Asal Usul Nama dan Sejarah Pasuruan, Kota Pelabuhan yang Melegenda

Rabu, 01 Februari 2023 - 18:21 WIB
loading...
Asal Usul Nama dan Sejarah Pasuruan, Kota Pelabuhan yang Melegenda
Pasuruan merupakan kota yang berada di Provinsi Jawa Timur. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Pasuruan merupakan kota yang berada di Provinsi Jawa Timur . Dalam sejarahnya wilayah ini dikenal sebagai kota pelabuhan yang cukup ramai.

Asal muasal nama Pasuruan sendiri terbagi dalam beberapa versi. Pertama, Sebuah kakawin yang ditulis oleh pujangga Mpu Prapanca disebutkan nama Pasuruan berasal dari bahasa kuno “suruh”.

Suruh bermakna sebagai tempat orang yang melaksanakan perintah yang merupakan perintah seorang Raja.

Baca juga : Mengenal Asal Usul Nganjuk dan Sejarahnya

Sedangkan bila menurut laman Pemerintah Kota Pasuruan, Pasuruan di masa lalu dikenal dengan nama ‘Paravan’ Orang Tionghoa menyebut Pasuruan sebagai Yanwang atau Basuluan.

Ada juga yang menyandingkan nama Pasuruan dengan kata ‘Pasar dan ‘Oeang’. Ini tidak lepas dari ramainya perdagangan di Pasuruan dengan adanya Pelabuhan Tanjung Tembikar, sehingga mampu menarik banyak kaum pedagang untuk datang ke Pasuruan.

Pasuruhan dahulu sempat disebut sebagai Gembong dan menjadi daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja Jawa Timur yang beragama Hindu.

Hingga pada akhirnya wilayah pelabuhan tersebut berhasil dikuasai oleh Demak pada tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruhan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa.

Beberapa pergantian kekuasaan sempat terjadi di wilayah tersebut hingga pada akhirnya jatuh ke tangan Untung Suropati yang merupakan seorang budak belian yang berjuang menentang Belanda.

Untung Suropati menjadi raja di Pasuruan dengan gelar Raden Adipati Wironegoro yang memerintah selama 20 tahun dari 1686 sampai 1706.

Baca juga : Asal Usul Penyematan Nama Babelan di Bekasi

Dalam masa pemerintahannya ini dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan tentara Kompeni Belanda. Hingga pada akhirnya Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia di tahun 1706.

Setelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro.

Suatu ketika Belanda berhasil membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Akhirnya Raden Ario Wironegoro melarikan diri ke Malang.

Sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda, dan menjadikan wilayah ini sebagai ibu kota karesidenan dengan wilayah mencakup Malang, Probolinggo, Lumajang, dan Bangil.

Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro.

Pergantian kekuasaan dalam beberapa waktu berikutnya juga sempat terjadi di Pasuruhan. Namun secara legalitas formal, kepastian mulai adanya Pemerintah Kota setelah dibentuknya Residensi Pasuruan pada 1 Januari 1901 oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Kota Praja (Gementee) Pasuruan seperti termaktub dalam Staatblat 1918 No. 320 dengan nama Stads Gementee van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918.

Semasa Presiden Soekarno, Pasuruan dinyatakan sebagai Kotamadya dengan wilayah kekuasaan terdiri dari tiga desa dan satu kecamatan. Pada 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1083 seconds (0.1#10.140)