bela pati dengan menikamkan keris ke dada. Kendati demikian, hingga kini tahun kematian Gajah Mada masih simpang siur.
Kitab Negarakertagama menuliskan, Gajah Mada wafat pada 1364. Saat Gajah Mada mangkat, Raja Hayam Wuruk masih segar bugar.
Hayam Wuruk baru saja tiba dari Candi Simping, Sawentar, Kabupaten Blitar begitu mendengar Gajah Mada telah mangkat, Hayam Wuruk langsung menggelar rapat besar. Semua dikumpulkan. Pada hari itu juga Kerajaan Majapahit mencari pengganti mahapatih yang sumpah palapannya pernah menggetarkan.