Kepala BNPT Gelar Pertemuan dengan 50 Pimpinan Pesantren di Jatim, Ada Apa?
Kamis, 17 Februari 2022 - 05:42 WIB
Pasalnya, pola gerakan kelompok radikalisme dan terorisme dewasa ini telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Di antaranya dengan melakukan infiltrasi kepada institusi pendidikan dan menyasar kepada anak didik sebagai generasi muda, salah satunya melalui lingkungan pondok pesantren.
"Kelompok ini kemudian menyalah gunakan tempat pendidikan yang ada untuk kepentingan politik mereka. Maka saya katakan bukan pondok pesantrennya, tapi oknum yang memanfaatkan pondok pesantren itu untuk kepentingan mereka," tegas mantan Kapolda Papua ini.
Oleh karenanya, Kepala BNPT berharap ulama dan para pimpinan pondok pesantren dapat memberikan penguatan dan proteksikepada para santri dan santriwati, dari berbagai kesempatan yang berpotensi terpapar paham radikal terorisme.
"Jadi perlu terus untuk kita gaungkan bersama bagaimana di kalangan pondok pesantren para alim ulama dan santri ini juga ikut aktif di dalam kegiatan-kegiatan untuk membangun semangat cinta kepada tanah air," ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan, semangat cinta tanah air ini sejatinya telah dicontohkan oleh para pendahulu dan ulama kita tentang bagaimana mengawal bangsa ini dan membangun semangat kebangsaan.
"Banyak ulama-ulama besar para pendahulu yang mengawal negara ini, apalagi tercatat ulama seperti NU (Nahdlatul Ulama) misalnya, beberapa ada yang menjadi pahlawan nasional. Spirit kebangsaan para ulama yang ada di Indonesia ini tentunya belum ada yang bisa mengalahkan," ujarnya.
Dia juga menyampaikan tentang pentingnya menanamkan nilai Islamrahmatan lil alamin. Hal ini penting dilakukan agar seluruh masyarakat dapat memandang Islam ini sebagai agama yang penuh dengan kedamaian,yang tidak menyakiti orang lain dan tidak menghalalkan kekerasan.
"Tentu juga perlu peguatan nilai Islam yangrahmatan lil alamin. Kita wariskan kepada penerus bagaimana membangunukhuwah islamiyah,ukhuwah baysraiah. Saya yakin para ulama kita disini tidak suka adanya dengan kekerasan," katanya.
Sejumlah pimpinan pondok pesantren yang hadir di antaranya KH Mahrus Ali (Ponpes Hidayatul Mubtadi'ien Pasuruan), KH Mas'udi Busyiri, Kiai Abdurrohim (Ponpes An Nur Pasuruan), KH Mustofa Badri (Ponpes Badrudduja Probolinggo), KH Ahmad Rifa'i (Ponpes Cinta Rosul Jombang), KH Kholil Nawawi Abdul Jalil.
Selain itu KH. Baharudin Toyib (Ponpes Sidogiri, Pasuruan), Kiai Abdul Malik (Ponpes Sidoarjo), KH Mukhlas Syarif (Ponpes Al Ikhlas Pasuruan), KH Mujab Masyhudi (Ketua Umum Lembaga Kemitraan Pondok Pesantren Jatim), KH Muslih Hasyim (Ponpes Riyadlul Banin Wal Banat Pasuruan), KH Ifdholus Syarif, (Ponpes Syamsul Arifin Pasuruan).
"Kelompok ini kemudian menyalah gunakan tempat pendidikan yang ada untuk kepentingan politik mereka. Maka saya katakan bukan pondok pesantrennya, tapi oknum yang memanfaatkan pondok pesantren itu untuk kepentingan mereka," tegas mantan Kapolda Papua ini.
Oleh karenanya, Kepala BNPT berharap ulama dan para pimpinan pondok pesantren dapat memberikan penguatan dan proteksikepada para santri dan santriwati, dari berbagai kesempatan yang berpotensi terpapar paham radikal terorisme.
"Jadi perlu terus untuk kita gaungkan bersama bagaimana di kalangan pondok pesantren para alim ulama dan santri ini juga ikut aktif di dalam kegiatan-kegiatan untuk membangun semangat cinta kepada tanah air," ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan, semangat cinta tanah air ini sejatinya telah dicontohkan oleh para pendahulu dan ulama kita tentang bagaimana mengawal bangsa ini dan membangun semangat kebangsaan.
"Banyak ulama-ulama besar para pendahulu yang mengawal negara ini, apalagi tercatat ulama seperti NU (Nahdlatul Ulama) misalnya, beberapa ada yang menjadi pahlawan nasional. Spirit kebangsaan para ulama yang ada di Indonesia ini tentunya belum ada yang bisa mengalahkan," ujarnya.
Dia juga menyampaikan tentang pentingnya menanamkan nilai Islamrahmatan lil alamin. Hal ini penting dilakukan agar seluruh masyarakat dapat memandang Islam ini sebagai agama yang penuh dengan kedamaian,yang tidak menyakiti orang lain dan tidak menghalalkan kekerasan.
"Tentu juga perlu peguatan nilai Islam yangrahmatan lil alamin. Kita wariskan kepada penerus bagaimana membangunukhuwah islamiyah,ukhuwah baysraiah. Saya yakin para ulama kita disini tidak suka adanya dengan kekerasan," katanya.
Sejumlah pimpinan pondok pesantren yang hadir di antaranya KH Mahrus Ali (Ponpes Hidayatul Mubtadi'ien Pasuruan), KH Mas'udi Busyiri, Kiai Abdurrohim (Ponpes An Nur Pasuruan), KH Mustofa Badri (Ponpes Badrudduja Probolinggo), KH Ahmad Rifa'i (Ponpes Cinta Rosul Jombang), KH Kholil Nawawi Abdul Jalil.
Selain itu KH. Baharudin Toyib (Ponpes Sidogiri, Pasuruan), Kiai Abdul Malik (Ponpes Sidoarjo), KH Mukhlas Syarif (Ponpes Al Ikhlas Pasuruan), KH Mujab Masyhudi (Ketua Umum Lembaga Kemitraan Pondok Pesantren Jatim), KH Muslih Hasyim (Ponpes Riyadlul Banin Wal Banat Pasuruan), KH Ifdholus Syarif, (Ponpes Syamsul Arifin Pasuruan).
tulis komentar anda