Bucinnya Bung Karno kepada Penari Haryati: Ini Surat Cintanya

Senin, 06 Juni 2022 - 14:24 WIB
Ia pertama kali menikah dengan Siti Oetari, putri H.O.S Tjokroaminoto (1921). Kemudian pada tahun 1923, Bung Karno menikah dengan Inggit Garnasih, lalu di usia 42 tahun menikahi Fatmawati yang berusia 20 tahun, menikahi Hartini di Cipanas pada tahun 1953, dan menikah dengan Ratna Sari Dewi pada tahun 1962.

Bung Karno kembali menjadi seorang “bucin” saat mendekati Haryati yang muda dan berparas ayu. Mereka menikah pada 23 Mei 1963 secara sederhana, dan meski sudah menjadi pasangan suami istri, sikap kasmaran Bung Karno tetap terpancar kuat.

Hal itu terlihat dari kata-kata mesra Bung Karno yang tertuang dalam surat yang ditujukan kepada Haryati. Surat cinta yang ditulis tangan Bung Karno pada 31 Agustus 1963 itu terdiri dari dua lembar. Dan nada kemesraan itu sudah nampak di kalimat awal.

“Bali saka hotel, ora bisa turu, njur nulis layang iki (Pulang dari hotel tidak bisa tidur, lantas menulis surat ini),” demikian yang tertulis dalam buku “Soekarno Poenja Tjerita, Yang Unik dan Tak Terungkap Dari Sejarah Soekarno”.

Berikut potongan surat cinta Bung Karno kepada Haryati yang ditulis dalam bahasa Jawa dan telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Yatie Adikku yang Ayu

Ini lho arloji bertahta emas itu. Biasakan memakainya. Nanti setelah sebulan, kamu akan tahu mana yang hendak dipilih: yang hitam, atau yang satunya, atau keduanya?Jadi, nanti sebulan lagi, bilanglah. (Kalau kamu suka keduanya, aku senang juga). Masa aku tidak senang, lha yang meminta saja wanita jantung hatiku!.

Jangankan sekedar arloji, minta apa pun akan aku beri.

Tie, surat-suratku ini tolong disimpan, ya! Supaya menjadi gambaran cintaku kepadamu, yang bisa dibaca-baca lagi, (kita baca bersama-sama), pada suatu saat nanti, kala aku mau pindah rumah ke dekat telaga biru yang kuceritakan ketika itu. Itu lho, telaga di atas, di atasnya angkasa.

Coba kaupejamkan matamu sekarang, maka kau akan bisa membayangkan telaga itu! Kalau di tepian telaga tadi tampak lelaki berjubah putih (bukan kain kafan lho...tetapi kain yang bersulamkan pancaran sinar matahari), ya itu aku-aku, menunggumu. Sebab dari perkiraanku, aku yang bakal mendahului pergi ke sana- aku menmendahuluimu!.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More