Gawat! Belasan Sapi di Bantul Mati Terjangkit Wabah PMK
Jum'at, 08 Juli 2022 - 19:49 WIB
"Selain obat, peternak juga membutuhkan biaya untuk asupan pakan lebih banyak," kata dia
Dia mengungkapkan sapi di wilayahnya mulai banyak terkena PMK itu dua pekan terakhir. Untuk mengobatinya membutuhkan biaya ekstra. Karena mereka harus mendatangkan mantri untuk menyuntik sapi.
Sekali mengundang mantri hewan, peternak harus mengeluarkan biaya Rp120.000. Padahal minimal dua hingga tiga kali mantri hewan diundang untuk mengobati sapi.
Sebenarnya, PMK sudah ada sejak dahulu kala. Dan biasanya dulu peternak menamai PMK adalah penyakit "gomen" namun kali ini penyakit "gomen" yang lebih parah dan bisa menyebabkan ternak mati.
Pihaknya juga sudah melaporkan adanya belasan ternak sapi mati ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul namun sejauh ini para peternak sendiri yang berusaha untuk mengobati ternaknya yang terpapar PMK.
Tugiyem (55) warga Padukuhan Pentung mengaku mengalami kerugian hingga Rp30 juta akibat terjangkit PMK. Pasalnya anak sapinya yang berusia 3 bulan mati akibat PMK pada akhir Juni yang lalu.
"Pedetnya (anak sapi) mati terus sepekan setelahnya disusul indukannya yang mati. Indukan metal harganya kan mahal," ungkapnya.
Padahal, ia sudah berencana menjual sapinya untuk keperluan sekolah anaknya. Oleh karena itu, ia kini bingung untuk membiayai sekolah anaknya. Terlebih sapi tersebut merupakan tabungan untuk biaya sekolah.
Ia mengaku kebingungan untuk mencari uang lagi, dan pasti akan harus bekerja lebih keras. Karena suaminya hanya pencari pasir manual yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari hari.
"Untuk menabung, belum tentu bisa dilakukan lagi. Wong semua harga mahal," ujarnya.
Dia mengungkapkan sapi di wilayahnya mulai banyak terkena PMK itu dua pekan terakhir. Untuk mengobatinya membutuhkan biaya ekstra. Karena mereka harus mendatangkan mantri untuk menyuntik sapi.
Sekali mengundang mantri hewan, peternak harus mengeluarkan biaya Rp120.000. Padahal minimal dua hingga tiga kali mantri hewan diundang untuk mengobati sapi.
Sebenarnya, PMK sudah ada sejak dahulu kala. Dan biasanya dulu peternak menamai PMK adalah penyakit "gomen" namun kali ini penyakit "gomen" yang lebih parah dan bisa menyebabkan ternak mati.
Pihaknya juga sudah melaporkan adanya belasan ternak sapi mati ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul namun sejauh ini para peternak sendiri yang berusaha untuk mengobati ternaknya yang terpapar PMK.
Tugiyem (55) warga Padukuhan Pentung mengaku mengalami kerugian hingga Rp30 juta akibat terjangkit PMK. Pasalnya anak sapinya yang berusia 3 bulan mati akibat PMK pada akhir Juni yang lalu.
"Pedetnya (anak sapi) mati terus sepekan setelahnya disusul indukannya yang mati. Indukan metal harganya kan mahal," ungkapnya.
Padahal, ia sudah berencana menjual sapinya untuk keperluan sekolah anaknya. Oleh karena itu, ia kini bingung untuk membiayai sekolah anaknya. Terlebih sapi tersebut merupakan tabungan untuk biaya sekolah.
Ia mengaku kebingungan untuk mencari uang lagi, dan pasti akan harus bekerja lebih keras. Karena suaminya hanya pencari pasir manual yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari hari.
"Untuk menabung, belum tentu bisa dilakukan lagi. Wong semua harga mahal," ujarnya.
tulis komentar anda