Turbulensi Pilot Lokal di Aviasi Indonesia
Selasa, 16 November 2021 - 23:17 WIB
JAKARTA - Ratusan pilot muda Indonesia yang pengangguran sudah menjadi isu lama. Lapangan pekerjaan tak sanggup mengimbangi lulusan sekolah pilot yang terus bergulir dari tahun ke tahun.
Ketika beberapa negara alami kelangkaan pilot, Indonesia justru kelebihan pilot. Isu pengangguran bagi para lulusan sekolah pilot, serta situasi pandemi kurang lebih hampir dua tahun belakangan ini membuat masa depan profesi pilot tidak semenjanjikan sebelumnya.
Banyak faktor tentunya. Selain oversupply, mereka yang baru lulus dari sekolah penerbangan tak bisa langsung bekerja di maskapai karena harus menghadapi beberapa kendala, salah satunya soal persyaratan minimal jam terbang.
Menurut pilot senior Capt Hanafi Herlim, lewat akun YouTube pribadinya, saat ini Indonesia sudah kebanyakan pilot terutama student pilot yang baru lulus dari flying school. “Kabarnya saat ini sudah mencapai 2.000-an pilot menganggur," tuturnya dalam unggahan 1 Mei 2020 lalu.
Cukup ironis, mengingat ekspektasi tinggi karier pilot disebut pantas dengan biaya pendidikan yang relatif tinggi juga.
Tentunya hal ini menjadi kerja bersama antara asosiasi, sekolah penerbangan, pemerintah, perusahaan aviasi dan instansi terkait untuk menjawab keresahan atas kejelasan profesi pilot di Indonesia.
Mulai dari inisiasi pemerintah mengadakan pelatihan mendalam selama masa ‘nganggur’, workshop untuk menyegarkan pengetahuan dasar pilot pemula, hingga penyaluran sumber daya manusia untuk kerja praktik di berbagai maskapai.
Di pertengahan tahun 2020, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug juga ambil bagian dengan menutup sementara rekrutmen calon mahasiswa kejuruan pilot dalam upaya meminimalisir pengangguran yang belum tuntas. Baca: Arsitek di Bali Ditemukan Tewas Membusuk di Bawah Jembatan Yeh Panan.
Ketika beberapa negara alami kelangkaan pilot, Indonesia justru kelebihan pilot. Isu pengangguran bagi para lulusan sekolah pilot, serta situasi pandemi kurang lebih hampir dua tahun belakangan ini membuat masa depan profesi pilot tidak semenjanjikan sebelumnya.
Banyak faktor tentunya. Selain oversupply, mereka yang baru lulus dari sekolah penerbangan tak bisa langsung bekerja di maskapai karena harus menghadapi beberapa kendala, salah satunya soal persyaratan minimal jam terbang.
Menurut pilot senior Capt Hanafi Herlim, lewat akun YouTube pribadinya, saat ini Indonesia sudah kebanyakan pilot terutama student pilot yang baru lulus dari flying school. “Kabarnya saat ini sudah mencapai 2.000-an pilot menganggur," tuturnya dalam unggahan 1 Mei 2020 lalu.
Cukup ironis, mengingat ekspektasi tinggi karier pilot disebut pantas dengan biaya pendidikan yang relatif tinggi juga.
Tentunya hal ini menjadi kerja bersama antara asosiasi, sekolah penerbangan, pemerintah, perusahaan aviasi dan instansi terkait untuk menjawab keresahan atas kejelasan profesi pilot di Indonesia.
Mulai dari inisiasi pemerintah mengadakan pelatihan mendalam selama masa ‘nganggur’, workshop untuk menyegarkan pengetahuan dasar pilot pemula, hingga penyaluran sumber daya manusia untuk kerja praktik di berbagai maskapai.
Di pertengahan tahun 2020, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug juga ambil bagian dengan menutup sementara rekrutmen calon mahasiswa kejuruan pilot dalam upaya meminimalisir pengangguran yang belum tuntas. Baca: Arsitek di Bali Ditemukan Tewas Membusuk di Bawah Jembatan Yeh Panan.
tulis komentar anda