Dilarang Pakai Logam, Jam Istirahat Sekolah Ditiadakan
Sabtu, 13 Juni 2020 - 18:35 WIB
“Satu kelas ada 30-40 anak. Bagaimana itu bisa jaga jarak. Karena itu butuh masukan dari panjenengan semua,” kata dia.
Mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan itu juga meminta agar jam istirahat siswa di sekolah sebaiknya untuk sementara ditiadakan. Mengingat pada saat itu para siswa biasanya akan bergerombol dengan teman-temannya. Sehingga bukan hanya siswa saja yang diatur pergerakannya tetapi peralatannya pun demikian.
Dia menilai bahwa upaya ini memang tidaklah mudah. Tetapi harus dilakukan agar dapat mengkondisikan anak-anak dan menjaga kualitas kesehatannya.
“Saya setiap malam nyicil masukkan sabun dan sanitizer ke botol untuk persiapan sekolah. Ini supaya tidak kecolongan. Saya minta bapak ibu buat secara detail,” kata dia.
Bahkan, saat ada siswa yang mengalami sakit batuk atau flu, Risma meminta agar anak tersebut dipulangkan ke rumahnya meski bukan sakit COVID-19. Menurut dia, jika anak yang sakit tersebut dibiarkan dan tetap masuk, maka akan berpotensi dapat menular ke temannya.
“Jadi begitu ada yang sakit tidak apa-apa pulang saja. Jangan juga dijadikan satu dengan teman-temannya. Misalkan dia ada di pojok sebelah pintu kelas. Jadi saat keluar tidak melewati temannya,” jelas dia.
Tidak hanya itu, dia juga meminta para guru agar membuat protokol yang detail dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Misalnya, seperti ruang band beserta alat-alatnya juga harus dipikirkan bagaimana menggunakannya. “Apalagi itu terbuat dari logam. Sekali lagi saya mohon bapak ibu bantu kami,” jelas dia.
Namun begitu, menurut dia, yang paling penting adalah memastikan kondisi kesehatan para murid. Termasuk peralatan sekolah seperti meja, kursi, papan tulis agar disterilkan dengan penyemprotan disinfektan.
Mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan itu juga meminta agar jam istirahat siswa di sekolah sebaiknya untuk sementara ditiadakan. Mengingat pada saat itu para siswa biasanya akan bergerombol dengan teman-temannya. Sehingga bukan hanya siswa saja yang diatur pergerakannya tetapi peralatannya pun demikian.
Dia menilai bahwa upaya ini memang tidaklah mudah. Tetapi harus dilakukan agar dapat mengkondisikan anak-anak dan menjaga kualitas kesehatannya.
“Saya setiap malam nyicil masukkan sabun dan sanitizer ke botol untuk persiapan sekolah. Ini supaya tidak kecolongan. Saya minta bapak ibu buat secara detail,” kata dia.
Bahkan, saat ada siswa yang mengalami sakit batuk atau flu, Risma meminta agar anak tersebut dipulangkan ke rumahnya meski bukan sakit COVID-19. Menurut dia, jika anak yang sakit tersebut dibiarkan dan tetap masuk, maka akan berpotensi dapat menular ke temannya.
“Jadi begitu ada yang sakit tidak apa-apa pulang saja. Jangan juga dijadikan satu dengan teman-temannya. Misalkan dia ada di pojok sebelah pintu kelas. Jadi saat keluar tidak melewati temannya,” jelas dia.
Tidak hanya itu, dia juga meminta para guru agar membuat protokol yang detail dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Misalnya, seperti ruang band beserta alat-alatnya juga harus dipikirkan bagaimana menggunakannya. “Apalagi itu terbuat dari logam. Sekali lagi saya mohon bapak ibu bantu kami,” jelas dia.
Namun begitu, menurut dia, yang paling penting adalah memastikan kondisi kesehatan para murid. Termasuk peralatan sekolah seperti meja, kursi, papan tulis agar disterilkan dengan penyemprotan disinfektan.
(nth)
tulis komentar anda