Perebutan Tahta saat Portugis Belum Diusir, Kerajaan Demak Runtuh

Selasa, 20 Desember 2022 - 05:03 WIB
Pertikaian merebut tahta menjadi salah satu faktor kerjaan- kerajaan Nusantara lemah menghadapi kekuatan asing seperti Portugis. Kelemahan yang sama terjadi pada kerajaan Demak. Foto ilustrasi
JAKARTA - Pertikaian merebut tahta menjadi salah satu faktor kerjaan- kerajaan Nusantara lemah menghadapi kekuatan asing seperti Portugis. Kelemahan yang sama terjadi pada kerajaan Demak .

Kerajaan yang berdiri pada 1482 dengan ibu kota di Bintoro, Demak, Jawa Tengah itu, sejatinya cukup kuat, kalau saja nafsu saling sikat untuk merebut kekuasaan, dikendalikan. Terbukti pada satu masa, di eraPati Unus, Demak mampu menunjukkan kekuatan angakat perangnya. Disebutkan bahwa Pagi Unus beberapa kali mengirim armada pasukan ke Selat Malaka hinnga menghalau Portugis dari Malaka.

Setelah itu, cerita kegemilangan armada perang Demak seolah sirna. Portugis belum, benar-benar terusir dari Selat Malaka, kerajaan Demak sibuk dengan perang merebut kekuasaan. Kerajaan atau Kasultanan Islam Demak yang berdiri pasca Kerajaan Majapahit itu pun runtuh.



Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada 1482. Hanya mampu bertahan tidak lebih dari satu abad. Setelah sempat memindahkan ibu kota Demak ke Pajang oleh Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir dankemudian menjadi Kerajaan Pajang.

Namun Kerajaan Pajang juga tidak bertahan lama, kemudian runtuh setelah pengaruh Kerajaan Mataram pada 1582 semaki kuat. Meski tidak sampai seabad, namun Demak tercacat dalam sejarah sebagai kerajaan yang culup menggangu kenyamanan Portugis di Selat Malaka.

Misalnya, pada 1527, Demak pernah menyerang Sunda Kelapa. Adipati Unus atau Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) yang memimpin Demak setelah Raden Patah wafat pada 1518.

Langkah Pati Unus membawa perubahan besar bagi Demak yaitu kerajaan maritim dengan armada yang disegani. Portugis sempat diusir Pati Unis dengan pasukannya. Sayangnya, kekuasan Pati Unus hanya berlangsung tiga tahun. Kekuasaan Demak kemudian dilanjutkan oleh Sultan Trenggana.

Suksesor Trenggana melanjutkan politik ekspansi pendahulunya. Trenggana mengerahkan ribuan pasukan Demak di bawah komando Fatahillah menyerbu Sunda Kelapa yang saat itu dikuasai Portugis.

Trenggana terbilang sukses merebut Sunda Kelapa dan mengusir penjajah Portugis hingga bangsa asing itu terdesak mundur ke pedalaman. Pelabuhan Sunda Kelapa kemudian berubah sebutan menjadi Jayakarta.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content