Indahnya Potret Toleransi Beragama di Batu Kumbung, Lombok Barat
loading...
A
A
A
LOMBOK BARAT - Toleransi dan kerja sama antar umat beragama diwujudkan di Dusun Tragtag, Desa Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Kerja sama kedua umat yakni Islam dan Hindu, selain menciptakan harmoni, juga mempercepat penanganan persoalan-persoalan yang datang, salah satunya dampak bencana alam gempa bumi pada 2018.
Kala itu, gempa bumi menyebabkan rusaknya rumah warga dan bangunan lainnya termasuk masjid dan mushala. Akibatnya umat Islam tidak bisa menjalankan ibadah di masjid dan musala sebagaimana layaknya.
Prediksi datangnya gempa susulan yang masih akan terjadi juga membuat warga harus mencari lokasi tanah lapang untuk hunian dan tempat ibadah sementara.
Warga setempat bersama relawan berinisiatif mendirikan musala darurat. Para relawan yang datang dari berbagai daerah bahu membahu bersama warga setempat.
Musala darurat dengan bahan baku bambu dan terpal dibangun sekitar dua hari. Uniknya, di antara para warga bukan hanya umat Islam, yang berkepentingan dengan musala darurat sebagai tempat salat, yang turut kerja bakti. Beberapa penganut Hindu juga turun tangan. Bahkan salah satu areal musala darurat adalah lahan milik umat Hindu.
“Saat gempa tahun 20218, ada salah seorang dari umat Hindu menyediakan sebidang tanah seluas 40 are (400 meter) untuk djadikan lokasi pengungsian yang juga tempat kita membangun masjid darurat bersama sahabat-sahabat relawan dari Kendal dan Kudus kala itu,” kata Ketua LPBINU Lombok Barat, Saparudin.
Kerja sama serupa juga dilakukan saat penanganan dampak COVID-19. Menurut Saparudin, Dusun Tragtag Desa Batu Kumbung dijadikan percontohan penanganan COVID-19 oleh LPBINU Pusat.
“Penanganan COVID-19 yang melibatkan semua unsur yang ada di kampung kami untuk melakukan sosialisasi protokol kesehatan dan waspada Corona yang di lakukan di tempat-tempat ibadah baik masjid maupun pura yang ada di dusun kami,” imbuh Saparudin.
Pada kegiatan penanganan pandemi COVID-19, tokoh-tokoh umat beragama di sana memberikan pemahaman bahwa meski beberapa waktu terakhir di sejumlah titik angka kasus tersebut mulai menurun, masyarakat jangan abai terhadap protokol kesehatan COVID-19.
Kegiatan kampanye menjadi kegiatan yang rutin dilaksanakan. Seperti pada Selasa (12/10/2021) LPBINU Lombok Barat bersama Pemerintah Desa Batu Kumbung, tokoh agama Hindu dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) setempat bersama-sama menyosialisasikan pencegahan COVID-19 di Pura Gangge Prenawe.
Menurut Saparudin, hubungan kedua umat beragama sangat baik. Kedua umat juga memandang positif terhadap penganut agama yang lain. “Selam ini setiap ada pembangunan untuk fasilitas umum selalu dilakukan bersama yang istilah di sini gotong royong, seperti pembuatan dan pengerasan jalan, pembuatan saluran irigasi,” kata Saparudin. Baca: Viral, Rebutan Pacar Siswi SMP di Bali Duel di Pantai.
Saling membantu juga dilakukan dalam pelaksanaan ibadah, bukan ritual ibadahnya. Misalnya setiap perayaan hari besar umat Islam yang dilakukan di masjid, yang menjaga keamanan kampung adalah pemuda-pemuda dari umat Hindu.
Begitu juga sebaliknya. “Yang mendasari pastinya adalah ukhuwah basyariah dan ukhuwah wathaniah kita,” tutur Saparudin.
Tokoh umat Hindu Desa Batu Kumbung, I Made Putra Usada membenarkan sangat banyak macam dan bentuk kegiatan yang sudah dilakukan bersama. “Saling menjaga keamanan dan kenyamanan pada saat menjalankan ibadah keagamaan masing-masing seperti saat Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Galungan, dan hari raya lainnya,” kata I Made Putra Usada. Baca Juga: Bangun Masjid Syekh Ajlin Palestina, Warga Indonesia Galang Dana Wakaf Rp205 Juta.
Kerja sama kedua umat yakni Islam dan Hindu, selain menciptakan harmoni, juga mempercepat penanganan persoalan-persoalan yang datang, salah satunya dampak bencana alam gempa bumi pada 2018.
Kala itu, gempa bumi menyebabkan rusaknya rumah warga dan bangunan lainnya termasuk masjid dan mushala. Akibatnya umat Islam tidak bisa menjalankan ibadah di masjid dan musala sebagaimana layaknya.
Prediksi datangnya gempa susulan yang masih akan terjadi juga membuat warga harus mencari lokasi tanah lapang untuk hunian dan tempat ibadah sementara.
Warga setempat bersama relawan berinisiatif mendirikan musala darurat. Para relawan yang datang dari berbagai daerah bahu membahu bersama warga setempat.
Musala darurat dengan bahan baku bambu dan terpal dibangun sekitar dua hari. Uniknya, di antara para warga bukan hanya umat Islam, yang berkepentingan dengan musala darurat sebagai tempat salat, yang turut kerja bakti. Beberapa penganut Hindu juga turun tangan. Bahkan salah satu areal musala darurat adalah lahan milik umat Hindu.
“Saat gempa tahun 20218, ada salah seorang dari umat Hindu menyediakan sebidang tanah seluas 40 are (400 meter) untuk djadikan lokasi pengungsian yang juga tempat kita membangun masjid darurat bersama sahabat-sahabat relawan dari Kendal dan Kudus kala itu,” kata Ketua LPBINU Lombok Barat, Saparudin.
Kerja sama serupa juga dilakukan saat penanganan dampak COVID-19. Menurut Saparudin, Dusun Tragtag Desa Batu Kumbung dijadikan percontohan penanganan COVID-19 oleh LPBINU Pusat.
“Penanganan COVID-19 yang melibatkan semua unsur yang ada di kampung kami untuk melakukan sosialisasi protokol kesehatan dan waspada Corona yang di lakukan di tempat-tempat ibadah baik masjid maupun pura yang ada di dusun kami,” imbuh Saparudin.
Pada kegiatan penanganan pandemi COVID-19, tokoh-tokoh umat beragama di sana memberikan pemahaman bahwa meski beberapa waktu terakhir di sejumlah titik angka kasus tersebut mulai menurun, masyarakat jangan abai terhadap protokol kesehatan COVID-19.
Kegiatan kampanye menjadi kegiatan yang rutin dilaksanakan. Seperti pada Selasa (12/10/2021) LPBINU Lombok Barat bersama Pemerintah Desa Batu Kumbung, tokoh agama Hindu dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) setempat bersama-sama menyosialisasikan pencegahan COVID-19 di Pura Gangge Prenawe.
Menurut Saparudin, hubungan kedua umat beragama sangat baik. Kedua umat juga memandang positif terhadap penganut agama yang lain. “Selam ini setiap ada pembangunan untuk fasilitas umum selalu dilakukan bersama yang istilah di sini gotong royong, seperti pembuatan dan pengerasan jalan, pembuatan saluran irigasi,” kata Saparudin. Baca: Viral, Rebutan Pacar Siswi SMP di Bali Duel di Pantai.
Saling membantu juga dilakukan dalam pelaksanaan ibadah, bukan ritual ibadahnya. Misalnya setiap perayaan hari besar umat Islam yang dilakukan di masjid, yang menjaga keamanan kampung adalah pemuda-pemuda dari umat Hindu.
Begitu juga sebaliknya. “Yang mendasari pastinya adalah ukhuwah basyariah dan ukhuwah wathaniah kita,” tutur Saparudin.
Tokoh umat Hindu Desa Batu Kumbung, I Made Putra Usada membenarkan sangat banyak macam dan bentuk kegiatan yang sudah dilakukan bersama. “Saling menjaga keamanan dan kenyamanan pada saat menjalankan ibadah keagamaan masing-masing seperti saat Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Galungan, dan hari raya lainnya,” kata I Made Putra Usada. Baca Juga: Bangun Masjid Syekh Ajlin Palestina, Warga Indonesia Galang Dana Wakaf Rp205 Juta.
(nag)