Indahnya Potret Toleransi Beragama di Batu Kumbung, Lombok Barat
Senin, 22 November 2021 - 12:59 WIB
LOMBOK BARAT - Toleransi dan kerja sama antar umat beragama diwujudkan di Dusun Tragtag, Desa Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Kerja sama kedua umat yakni Islam dan Hindu, selain menciptakan harmoni, juga mempercepat penanganan persoalan-persoalan yang datang, salah satunya dampak bencana alam gempa bumi pada 2018.
Kala itu, gempa bumi menyebabkan rusaknya rumah warga dan bangunan lainnya termasuk masjid dan mushala. Akibatnya umat Islam tidak bisa menjalankan ibadah di masjid dan musala sebagaimana layaknya.
Prediksi datangnya gempa susulan yang masih akan terjadi juga membuat warga harus mencari lokasi tanah lapang untuk hunian dan tempat ibadah sementara.
Warga setempat bersama relawan berinisiatif mendirikan musala darurat. Para relawan yang datang dari berbagai daerah bahu membahu bersama warga setempat.
Musala darurat dengan bahan baku bambu dan terpal dibangun sekitar dua hari. Uniknya, di antara para warga bukan hanya umat Islam, yang berkepentingan dengan musala darurat sebagai tempat salat, yang turut kerja bakti. Beberapa penganut Hindu juga turun tangan. Bahkan salah satu areal musala darurat adalah lahan milik umat Hindu.
“Saat gempa tahun 20218, ada salah seorang dari umat Hindu menyediakan sebidang tanah seluas 40 are (400 meter) untuk djadikan lokasi pengungsian yang juga tempat kita membangun masjid darurat bersama sahabat-sahabat relawan dari Kendal dan Kudus kala itu,” kata Ketua LPBINU Lombok Barat, Saparudin.
Kerja sama serupa juga dilakukan saat penanganan dampak COVID-19. Menurut Saparudin, Dusun Tragtag Desa Batu Kumbung dijadikan percontohan penanganan COVID-19 oleh LPBINU Pusat.
“Penanganan COVID-19 yang melibatkan semua unsur yang ada di kampung kami untuk melakukan sosialisasi protokol kesehatan dan waspada Corona yang di lakukan di tempat-tempat ibadah baik masjid maupun pura yang ada di dusun kami,” imbuh Saparudin.
Kerja sama kedua umat yakni Islam dan Hindu, selain menciptakan harmoni, juga mempercepat penanganan persoalan-persoalan yang datang, salah satunya dampak bencana alam gempa bumi pada 2018.
Kala itu, gempa bumi menyebabkan rusaknya rumah warga dan bangunan lainnya termasuk masjid dan mushala. Akibatnya umat Islam tidak bisa menjalankan ibadah di masjid dan musala sebagaimana layaknya.
Prediksi datangnya gempa susulan yang masih akan terjadi juga membuat warga harus mencari lokasi tanah lapang untuk hunian dan tempat ibadah sementara.
Warga setempat bersama relawan berinisiatif mendirikan musala darurat. Para relawan yang datang dari berbagai daerah bahu membahu bersama warga setempat.
Musala darurat dengan bahan baku bambu dan terpal dibangun sekitar dua hari. Uniknya, di antara para warga bukan hanya umat Islam, yang berkepentingan dengan musala darurat sebagai tempat salat, yang turut kerja bakti. Beberapa penganut Hindu juga turun tangan. Bahkan salah satu areal musala darurat adalah lahan milik umat Hindu.
“Saat gempa tahun 20218, ada salah seorang dari umat Hindu menyediakan sebidang tanah seluas 40 are (400 meter) untuk djadikan lokasi pengungsian yang juga tempat kita membangun masjid darurat bersama sahabat-sahabat relawan dari Kendal dan Kudus kala itu,” kata Ketua LPBINU Lombok Barat, Saparudin.
Kerja sama serupa juga dilakukan saat penanganan dampak COVID-19. Menurut Saparudin, Dusun Tragtag Desa Batu Kumbung dijadikan percontohan penanganan COVID-19 oleh LPBINU Pusat.
“Penanganan COVID-19 yang melibatkan semua unsur yang ada di kampung kami untuk melakukan sosialisasi protokol kesehatan dan waspada Corona yang di lakukan di tempat-tempat ibadah baik masjid maupun pura yang ada di dusun kami,” imbuh Saparudin.
tulis komentar anda