Dikira Pengangguran dan Punya Pesugihan, Pemuda Ini Ternyata Kelola 70 Server Luar Negeri
Rabu, 22 Juni 2022 - 17:20 WIB
Bahkan jumlah tersebut bisa semakin bertambah saat ada event-event tertentu di negara Singapura, Malaysia, Abu Dhabi, Jerman juga Amerika dan beberapa negara lain klien perusahaannya.
"Saya bertugas sebagai developer operational, bertanggung jawab terhadap kelancaran kinerja server yang saya kelola. Bila ada masalah kemudian langsung ditangani dari rumah yang jauh dari perkotaan," katanya, Selasa (21/6/2022).
Pekerjaan menjadi developer operational bukan tanpa kendala. Karena rumahnya di desa sehingga terkadang sulit mendapatkan sinyal internet. Selain itu jaringan listrik yang sering padam membuat pekerjaan ini terhambat.
"Selain menangani server, saya juga sering mendapatkan berbagai proyek dari berbagai negara untuk penghasilan tambahan," lanjutnya.
Ironisnya, kepiawaiannya menangani server di luar negeri ini justru tak pernah dilirik perusahaan yang ada di Indonesia. Pendidikan Nurohman yang hanya tamatan SMK di Pengasih, Kulonprogo membuat usaha mencari pekerjaan di Indonesia lebih sulit dibandingkan di luar negeri.
"Saya bekerja di perusahaan luar negeri karena tak membutuhkan ijazah tinggi, yang terpenting skill. Saya kan hanya lulusan SMK," tuturnya.
Berkutat di depan komputer setiap hari bukan tanpa resiko. Dia kerap dianggap antisosial, pemalas, pengangguran hingga pesugihan oleh tetangganya karena tak pernah keluar rumah dan bekerja layaknya warga di pedesaan.
"Karena hanya dalam rumah terus jarang sosialisasi, saya sering dianggap pengangguran," celetuknya.
Sunikem, ibu kandung Nurohman mengatakan, dulu anaknya bekerja di Jogja sebagai pekerja yang naik tower.
"Saat itu pulang dan ini ibu ada uang untuk membayar utang. Saya terus tanya, kamu kerja apa mas? Dibilang naik tower. Tapi kalau naik tower kok sebanyak ini uangnya," tutur Sunikem.
"Saya bertugas sebagai developer operational, bertanggung jawab terhadap kelancaran kinerja server yang saya kelola. Bila ada masalah kemudian langsung ditangani dari rumah yang jauh dari perkotaan," katanya, Selasa (21/6/2022).
Pekerjaan menjadi developer operational bukan tanpa kendala. Karena rumahnya di desa sehingga terkadang sulit mendapatkan sinyal internet. Selain itu jaringan listrik yang sering padam membuat pekerjaan ini terhambat.
"Selain menangani server, saya juga sering mendapatkan berbagai proyek dari berbagai negara untuk penghasilan tambahan," lanjutnya.
Ironisnya, kepiawaiannya menangani server di luar negeri ini justru tak pernah dilirik perusahaan yang ada di Indonesia. Pendidikan Nurohman yang hanya tamatan SMK di Pengasih, Kulonprogo membuat usaha mencari pekerjaan di Indonesia lebih sulit dibandingkan di luar negeri.
"Saya bekerja di perusahaan luar negeri karena tak membutuhkan ijazah tinggi, yang terpenting skill. Saya kan hanya lulusan SMK," tuturnya.
Berkutat di depan komputer setiap hari bukan tanpa resiko. Dia kerap dianggap antisosial, pemalas, pengangguran hingga pesugihan oleh tetangganya karena tak pernah keluar rumah dan bekerja layaknya warga di pedesaan.
"Karena hanya dalam rumah terus jarang sosialisasi, saya sering dianggap pengangguran," celetuknya.
Sunikem, ibu kandung Nurohman mengatakan, dulu anaknya bekerja di Jogja sebagai pekerja yang naik tower.
"Saat itu pulang dan ini ibu ada uang untuk membayar utang. Saya terus tanya, kamu kerja apa mas? Dibilang naik tower. Tapi kalau naik tower kok sebanyak ini uangnya," tutur Sunikem.
tulis komentar anda