Bocah di Muara Enim Lumpuh dan Buta Pasca Operasi, 6 Tahun Bertahan Tanpa Bantuan
Sabtu, 02 April 2022 - 14:38 WIB
MUARA ENIM - Kisah pilu dialami oleh Aditya (7), seorang bocah asal Desa Segayam, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel). Aditya mengalami kelumpuhan dan kebutaan pasca menjalani operasi di salah satu rumah sakit di Kota Palembang.
Kisah pilu itu bermula saat Aditya berusia 7 bulan. Saat itu Aditya didagnosis menderita penyakit Hidrosefalus yang membuat kepalanya terus membesar, sehingga membuat putra satu-satunya dari pasangan Hendri Saputra (27) dan Yuliati (25) itu harus menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan di kepalanya.
"Awalnya saat lahir normal pak, tapi setelah beberapa bulan kepalanya terus membesar. Setelah konsultasi ke rumah sakit, akhirnya disarankan untuk operasi saat usianya menginjak 7 bulan," jelas Hendri kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).
Namun ironisnya, operasi tak membuat kondisi Aditya membaik. Justru setelah operasi, Aditya mengalami kelumpuhan dan kebutaan hingga sekarang usianya sudah menginjak 7 tahun.
Hendri menjelaskan, sejatinya sebelum operasi dilakukan, pihak rumah sakit sudah memberikan bayangan akan resiko pasca operasi. Namun, lantaran demi keselamatan Aditya, Hendri pun menyetujui tindakan operasi tersebut.
Ditambahkannya, pasca operasi pihak medis menyarankan Aditya untuk melakukan terapi di rumah sakit setiap dua minggu sekali. Aditya pun sempat beberapa bulan melakukan terapi rutin tersebut. Namun lantaran terkendala biaya, terapi itu pun harus terhenti saat Aditya memasuki usia empat tahun.
"Awalnya kami rutin membawanya untuk terapi, setidaknya dalam satu tahun pertama. Tapi lama-lama semakin jarang lantaran ekonomi kami tak mampu lagi pak," jelas pria yang kesehariannya hanya bekerja serabutan tersebut.
Akibat kesulitan ekonomi tersebut, alhasil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, tidak ada tindakan medis yang berarti yang dapat dilakukan untuk proses kesembuhan Aditya.
Dengan kondisi tersebut, tak ayal membuat Hendri dan sang istri terpaksa harus menahan kesedihan yang cukup mendalam, lantaran melihat kondisi Aditya yang terkulai lemah dalam kesehariannya akibat kelumpuhan dan kebutaan yang di derita sang anak.
Kisah pilu itu bermula saat Aditya berusia 7 bulan. Saat itu Aditya didagnosis menderita penyakit Hidrosefalus yang membuat kepalanya terus membesar, sehingga membuat putra satu-satunya dari pasangan Hendri Saputra (27) dan Yuliati (25) itu harus menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan di kepalanya.
"Awalnya saat lahir normal pak, tapi setelah beberapa bulan kepalanya terus membesar. Setelah konsultasi ke rumah sakit, akhirnya disarankan untuk operasi saat usianya menginjak 7 bulan," jelas Hendri kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).
Namun ironisnya, operasi tak membuat kondisi Aditya membaik. Justru setelah operasi, Aditya mengalami kelumpuhan dan kebutaan hingga sekarang usianya sudah menginjak 7 tahun.
Hendri menjelaskan, sejatinya sebelum operasi dilakukan, pihak rumah sakit sudah memberikan bayangan akan resiko pasca operasi. Namun, lantaran demi keselamatan Aditya, Hendri pun menyetujui tindakan operasi tersebut.
Ditambahkannya, pasca operasi pihak medis menyarankan Aditya untuk melakukan terapi di rumah sakit setiap dua minggu sekali. Aditya pun sempat beberapa bulan melakukan terapi rutin tersebut. Namun lantaran terkendala biaya, terapi itu pun harus terhenti saat Aditya memasuki usia empat tahun.
"Awalnya kami rutin membawanya untuk terapi, setidaknya dalam satu tahun pertama. Tapi lama-lama semakin jarang lantaran ekonomi kami tak mampu lagi pak," jelas pria yang kesehariannya hanya bekerja serabutan tersebut.
Akibat kesulitan ekonomi tersebut, alhasil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, tidak ada tindakan medis yang berarti yang dapat dilakukan untuk proses kesembuhan Aditya.
Dengan kondisi tersebut, tak ayal membuat Hendri dan sang istri terpaksa harus menahan kesedihan yang cukup mendalam, lantaran melihat kondisi Aditya yang terkulai lemah dalam kesehariannya akibat kelumpuhan dan kebutaan yang di derita sang anak.
tulis komentar anda