Menag: Mudik saat Pandemi Corona Lebih Banyak Mudaratnya
Rabu, 22 April 2020 - 14:53 WIB
JAKARTA - Selama ini, mudik atau pulang ke kampung halaman saat Ramadhan dan Lebaran merupakan tradisi masyarakat Indonesia untuk silaturahmi dengan orang tua dan sanak keluarga.
Namun, mudik dalam kondisi pandemik Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) seperti saat ini, cenderung memberikan mudarat yang lebih besar dibandingkan manfaatnya.
Ini disebabkan, penyebaran Covid-19 berpotensi akan lebih meluas jika masyarakat melakukan mobilitas.
“Potensi penyebaran Covid-19 harus kita antisipasi. Mudik bisa menjadi salah satu faktor. Sehingga, mudik saat pandemik dinilai lebih banyak mudaratnya. Sebab, mudik bisa menjadi sarana tersebarnya Covid-19 ke kampung,” kata Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya yang diterima SINDOnews, Selasa (22/4/2020).
Menag mengakui mudik sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia. Meski dirasa berat, kebijakan pemerintah memberlakukan larangan mudik itu demi kebaikan masyarakat Indonesia, di tengah kondisi pandemi Covid-19. “Kalau kita sayang keluarga di rumah, sayang sama orang tua dan saudara di kampung, tahun ini jangan mudik. Silaturahim bisa kita jalin dengan cara lain, misalnya melalui sambungan telepon atau lainnya,” kata Menag.
Kebijakan itu diterapkan demi menjaga kesehatan bersama. “Memang masyarakat kita, termasuk saya dan keluarga, dalam kondisi normal, kalau pertengahan Ramadhan biasanya sudah bersiap untuk pulang kampung. Enak rasanya puasa bersama keluarga di kampung, bersama saudara-saudara semua, apalagi menjelang Idul Fitri. Tapi, kita tahu bersama situasi sekarang tidak memungkinkan. Oleh sebab itu, Pemerintah, dalam hal ini bapak Presiden, mulai 24 April nanti melarang untuk mudik. Dan kami mendukung itu,” kata Menag.
Menag berharap larangan mudik ini tidak mengganggu kekhidmatan bulan Ramadan yang akan segera tiba. Sebaliknya, masyarakat bisa fokus menjalani ibadah di rumah selama Ramadhan. “Mudah-mudahan ini tidak mengurangi kegairahan dan semangat ibadah di bulan Ramadhan. Mari semarakkan Ramadhan, dengan beribadah di rumah saja,” ajak Menag.
Namun, mudik dalam kondisi pandemik Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) seperti saat ini, cenderung memberikan mudarat yang lebih besar dibandingkan manfaatnya.
Ini disebabkan, penyebaran Covid-19 berpotensi akan lebih meluas jika masyarakat melakukan mobilitas.
“Potensi penyebaran Covid-19 harus kita antisipasi. Mudik bisa menjadi salah satu faktor. Sehingga, mudik saat pandemik dinilai lebih banyak mudaratnya. Sebab, mudik bisa menjadi sarana tersebarnya Covid-19 ke kampung,” kata Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya yang diterima SINDOnews, Selasa (22/4/2020).
Menag mengakui mudik sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia. Meski dirasa berat, kebijakan pemerintah memberlakukan larangan mudik itu demi kebaikan masyarakat Indonesia, di tengah kondisi pandemi Covid-19. “Kalau kita sayang keluarga di rumah, sayang sama orang tua dan saudara di kampung, tahun ini jangan mudik. Silaturahim bisa kita jalin dengan cara lain, misalnya melalui sambungan telepon atau lainnya,” kata Menag.
Kebijakan itu diterapkan demi menjaga kesehatan bersama. “Memang masyarakat kita, termasuk saya dan keluarga, dalam kondisi normal, kalau pertengahan Ramadhan biasanya sudah bersiap untuk pulang kampung. Enak rasanya puasa bersama keluarga di kampung, bersama saudara-saudara semua, apalagi menjelang Idul Fitri. Tapi, kita tahu bersama situasi sekarang tidak memungkinkan. Oleh sebab itu, Pemerintah, dalam hal ini bapak Presiden, mulai 24 April nanti melarang untuk mudik. Dan kami mendukung itu,” kata Menag.
Menag berharap larangan mudik ini tidak mengganggu kekhidmatan bulan Ramadan yang akan segera tiba. Sebaliknya, masyarakat bisa fokus menjalani ibadah di rumah selama Ramadhan. “Mudah-mudahan ini tidak mengurangi kegairahan dan semangat ibadah di bulan Ramadhan. Mari semarakkan Ramadhan, dengan beribadah di rumah saja,” ajak Menag.
(nth)
tulis komentar anda