Perebutan Tahta saat Portugis Belum Diusir, Kerajaan Demak Runtuh
Selasa, 20 Desember 2022 - 05:03 WIB
Sayembara itu didengar oleh Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya yang saat itu berkuasa di Pajang. Jaka Tingkir yang pernah menjadi prajurit Demak menyanggupi untuk membunuh Arya Penangsang.
Jaka Tingkir sendiri merupakan adik ipar dari Sunan Prawoto dan Ratu Kalinyamat yang dibunuh oleh kaki tangan Arya Penangsang. Jaka Tingkir bersama Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang dan merebut kekuasan Kerajaan Demak.
Karena membantu dalam pertempuran melawan Arya Penangsang, Jaka Tingkir memberi hadiah Ki Ageng Penjawi berupa tanah di wilayah Pati. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah wilayah Mataram.
Sementara Bupati Surabaya yang banyak menundukkan daerah-daerah wilayah Jawa Timur diangkat menjadi wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Jaka Tingkir lalu memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang. Tak hanya itu, putra Ki Ageng Pemanahan bernama Sutawijaya yang berhasil mengalahkan Arya Penangsang kemudian diangkat sebagai anak angkat Sultan Hadiwijaya dan menjadi saudara Pangeran Benawa yang merupakan putera mahkota Kesultanan Pajang.
Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang bersaing dengan Pajang.
Setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal pada tahun 1575 kekuasaan atas Mentaok atau Mataram digantikan putranya, Sutawijaya yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.Suatu hari, Raden Pabelan yang menjadi keponakan Sutawijaya akan dihukum mati karena kedapatan menyelinap ke Keputren.
Hal itu ia lakukan untuk bertemu dengan Ratu Sekar Kedaton atau putri bungsu Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya pun merasa disepelekan hingga akhirnya Raden Pabelan ditangkap dan dihukum mati.
Kondisi makin memanas setelah Sutawijaya yang menguasai Mataram sudah lama tidak sowan kepada ayah angkatnya Sultan Hadiwijaya.
Kasultanan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya bersiap menyerang Mataram dengan ibu kota di Kotagege (kawasan Jogjakarta) karena dianggap makar. Perang antara Kasultanan Pajang dan Mataram tidak bisa dihindarkan. Sultan Hadiwijaya naik gajah memimpin pasukannya menyerbu Mataram.
Jaka Tingkir sendiri merupakan adik ipar dari Sunan Prawoto dan Ratu Kalinyamat yang dibunuh oleh kaki tangan Arya Penangsang. Jaka Tingkir bersama Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang dan merebut kekuasan Kerajaan Demak.
Karena membantu dalam pertempuran melawan Arya Penangsang, Jaka Tingkir memberi hadiah Ki Ageng Penjawi berupa tanah di wilayah Pati. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah wilayah Mataram.
Sementara Bupati Surabaya yang banyak menundukkan daerah-daerah wilayah Jawa Timur diangkat menjadi wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Jaka Tingkir lalu memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang. Tak hanya itu, putra Ki Ageng Pemanahan bernama Sutawijaya yang berhasil mengalahkan Arya Penangsang kemudian diangkat sebagai anak angkat Sultan Hadiwijaya dan menjadi saudara Pangeran Benawa yang merupakan putera mahkota Kesultanan Pajang.
Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang bersaing dengan Pajang.
Setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal pada tahun 1575 kekuasaan atas Mentaok atau Mataram digantikan putranya, Sutawijaya yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.Suatu hari, Raden Pabelan yang menjadi keponakan Sutawijaya akan dihukum mati karena kedapatan menyelinap ke Keputren.
Hal itu ia lakukan untuk bertemu dengan Ratu Sekar Kedaton atau putri bungsu Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya pun merasa disepelekan hingga akhirnya Raden Pabelan ditangkap dan dihukum mati.
Kondisi makin memanas setelah Sutawijaya yang menguasai Mataram sudah lama tidak sowan kepada ayah angkatnya Sultan Hadiwijaya.
Kasultanan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya bersiap menyerang Mataram dengan ibu kota di Kotagege (kawasan Jogjakarta) karena dianggap makar. Perang antara Kasultanan Pajang dan Mataram tidak bisa dihindarkan. Sultan Hadiwijaya naik gajah memimpin pasukannya menyerbu Mataram.
tulis komentar anda