Syarat Wajib Tes PCR Disebut PSIS Semarang Bakal Menyulitkan
loading...
A
A
A
SEMARANG - Ketua Gugus Tugas Percepatan Pengananan (GTPP) COVID-19, Doni Monardo mengatakan pihaknya bisa saja memberi izin kepada PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB) untuk melanjutkan Liga 1 2020.
(Baca juga: Bangun Jembatan Gantung, TNI Buka Isolasi 2 Kabupaten di NTT )
Sebelumnya PT. LIB selaku operator kompetisi telah mengirimkan surat kepada 18 peserta Liga 1 yang isinya mengumumkan bahwa kompetisi akan dilanjutkan pada 1 Oktober 2020 dan dipusatkan di Pulau Jawa.
Namun, untuk memberikan izin, GTPP memberikan beberapa syarat kepada PSSI dan PT. LIB seperti pemain, official, perangkat pertandingan, atau siapa pun yang ada di dalam stadion harus melalui tahapan PCR tes dan tidak direkomendasikan menggunakan rapid tes sebagai patokan kondisi kesehatan pelaku pertandingan.
Setelah dinyatakan negatif dalam tahapan PCR, para pemain, official, atau pun perangkat pertandingan juga harus dikarantina dan tidak diperbolehkan untuk ketemu orang lain selama beberapa hari sampai pertandingan Liga 1 dilaksanakan.
Doni Monardo mengaku telah menyampaikan beberapa persyaratan ini ke Menpora Zainudin Amali, dan lulusan Akademi Militer 1985 ini merasa persyaratan itu sulit untuk diterapkan.
(Baca juga: Tolak TKA China, Massa Demonstran Sandera Mobil Dinas )
Menanggapi hal ini, General Manager PSIS Wahyoe "Liluk" Winarto juga merasa hal ini sulit diterapkan di sepak bola Indonesia dengan beberapa faktor tertentu.
"Membaca statement Gugus Tugas di media saya merasa itu sulit untuk diterapkan. Persyaratannya cukup ketat dan saya yakin tidak bisa. Sebagai contoh, di klub Indonesia apa ada yang sudah memiliki tempat isolasi mandiri. Klub kan juga nginepnya di hotel atau apartement, apa mungkin pesan satu hotel dan apartement untuk satu klub?," ujar Liluk, Selasa (14/7/2020)
"Kemudian pemain kan juga punya keluarga. Jika mereka pulang ke rumah, mereka juga minimal kumpul dengan keluarganya. Apalagi jadwal bakal mepet-mepet antar pertandingan. Belum lagi PCR itu biayanya nggak murah," imbuhnya.
Tak hanya soal tes dan isolasi bagi pemain, GTPP juga memberi syarat bahwa penonton tidak diperbolehkan hadir ke stadion. Syarat itu sebenarnya sudah coba dilakukan oleh PT. LIB dengan membuat aturan bahwa seluruh pertandingan dilaksanakan tanpa adanya kehadiran penonton.
(Baca juga: UNS dan Kemenparekraf Jalin Kerjasama Majukan Pariwisata )
Akan tetapi, ketua panpel PSIS, Danur Rispriyanto merasa khawatir masih tetap ada penonton yang nekat datang ke stadion atau berkerumun di luar stadion menyambut tim kebanggaannya bertanding seperti yang biasanya dilakukan sebelum adanya pandemi COVID-19.
"Kalau boleh jujur kami tetap memiliki kekhawatiran ada oknum penonton yang nekat datang ke stadion karena haus tontonan bola baik yang berusaha tetap masuk stadion atau hanya sekedar bergerombol diluar stadion," tandas Danur.
"Selain itu kalau dengar ada pertandingan sepak bola dikhawatirkan juga ada pedagang kaki lima yang siap-siap untuk berjualan di area stadion," pungkasnya.
Lihat Juga: Fakta-fakta Rusuh Suporter Laga PSIS Vs Persis di Stadion Jatidiri, Diwarnai Tembakan Gas Air Mata
(Baca juga: Bangun Jembatan Gantung, TNI Buka Isolasi 2 Kabupaten di NTT )
Sebelumnya PT. LIB selaku operator kompetisi telah mengirimkan surat kepada 18 peserta Liga 1 yang isinya mengumumkan bahwa kompetisi akan dilanjutkan pada 1 Oktober 2020 dan dipusatkan di Pulau Jawa.
Namun, untuk memberikan izin, GTPP memberikan beberapa syarat kepada PSSI dan PT. LIB seperti pemain, official, perangkat pertandingan, atau siapa pun yang ada di dalam stadion harus melalui tahapan PCR tes dan tidak direkomendasikan menggunakan rapid tes sebagai patokan kondisi kesehatan pelaku pertandingan.
Setelah dinyatakan negatif dalam tahapan PCR, para pemain, official, atau pun perangkat pertandingan juga harus dikarantina dan tidak diperbolehkan untuk ketemu orang lain selama beberapa hari sampai pertandingan Liga 1 dilaksanakan.
Doni Monardo mengaku telah menyampaikan beberapa persyaratan ini ke Menpora Zainudin Amali, dan lulusan Akademi Militer 1985 ini merasa persyaratan itu sulit untuk diterapkan.
(Baca juga: Tolak TKA China, Massa Demonstran Sandera Mobil Dinas )
Menanggapi hal ini, General Manager PSIS Wahyoe "Liluk" Winarto juga merasa hal ini sulit diterapkan di sepak bola Indonesia dengan beberapa faktor tertentu.
"Membaca statement Gugus Tugas di media saya merasa itu sulit untuk diterapkan. Persyaratannya cukup ketat dan saya yakin tidak bisa. Sebagai contoh, di klub Indonesia apa ada yang sudah memiliki tempat isolasi mandiri. Klub kan juga nginepnya di hotel atau apartement, apa mungkin pesan satu hotel dan apartement untuk satu klub?," ujar Liluk, Selasa (14/7/2020)
"Kemudian pemain kan juga punya keluarga. Jika mereka pulang ke rumah, mereka juga minimal kumpul dengan keluarganya. Apalagi jadwal bakal mepet-mepet antar pertandingan. Belum lagi PCR itu biayanya nggak murah," imbuhnya.
Tak hanya soal tes dan isolasi bagi pemain, GTPP juga memberi syarat bahwa penonton tidak diperbolehkan hadir ke stadion. Syarat itu sebenarnya sudah coba dilakukan oleh PT. LIB dengan membuat aturan bahwa seluruh pertandingan dilaksanakan tanpa adanya kehadiran penonton.
(Baca juga: UNS dan Kemenparekraf Jalin Kerjasama Majukan Pariwisata )
Akan tetapi, ketua panpel PSIS, Danur Rispriyanto merasa khawatir masih tetap ada penonton yang nekat datang ke stadion atau berkerumun di luar stadion menyambut tim kebanggaannya bertanding seperti yang biasanya dilakukan sebelum adanya pandemi COVID-19.
"Kalau boleh jujur kami tetap memiliki kekhawatiran ada oknum penonton yang nekat datang ke stadion karena haus tontonan bola baik yang berusaha tetap masuk stadion atau hanya sekedar bergerombol diluar stadion," tandas Danur.
"Selain itu kalau dengar ada pertandingan sepak bola dikhawatirkan juga ada pedagang kaki lima yang siap-siap untuk berjualan di area stadion," pungkasnya.
Lihat Juga: Fakta-fakta Rusuh Suporter Laga PSIS Vs Persis di Stadion Jatidiri, Diwarnai Tembakan Gas Air Mata
(eyt)