Pembangunan RSNU Jombang Memasuki Tahap Dua
Sabtu, 04 Juli 2020 - 15:38 WIB
JOMBANG - Pembangunan Gedung Bedah Sentral dan Rawat Inap Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Jombang kini memasuki tahap kedua.
Sebelumnya, sudah ada beberapa ruangan seperti poli khusus serta IGD. Kepemilikan saham PT RSNU 65 persen dimiliki NU secara organisasi dan 35 persen dimiliki publik denghan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama dengan Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar, Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, Bupati Jombang Hj. Mundjidah Wahab, serta Ketua PWNU Jatim KH. Marzuqi Mustamar, melakukan peletakan batu pertama pada Sabtu (4/7/2020).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berharap, keberadaan RSNU di Jombang mampu menjadi penguatan layanan kesehatan untuk bisa memberikan fokus layanan terutama di daerah Mataraman.
"Sementara ini rumah sakit rujukan utama masih berfokus di RSUD dr. Soetomo di Surabaya dan RS Saiful Anwar di Malang. Apalagi, beban rumah sakit semakin hari semakin bertambah bila tidak ada sentra-sentra baru pelayanan kesehatan rujukan baik infrastruktur maupun sumber daya manusianya ," katanya.
Ke depan, Khofifah berharap akan ada dokter-dokter spesialis tertentu yang menjadi andalan RSNU. Sehingga bisa dilakukan update teknologi melalui partnership antara RSNU dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri.
"Selain itu perlu untuk memperbanyak Kerjasama Operasional (KSO). Di mana hari ini pengadaan alat kesehatan atau alkes itu mahal sekali kalau harus disiapkan oleh rumah sakit. Tapi KSO ini akan membantu bagaimana penyiapan alkes bisa lebih cepat. Apalagi ada regulasinya, bagaimana prosentase pemilik alkes dengan rumah sakit dan seterusnya," jelasnya.
Kerjasama operasional ini, lanjutnya, sangat dimungkinkan dilakukan percepatan bila ruangannya juga semakin representatif. Seperti perlunya klinik hemodialisis. Di RSNU, klinik hemodialisis ini tinggal menunggu tambahan ruangan.
"Jadi kalau sudah ada pengembangan layanan-layanan tambahan, masing-masing daerah akan ketahuan klinik hemodialisis di Jombang butuhnya berapa mesin, di Mojokerto berapa. Kemudian nanti dihitung misalnya Mojokerto berapa menit dari Jombang. Jadi sama-sama memberikan kecepatan layanan akan makin baik. Dengan meningkatnya tingkat kesehatan ini tentunya akan meningkatkan IPM Jatim," katanya. (Baca juga: Risma: Ibu Hamil Jangan ke Puskesmas)
Sementara itu, Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto mengatakan, pembangunan RSNU merupakan sebuah cita-cita yang sangat luhur karena tidak ada jalan lain untuk dekat di hati masyarakat dan rakyat kecil melalui pelayanan di bidang kesehatan.
"Karena itu pendirian Rumah Sakit NU ini sungguh sebuah hal yang sangat mulia," katanya.
Sebelumnya, sudah ada beberapa ruangan seperti poli khusus serta IGD. Kepemilikan saham PT RSNU 65 persen dimiliki NU secara organisasi dan 35 persen dimiliki publik denghan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama dengan Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar, Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, Bupati Jombang Hj. Mundjidah Wahab, serta Ketua PWNU Jatim KH. Marzuqi Mustamar, melakukan peletakan batu pertama pada Sabtu (4/7/2020).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berharap, keberadaan RSNU di Jombang mampu menjadi penguatan layanan kesehatan untuk bisa memberikan fokus layanan terutama di daerah Mataraman.
"Sementara ini rumah sakit rujukan utama masih berfokus di RSUD dr. Soetomo di Surabaya dan RS Saiful Anwar di Malang. Apalagi, beban rumah sakit semakin hari semakin bertambah bila tidak ada sentra-sentra baru pelayanan kesehatan rujukan baik infrastruktur maupun sumber daya manusianya ," katanya.
Ke depan, Khofifah berharap akan ada dokter-dokter spesialis tertentu yang menjadi andalan RSNU. Sehingga bisa dilakukan update teknologi melalui partnership antara RSNU dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri.
"Selain itu perlu untuk memperbanyak Kerjasama Operasional (KSO). Di mana hari ini pengadaan alat kesehatan atau alkes itu mahal sekali kalau harus disiapkan oleh rumah sakit. Tapi KSO ini akan membantu bagaimana penyiapan alkes bisa lebih cepat. Apalagi ada regulasinya, bagaimana prosentase pemilik alkes dengan rumah sakit dan seterusnya," jelasnya.
Kerjasama operasional ini, lanjutnya, sangat dimungkinkan dilakukan percepatan bila ruangannya juga semakin representatif. Seperti perlunya klinik hemodialisis. Di RSNU, klinik hemodialisis ini tinggal menunggu tambahan ruangan.
"Jadi kalau sudah ada pengembangan layanan-layanan tambahan, masing-masing daerah akan ketahuan klinik hemodialisis di Jombang butuhnya berapa mesin, di Mojokerto berapa. Kemudian nanti dihitung misalnya Mojokerto berapa menit dari Jombang. Jadi sama-sama memberikan kecepatan layanan akan makin baik. Dengan meningkatnya tingkat kesehatan ini tentunya akan meningkatkan IPM Jatim," katanya. (Baca juga: Risma: Ibu Hamil Jangan ke Puskesmas)
Sementara itu, Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto mengatakan, pembangunan RSNU merupakan sebuah cita-cita yang sangat luhur karena tidak ada jalan lain untuk dekat di hati masyarakat dan rakyat kecil melalui pelayanan di bidang kesehatan.
"Karena itu pendirian Rumah Sakit NU ini sungguh sebuah hal yang sangat mulia," katanya.
(boy)
tulis komentar anda