Asal Usul Nama dan Sejarah Pasuruan, Kota Pelabuhan yang Melegenda
loading...
A
A
A
Baca juga : Asal Usul Penyematan Nama Babelan di Bekasi
Dalam masa pemerintahannya ini dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan tentara Kompeni Belanda. Hingga pada akhirnya Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia di tahun 1706.
Setelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro.
Suatu ketika Belanda berhasil membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Akhirnya Raden Ario Wironegoro melarikan diri ke Malang.
Sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda, dan menjadikan wilayah ini sebagai ibu kota karesidenan dengan wilayah mencakup Malang, Probolinggo, Lumajang, dan Bangil.
Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro.
Pergantian kekuasaan dalam beberapa waktu berikutnya juga sempat terjadi di Pasuruhan. Namun secara legalitas formal, kepastian mulai adanya Pemerintah Kota setelah dibentuknya Residensi Pasuruan pada 1 Januari 1901 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Kota Praja (Gementee) Pasuruan seperti termaktub dalam Staatblat 1918 No. 320 dengan nama Stads Gementee van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918.
Semasa Presiden Soekarno, Pasuruan dinyatakan sebagai Kotamadya dengan wilayah kekuasaan terdiri dari tiga desa dan satu kecamatan. Pada 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa.
Dalam masa pemerintahannya ini dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan tentara Kompeni Belanda. Hingga pada akhirnya Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia di tahun 1706.
Setelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro.
Suatu ketika Belanda berhasil membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Akhirnya Raden Ario Wironegoro melarikan diri ke Malang.
Sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda, dan menjadikan wilayah ini sebagai ibu kota karesidenan dengan wilayah mencakup Malang, Probolinggo, Lumajang, dan Bangil.
Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro.
Pergantian kekuasaan dalam beberapa waktu berikutnya juga sempat terjadi di Pasuruhan. Namun secara legalitas formal, kepastian mulai adanya Pemerintah Kota setelah dibentuknya Residensi Pasuruan pada 1 Januari 1901 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Kota Praja (Gementee) Pasuruan seperti termaktub dalam Staatblat 1918 No. 320 dengan nama Stads Gementee van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918.
Semasa Presiden Soekarno, Pasuruan dinyatakan sebagai Kotamadya dengan wilayah kekuasaan terdiri dari tiga desa dan satu kecamatan. Pada 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa.
(bim)