Pemprov Jawa Timur Akan Perkuat Ekspor Emas Perhiasan

Selasa, 23 Juni 2020 - 12:53 WIB
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) akan memperkuat kapasitas sektor yang berkontribusi signifikan terhadap kinerja perdagangan, diantaranya perhiasan. Foto Dok/SINDOnews
SURABAYA - Saat ini pemerintah mulai melakukan pemulihan aktivitas perdagangan dan industri yang diharapkan mampu kembali menggerakkan kinerja perekonomian. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) akan memperkuat kapasitas sektor yang berkontribusi signifikan terhadap kinerja perdagangan, diantaranya perhiasan.

“Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk mengatasi hambatan perdagangan baik itu bea masuk maupun regulasi impor di beberapa negara,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Selasa (23/6/2020). (Baca: Lumbung Pangan Jatim Juarai Lomba Inovasi Daerah Kemendagri )

Khofifah optimis bahwa neraca perdagangan akan segera membaik. Stimulus kepada pelaku usaha baik di sektor industri maupun perdagangan akan diberikan melalui pendampingan, bantuan permodalan, pelatihan dan sosialisasi. “Pandemi Covid-19 nyatanya telah menggeser pola konsumsi masyarakat global. Komoditas pangan dan produk kesehatan menjadi komoditas yang diprediksi akan mengalami peningkatan ekspor ke depannya,” terangnya.

Industri makanan dan minuman, kata dia, merupakan salah satu komoditas unggulan di Jatim dengan kontribusi sebesar 34,96 persen terhadap sektor industri pengolahan. Sedangkan industri kimia, farmasi dan obat tradisional berkontribusi sebesar 6,47 persen. “Oleh karena itu, peluang bagi Jawa Timur masih sangat luas. Pemerintah siap memberikan dukungan dan pendampingan bagi para pelaku usaha untuk bersama-sama memulihkan kinerja perekonomian,” jelasnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, komoditas ekspor selama Januari-Mei 2020, terbesar adalah emas perhiasan dengan kontribusi 16 persen atau USD1,3 miliar. Disusul komoditas tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda, dengan kontribusi 5,82 persen atau sebesar USD488,22 juta. Peringkat ketiga adalah komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya dengan peranan sebesar 4,94 persen atau dengan nilai sebesar USD414,85 juta.



Di sisi lain, di periode yang sama, neraca perdagangan Jatim mengalami defisit sebesar USD107,53 juta. Defisit ini terjadi akibat selisih perdagangan ekspor-impor di sektor non migas yang surplus sebesar USD1,20 miliar. Namun, selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru defisit USD1,31 miliar. (Baca: IDI Melihat Banyak Kabar Hoax di Tengah Pandemi COVID-19 )

“Perhiasan/permata menjadi penyelamat bagi ekspor non migas Jawa Timur pada masa pandemi ini. Kondisi perekonomian global yang tidak pasti mendorong masyarakat untuk memilih perhiasan/permata sebagai sarana investasi yang aman dan memadai,” tandas Khofifah.
(don)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More