Inovatif! Unhas Luncurkan Alat Pembersih Aerosol untuk Atasi Covid-19

Selasa, 09 Juni 2020 - 20:25 WIB
Tim FKG dan FT Unhas menunjukkan protipe alat pembersih aerosol untuk mengatasi covid-19 ke Rektor Unhas Prof Dwia Aries Palubuhu. Foto/Istimewa
MAKASSAR - Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui kolaborasi antara tim Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan Fakultas Teknik (FT) menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang diberi nama E-MAGIC (Extraoral Mobile Aerosol Guide Channel) versi UH1. Prototipe perangkat ini diperkenalkan oleh tim FKG dan FT Unhas kepada Rektor Unhas dan jajaran pimpinan, Selasa (9/6/2020).

Pembuatan produk inovasi ini dilandasi oleh kondisi yang dihadapi oleh para tenaga medis, khususnya dalam bidang kesehatan gigi. Pada saat dokter gigi merawat pasien di klinik atau rumah sakit, ancaman yang dihadapi adalah munculnya aerosol dari pasien. Aeorosol ini berpotensi mengandung bakteri dan virus.

Baca Juga: Antisipasi Virus Corona, Nurdin Abdullah Cek Suhu Tubuh di Unhas



Dalam situasi pandemi, ancaman keselamatan tenaga medis ketika merawat pasien gigi menjadi lebih besar. Produksi aerosol yang dihasilkan dari proses merawat dan memperbaiki gigi pasien, berpotensi mengandung virus berbahaya. Apalagi jika pasien adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan pembawa virus Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi global.

Muh. Ansar selaku ketua tim menjelaskan bahwa FT dan FKG berinisiatif membuat alat yang dapat menyerap buangan aerosol, membunuh bakteri dan virus, kemudian memprosesnya kembali menjadi udara bersih.

“Keunggulan alat kami adalah biaya pembuatan relatif sangat murah dibandingkan produk sejenis yang umumnya masih kita impor. Selain itu, kemampuan alat ini setara dengan mesin-mesin sejenis. Alat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, terutama dalam bidang kesehatan gigi,” kata Ansar.

Prototipe ini telah diuji coba pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas dan dapat bekerja sempurna. Proses pembuatan prototipe ini membutuhkan waktu singkat. Awalnya, direncanakan selama seminggu. Namun, karena beberapa komponen didatangkan dari luar negeri, sehingga prosesnya menjadi tiga minggu.

“Karena ini prototipe, biayanya mencapai hampir 20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah 10 juta rupiah. Komponen lokal yang dikandung adalah 60%, sementara 40% komponen masih harus kita datangkan dari luar,” lanjut Ansar.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content