Pesantren Berjasa Memperkuat Bangsa lewat Pendidikan
Jum'at, 04 Februari 2022 - 14:09 WIB
"Ponpes saat itu juga mempengaruhi Islamisasi budaya lokal. Bukan dengan menjustifikasi kebudayaan agama lain itu salah, tetapi tetap melestarikan budayanya dengan konten yang berbeda, dengan nilai keislaman," jelasnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) ini juga mengungkapkan, di Indonesia dengan jumlah pesantren yang sangat besar, maka keberagaman corak, khas dan budaya dari masing-masing pesantren menjadi hal yang sangat istimewa.
"Dengan keragaman ini justru memberikan banyak alternatif kepada anak bagsa untuk menimba ilmu pengetahuan," ungkapnya.
Andi menggaris bawahi, di samping banyaknya jenis dan kekhasan pesantren, seperti pesantren tahfidz, darul hadits, dan pesantren modern, penting untuk mengetahui mana ponpes yang belajar tentang moderasi beragama dan mana ponpes yang jauh dari nilai moderasi beragama.
"Jadi, saya kira memang ini sangat penting bagi orang tua atau wali untuk melihattrack recorddari sebuah ponpes (Pondok Pesantren), perlu dilihat juga bagaimana ponpesnya, alumninya, pengajar seperti apa. Hingga kurikulum atau pengajarannya juga dilihat," ujarnya.
Terkait moderasi beragama, ia menuturkan bahwa beberapa ponpes yang sudah mulai surut pendidikan kebangsaannya dan bahkan nilai moderasinya. Sehingga ia menilai penting untuk cermat memilih ponpes yang memiliki latar belakang yang baik dan masih gencar mengajarkan moderasi beragama.
"Misalnya NU (Nahdlatul Ulama) dengan ribuan ponpes, ada Darud Dakwah Wal Irsyad ini memang ponpes yang mengajarkan moderasi beragama, serta Nahdlatul Wathan, dan sebagainya yang sudah kita ketahui bersama track recordnya dan pastinya mengajarkan moderasi beragama," tuturnya.
Ia menilai, tentunya menjadi hal penting bagi Kementerian Agama untuk dapat melihat legalitas dari pesantren, latar belakang, serta kurikulum pembelajarannya. Hal ini sebagai upaya untuk mewaspadai ponpes yang didirikan oleh kelompok yang mengajarkan ideologi transnasional.
"Tapi ponpes yang lahir dan didirikan dari ormas yang ikut berjuang terhadap kemerdekaan bangsa, tentunya menurut saya itu tidak perlu diragukan lagi," ujarnya.
Ketua Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT) ini juga menyinggung terkait narasi islamophobia yang dilayangkan beberapa kelompok atas indikasi adanya pesantren yang terafiliasi dengan kelompok teroris.
Pimpinan Pondok Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) ini juga mengungkapkan, di Indonesia dengan jumlah pesantren yang sangat besar, maka keberagaman corak, khas dan budaya dari masing-masing pesantren menjadi hal yang sangat istimewa.
"Dengan keragaman ini justru memberikan banyak alternatif kepada anak bagsa untuk menimba ilmu pengetahuan," ungkapnya.
Andi menggaris bawahi, di samping banyaknya jenis dan kekhasan pesantren, seperti pesantren tahfidz, darul hadits, dan pesantren modern, penting untuk mengetahui mana ponpes yang belajar tentang moderasi beragama dan mana ponpes yang jauh dari nilai moderasi beragama.
"Jadi, saya kira memang ini sangat penting bagi orang tua atau wali untuk melihattrack recorddari sebuah ponpes (Pondok Pesantren), perlu dilihat juga bagaimana ponpesnya, alumninya, pengajar seperti apa. Hingga kurikulum atau pengajarannya juga dilihat," ujarnya.
Terkait moderasi beragama, ia menuturkan bahwa beberapa ponpes yang sudah mulai surut pendidikan kebangsaannya dan bahkan nilai moderasinya. Sehingga ia menilai penting untuk cermat memilih ponpes yang memiliki latar belakang yang baik dan masih gencar mengajarkan moderasi beragama.
"Misalnya NU (Nahdlatul Ulama) dengan ribuan ponpes, ada Darud Dakwah Wal Irsyad ini memang ponpes yang mengajarkan moderasi beragama, serta Nahdlatul Wathan, dan sebagainya yang sudah kita ketahui bersama track recordnya dan pastinya mengajarkan moderasi beragama," tuturnya.
Ia menilai, tentunya menjadi hal penting bagi Kementerian Agama untuk dapat melihat legalitas dari pesantren, latar belakang, serta kurikulum pembelajarannya. Hal ini sebagai upaya untuk mewaspadai ponpes yang didirikan oleh kelompok yang mengajarkan ideologi transnasional.
"Tapi ponpes yang lahir dan didirikan dari ormas yang ikut berjuang terhadap kemerdekaan bangsa, tentunya menurut saya itu tidak perlu diragukan lagi," ujarnya.
Ketua Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT) ini juga menyinggung terkait narasi islamophobia yang dilayangkan beberapa kelompok atas indikasi adanya pesantren yang terafiliasi dengan kelompok teroris.
tulis komentar anda