Legenda Prabu Watugunung, Simbol Wuku dan Horoskop Tradisional Masyarakat Jawa

Sabtu, 13 Agustus 2022 - 05:40 WIB
Kejadian itu terus terjadi samapi mengganggu kesejahteraan dan keamanan penduduk. Karena penduduk merasa kewalahan akhirnya masalahnya dilaporkan kepada raja Giriswara. Mendengar laporan itu raja merasa terkejut, dan naik darah seketika itu juga memerintahkan rakyatnya untuk menghabisi sang Watugunung.

Mendapat perintah dari sang raja, seluruh lapisan kekuatan daerah itu menyerang sang Watugunung dengan merebutnya dan memukul dengan bermacam-macam senjata. Namun sayang seluruh serangan dan seluruh senjata penyerang tidak ada yang mempan. Watugunung makin mengada ada.

Dia terus mengobrak-abrik dan menyerangnya, menghancurkan kelompok penyerang yang hebat itu. Sehingga pasukan penduduk Emalaya lari terbirit-birit untuk menyelamatkan jiwanya dari kepungan Watugunung. Raja kemudian bertambah emosi mendengar kejadian itu.

Akhirnya sang raja memutuskan untuk maju ke medan perang. Terjadilah perang tanding antara raja Giriswara dengan Watugunung, yang sama-sama hebat dan sakti dalam peperangan. Setelah berlangsung 7 hari, Raja Giriswara gugur dikalahkan Watugunung, sehingga raja Giriswara tunduk dan menghormat kepada sang Watugunung.

Watugunung melanjutkan serangan mengarah ke kerajaan Pasutranu yang rajanya bernama Prabu Kuladewa. Karena serangan yang dilakukan Watugunung rakyat Kuladewa tidak tinggal diam, maka terjadilah pertempuran yang tidak kurang dahsyatnya dengan pertempuran di kerajaan Girisrawa. Rakyat Kuladewa kewalahan menghadapi serangan Watugunung. Hingga akhirnya mereka lari tunggang langgang menyelamatkan jiwanya masing-masing.

Raja Kuladewa pun dapat dilenyapkan Watugunung. Setelah itu, maka selanjutnya menyerang raja Talu, raja Mrabuana, raja Wariksaya, raja Pariwisaya, raja Julung, raja Sunsang dan yang lainnya dengan mudah dapat ditundukkan. Daru 27 kerajaan semuanya dengan mudah dikalahkan.

Wuku

Watugunung juga nama seorang wuku yang berarti perhitungan hari bulan. Wuku merupakan istilah penanggalan masyarakat Jawa yang berumur tujuh hari dengan siklus 30 pekan.

Pernahkah menjumpai seseorang dengan weton sama namun memiliki watak dan kepribadian yang berbeda?

Dalam ilmu titen masyarakat Jawa, sesorang memiliki weton yang sama namun berbeda pada sifat dan kepribadiannya, bisa jadi ia memiliki perhitungan wuku yang berbeda.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More