Hilangnya Kekuatan di Jalur Laut sebabkan Kerajaan Sriwijaya Runtuh
Jum'at, 25 Februari 2022 - 05:05 WIB
Memasuki abad ke-11, Sriwijaya kembali mendapat tantangan. Kali ini Sriwijaya diserang oleh Raja Rajendra Chola I dari Kerajaan Chola di India Selatan, tepatnya, pada 1017 dan 1025.
Celakanya, Raja Rajendra Chola I berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan Sriwijaya. Ini terjadi ketika Sriwijaya dipimpin Sangrama-Vijayottunggawarman. Perlahan tapi pasti, Chola berhasil mengendalikan Sangrama. Chola menerapkan strategi jitunya untuk melemahkan Sriwijaya dan menguasi jalur laut. Beberapa kerajaan bawahan Sriwijaya yang telah ditaklukkan dibolehkan untuk memerintah, namun tetap harus tunduk pada pihak Chola.
Imbasnya, Sriwijaya melemah dan kerajaan bawahan bertumbuh menjadi kuat. Situasi ini diperburuk dengan kondisi alam yang tidak bersahabat. Dalam buku Geografi Kesejarahan II (1982) karya Dalijoeni, disebutkan bahwa Sumatera merupakan daerah dengan curah hujan tinggi. Air hujan meresap terlalu dalam hingga kesuburan tanah berkurang.
Di sisi lain, air hujan juga tidak terserap hingga banjir dan membawa material daratan ke Sungai Musi, Palembang. Ini menyebabkan sungai-sungai menjadi dangkal dan daratan kurang produktif. Sriwijaya perlahan kehilangan akses perdagangannya di Sungai Musi, jalur sungai yang sebelumnya menjadi tambang emas bagi kerajaan.
Belum lagi situasi politik di Asia Barat dan Asia Tengah mengakibatkan lesunya pelayaran di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Dengan lesunya jalur perdagangan, bea masuk pelabuhan yang menjadi sumber perekonomian penting bagi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra semakin berkurang.
Di tengah situasi alam tidak bersahabat, Sriwijaya juga dihadapkan dengan Ekspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur pada 1275 M. Ekspedisi ini merupakan siasat Singasari untuk melemahkan kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka dan daerah jajahannya. Ekspedisi ini juga ditengarai sebagai strategi Kerajaan Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke Sumatera.
Tidak hanya tantangan menghadapi ekspedisi Singasari, Sriwijaya juga dilemahkan oleh ekspansi China ke Asia Tenggara pada masa Kubilai, dari Mongol Ekspansi ini melemahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya yang semula berkuasa hingga Filipina.
Bersamaan dengan itu, pada abad ke-13, tumbuh kerajaan baru bercorak Islam di Aceh, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan baru ini pengaruhnya semakin kuat dan melemahkan Sriwijaya karena jalur ekonominya perlahan dikuasai.
Menguatnya koloni muslim di daerah-daerah jajahan Sriwijaya membuat pengaruh kerajaan ini secara perdagangan dan budaya menurun. Pada 1377, riwayat Sriwijaya berakhir ketika diserang oleh Kerajaan Majapahit.
Diolah dari berbagai sumber
Celakanya, Raja Rajendra Chola I berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan Sriwijaya. Ini terjadi ketika Sriwijaya dipimpin Sangrama-Vijayottunggawarman. Perlahan tapi pasti, Chola berhasil mengendalikan Sangrama. Chola menerapkan strategi jitunya untuk melemahkan Sriwijaya dan menguasi jalur laut. Beberapa kerajaan bawahan Sriwijaya yang telah ditaklukkan dibolehkan untuk memerintah, namun tetap harus tunduk pada pihak Chola.
Imbasnya, Sriwijaya melemah dan kerajaan bawahan bertumbuh menjadi kuat. Situasi ini diperburuk dengan kondisi alam yang tidak bersahabat. Dalam buku Geografi Kesejarahan II (1982) karya Dalijoeni, disebutkan bahwa Sumatera merupakan daerah dengan curah hujan tinggi. Air hujan meresap terlalu dalam hingga kesuburan tanah berkurang.
Di sisi lain, air hujan juga tidak terserap hingga banjir dan membawa material daratan ke Sungai Musi, Palembang. Ini menyebabkan sungai-sungai menjadi dangkal dan daratan kurang produktif. Sriwijaya perlahan kehilangan akses perdagangannya di Sungai Musi, jalur sungai yang sebelumnya menjadi tambang emas bagi kerajaan.
Belum lagi situasi politik di Asia Barat dan Asia Tengah mengakibatkan lesunya pelayaran di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Dengan lesunya jalur perdagangan, bea masuk pelabuhan yang menjadi sumber perekonomian penting bagi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra semakin berkurang.
Di tengah situasi alam tidak bersahabat, Sriwijaya juga dihadapkan dengan Ekspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur pada 1275 M. Ekspedisi ini merupakan siasat Singasari untuk melemahkan kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka dan daerah jajahannya. Ekspedisi ini juga ditengarai sebagai strategi Kerajaan Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke Sumatera.
Tidak hanya tantangan menghadapi ekspedisi Singasari, Sriwijaya juga dilemahkan oleh ekspansi China ke Asia Tenggara pada masa Kubilai, dari Mongol Ekspansi ini melemahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya yang semula berkuasa hingga Filipina.
Bersamaan dengan itu, pada abad ke-13, tumbuh kerajaan baru bercorak Islam di Aceh, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan baru ini pengaruhnya semakin kuat dan melemahkan Sriwijaya karena jalur ekonominya perlahan dikuasai.
Menguatnya koloni muslim di daerah-daerah jajahan Sriwijaya membuat pengaruh kerajaan ini secara perdagangan dan budaya menurun. Pada 1377, riwayat Sriwijaya berakhir ketika diserang oleh Kerajaan Majapahit.
Diolah dari berbagai sumber
tulis komentar anda