Kisah Inspiratif Aipda Wahyu Mulyawan, Bangun Taman Bacaan hingga Dijuluki Polisi Sayur

Kamis, 30 Juni 2022 - 03:42 WIB
Selain sangat peduli dengan pendidikan anak-anak nelayan, Aipda Wahyu juga membuka lapangan kerja bagi warga kurang mampu dengan berjualan sayuran. Dari sinilah dia akhirnya mendapat julukan Polisi Sayur.

"Saya dulu dibesarkan oleh nenek saya di Aceh. Sejak usia 3 tahun, sering dibawa menanam cabai, tomat, kol dan sayur lainnya. Sampai saya tamat sekolah pun aktivitas sehari-hari saya, ya di kebun bercocok tanam sayur. Jadi sudah hobi saya. Alhamdulillah hingga sekarang ibu-ibu di sini dapat tambahan rezeki," sambungnya.

Polisi Sayur ini juga dikenal sebagai sosok ayah bagi anak yatim di tempatnya bertugas. Ada kisah pilu di balik kebesaran hati Wahyu membantu anak yatim, dan peduli dengan pendidikan anak-anak nelayan.

Berawal pada 2004 silam, saat terjadi tsunami di Aceh. Wahyu mengaku kehilangan ibu, ayah, dan empat adiknya dalam peristiwa itu. Hingga kini, mereka tidak pernah bertemu. Bahkan, usai terjangan tsunami itu, kampung halamannya di Leupung rata dengan tanah. Dari sini, Wahyu sangat merasakan betul kehilangan sosok keluarga.



"Berkaca dari kisah saya, saya punya keinginan semampu saya, anak-anak yatim yang kehilangan ayah mereka masih bisa memiliki sosok ayah melalui saya," sambung Aipda Wahyu.

Setidaknya, sebulan sekali Wahyu mengunjungi 3 anak yatim yang dirawatnya untuk memberikan kebutuhan makanan, seperti beras, telur, sayur dan sejumlah uang untuk sekolah. Dia juga rutin memberikan perlengkapan fardhu kifayah kepada warganya yang mengalami kemalangan, seperti kain kafan, wewangian, bahkan peti mati.

Setelah peristiwa Tsunami 2004, Aipda Wahyu pindah bertugas ke Medan, selama 1 tahun. Selama di Medan, hatinya gelisah, seperti pengabdiannya terhadap orang tua dan adik-adiknya yang belum tertunai dengan baik. Dirinya pun kembali ke Aceh, ke kampung halamannya. Dari sini lah, pengalaman spiritual Wahyu dimulai.

Selama di Aceh, dia bertemu Ustaz Syamsudin yang dianggap sebagai guru dan sosok teladannya. Pertemuan dengan ustaz Syamsudin inilah yang menyiasatinya untuk membantu fardhu kifayah warga kurang mampu.



"Kembali ke Aceh, mengirimkan doa ke keluarga saya, lalu bertemu dengan Al Ustaz. Beliaulah yang menganjurkan saya untuk memberikan bantuan fardhu kifayah ke orang yang membutuhkan sebanyak 6 buah, sebagai tanda balas jasa ke kedua orang tua dan 4 adik saya yang tidak sempat saya laksanakan fardhu kifayahnya," sambungnya.

Tidak terasa, air mata Wahyu membasahi pipi. Tampak, pergolakan batinnya sangat hebat. Namun, dia berusaha tegar. Semua aktivitas sosialnya dijalankan dengan sepenuh hati. Bahkan mengilhami warga lainnya.

Bersama istrinya Mira Risky dan ke-4 anaknya, Aipda Wahyu Mulyawan berharap sosok polisi di mata masyarakat akan tetap menjadi panutan. Hal ini sejalan dengan visi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, untuk mewujudkan polisi Presisi yang memiliki arti prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan.

Dengan tujuan memberikan pemelihara keamanan dan ketertiban, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan di tengah-tengah masyarakat.

(Yudha Bahar)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More