Gawat! Belasan Sapi di Bantul Mati Terjangkit Wabah PMK

Jum'at, 08 Juli 2022 - 19:49 WIB
loading...
Gawat! Belasan Sapi di Bantul Mati Terjangkit Wabah PMK
Belasan sapi di Bantul mati akibat terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dalam dua minggu terakhir menjelang Idul Adha. Selain sapi muda, indukannya juga mati. Foto/MPI/Erfan Erlin
A A A
BANTUL - Belasan sapi di Bantul mati akibat terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dalam dua minggu terakhir menjelang Idul Adha. Selain sapi muda, indukannya juga mati.

Ternak sapi yang mati mendadak karena PMK ini ada di Kalurahan Seloharjo, Kapanewon Pundong.



Lurah Seloharjo, Mahardi Badrun mengakui jika belasan sapi yang dibudidayakan peternak Seloharjo mati akibat terpapar PMK. Jumlah sapi yang terpapar PMK di Kalurahan ini memang mengalami lonjakan dalam 2 pekan terakhir.

Mahardi menyebut ada empat Padukuhan yang terpapar di Kalurahan Seloharjo, yakni Pentung, Bobok, Karangasem dan Dermojurang. Sapi yang mati akibat terpapar PMK terbanyak di Padukuhan Pentung.

"Karena di Padukuhan Pentung ada sembilan sapi yang mati. Tak hanya sapi muda tetapi ada sapi indukan yang bunting tua dan sebentar lagi melahirkan," tutur dia, Kamis (8/7/2022).

Menurutnya kerugian peternak akibat sapinya mati terpapar PMK bisa mencapai ratusan juta rupiah dan masih ada puluhan sapi yang saat ini dalam proses penyembuhan.



Untuk menyembuhkannya, petani membutuhkan waktu lebih dari 20 hari sapi benar-benar sembuh dari PMK. Tentu saja, hal ini membutuhkan biaya yang lebih banyak dalam kurun waktu 2 minggu tersebut.

"Selain obat, peternak juga membutuhkan biaya untuk asupan pakan lebih banyak," kata dia

Dia mengungkapkan sapi di wilayahnya mulai banyak terkena PMK itu dua pekan terakhir. Untuk mengobatinya membutuhkan biaya ekstra. Karena mereka harus mendatangkan mantri untuk menyuntik sapi.



Sekali mengundang mantri hewan, peternak harus mengeluarkan biaya Rp120.000. Padahal minimal dua hingga tiga kali mantri hewan diundang untuk mengobati sapi.

Sebenarnya, PMK sudah ada sejak dahulu kala. Dan biasanya dulu peternak menamai PMK adalah penyakit "gomen" namun kali ini penyakit "gomen" yang lebih parah dan bisa menyebabkan ternak mati.

Pihaknya juga sudah melaporkan adanya belasan ternak sapi mati ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul namun sejauh ini para peternak sendiri yang berusaha untuk mengobati ternaknya yang terpapar PMK.

Tugiyem (55) warga Padukuhan Pentung mengaku mengalami kerugian hingga Rp30 juta akibat terjangkit PMK. Pasalnya anak sapinya yang berusia 3 bulan mati akibat PMK pada akhir Juni yang lalu.

"Pedetnya (anak sapi) mati terus sepekan setelahnya disusul indukannya yang mati. Indukan metal harganya kan mahal," ungkapnya.

Padahal, ia sudah berencana menjual sapinya untuk keperluan sekolah anaknya. Oleh karena itu, ia kini bingung untuk membiayai sekolah anaknya. Terlebih sapi tersebut merupakan tabungan untuk biaya sekolah.

Ia mengaku kebingungan untuk mencari uang lagi, dan pasti akan harus bekerja lebih keras. Karena suaminya hanya pencari pasir manual yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari hari.

"Untuk menabung, belum tentu bisa dilakukan lagi. Wong semua harga mahal," ujarnya.

Warga Padukuhan Pentung yang lain, Adi Kemis (65) menuturkan seekor sapi di kandangnya mati, sementara empat ekor lainnya juga terpapar PMK. Dia ini mengaku heran kenapa sapi-sapi miliknya bisa terkena PMK karena sapinya tidak pernah berinteraksi dengan sapi lain.

"Sapi saya itu sama sekali tidak pernah keluar kandang dan jarak dengan kandang terdekat sekitar 100 meter," tuturnya, Jumat (8/7/2022).

Dia mengaku sudah mengundang mantri hewan sebanyak 3 kali sejak sapi-sapinya dinyatakan positif PMK untuk menyembuhkannya. Dan setiap kali datang, ia harus membayar Rp120.000 kepada mantri tersebut.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1476 seconds (0.1#10.140)