Nyangku, Tradisi Pencucian Benda Pusaka Kerajaan Panjalu di Ciamis
Selasa, 02 November 2021 - 05:37 WIB
CIAMIS - Ada yang berbeda dalam prosesi tradisi budaya Nyangku masyarakat Panjalu, Ciamis, Jawa Barat tahun ini. Tradisi upacara adat Nyangku yang dilaksanakan setiap bulan Rabiul Awal, dan sekaligus Maulid Nabi Muhammad ini digelar di dalam Nusa Gede.
Nusa Gede adalah tempat makam raja dan keturunan Kerajaan Panjalu di tengah Situ Lengkong Panjalu, Ciamis.
Hal ini dilakukan mengingat masa pandemi, agar masyarakat yang berkunjung tidak tumpah ruah seperti peringatan tradisi adat budaya Nyangku tahun sebelumnya. Namun, hal itu tidak membuat hikmatnya prosesi tradisi Nyangku berkurang.
Diawali dengan mengeluarkan sejumlah benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi Alit atau museum tempat menyimpan benda pusaka, lalu dibawa oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih diiringi dengan Sholawat dan alat musik gembyung menuju Nusa Gede.
Bila tahun sebelumnya, pusaka diarak kembali ke Taman Borosngora alun-alun Panjalu untuk dilakukan ritual Jamas, namun kali ini dilakukan langsung di Nusa Gede.
Jamas merupakan tradisi membersihkan dengan cara mencuci benda-benda pusaka menggunakan tujuh sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut “cai karomah tirta kahuripan' dari pegunungan wilayah Kerajaan Panjalu.
Mulai dari mata air Situ Lengkong, mata air karantenan Gunung Sawal, mata air Kapunduhan yang merupakan tempat makam Prabu Rahyang Kuning Cipanjalu, mata air Kubang Kelong Pasanggrahan, mata air Bongbang Kancana, mata air Gunung Bitung dan sumber air Ciomas.
Dalam prosesi puncak ini hanya beberapa benda pusaka yang dibersihkan antara lain pedang pemberian Syaidina Ali kepada Prabu Borosngora yang dinamai Zulfikar, Kujang Panjalu, dan Keris Stokkomand. Sedangkan sisanya dilaksanakan terpisah. Baca: Arya Damar, Ahli Mesiu Kerajaan Majapahit Sang Penakluk Kerajaan Bali.
"Tradisi budaya ini, bermakna moment mengingatkan hal kebaikan sebagai manusia. Menjadikan masyarakat lebih berkarakter, dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang lebih baik," ujar Solehudin, keluarga Kerajaan Panjalu, Senin (1/11/2021).
"Selain itu, juga untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora dalam syiar ajaran Islam, serta untuk melestarikan budaya peninggalan leluhur," tambhanya.
Menurut Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mengatakan, kearifan lokal budaya Nyanku adalah tradisi leluhur dan telah turun temurun selama ratusan tahun yang perlu dijaga dan lebih diletarikan. Baca Juga: Misteri Pembunuhan Ibu dan Anak Gadisnya, Ini Cerita Danu Kuras Bak Mandi Bercampur Darah.
"Selain tradisi Nyangku yang saat ini menjadi ikonik wisata budaya nasional, saya berharap hal ini mampu lebih mengairahkan banyak situs leluhur sebagai wisata religi Panjalu yang tersebar di kabupaten ciamisi," pungkasnya.
Lihat Juga: Puluhan Ribu Warga Meriahkan Gebyar Budaya, Husain Alting Sjah Ingatkan Perdamaian di Atas Segalanya
Nusa Gede adalah tempat makam raja dan keturunan Kerajaan Panjalu di tengah Situ Lengkong Panjalu, Ciamis.
Hal ini dilakukan mengingat masa pandemi, agar masyarakat yang berkunjung tidak tumpah ruah seperti peringatan tradisi adat budaya Nyangku tahun sebelumnya. Namun, hal itu tidak membuat hikmatnya prosesi tradisi Nyangku berkurang.
Diawali dengan mengeluarkan sejumlah benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi Alit atau museum tempat menyimpan benda pusaka, lalu dibawa oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih diiringi dengan Sholawat dan alat musik gembyung menuju Nusa Gede.
Bila tahun sebelumnya, pusaka diarak kembali ke Taman Borosngora alun-alun Panjalu untuk dilakukan ritual Jamas, namun kali ini dilakukan langsung di Nusa Gede.
Jamas merupakan tradisi membersihkan dengan cara mencuci benda-benda pusaka menggunakan tujuh sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut “cai karomah tirta kahuripan' dari pegunungan wilayah Kerajaan Panjalu.
Mulai dari mata air Situ Lengkong, mata air karantenan Gunung Sawal, mata air Kapunduhan yang merupakan tempat makam Prabu Rahyang Kuning Cipanjalu, mata air Kubang Kelong Pasanggrahan, mata air Bongbang Kancana, mata air Gunung Bitung dan sumber air Ciomas.
Dalam prosesi puncak ini hanya beberapa benda pusaka yang dibersihkan antara lain pedang pemberian Syaidina Ali kepada Prabu Borosngora yang dinamai Zulfikar, Kujang Panjalu, dan Keris Stokkomand. Sedangkan sisanya dilaksanakan terpisah. Baca: Arya Damar, Ahli Mesiu Kerajaan Majapahit Sang Penakluk Kerajaan Bali.
"Tradisi budaya ini, bermakna moment mengingatkan hal kebaikan sebagai manusia. Menjadikan masyarakat lebih berkarakter, dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang lebih baik," ujar Solehudin, keluarga Kerajaan Panjalu, Senin (1/11/2021).
"Selain itu, juga untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora dalam syiar ajaran Islam, serta untuk melestarikan budaya peninggalan leluhur," tambhanya.
Menurut Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mengatakan, kearifan lokal budaya Nyanku adalah tradisi leluhur dan telah turun temurun selama ratusan tahun yang perlu dijaga dan lebih diletarikan. Baca Juga: Misteri Pembunuhan Ibu dan Anak Gadisnya, Ini Cerita Danu Kuras Bak Mandi Bercampur Darah.
"Selain tradisi Nyangku yang saat ini menjadi ikonik wisata budaya nasional, saya berharap hal ini mampu lebih mengairahkan banyak situs leluhur sebagai wisata religi Panjalu yang tersebar di kabupaten ciamisi," pungkasnya.
Lihat Juga: Puluhan Ribu Warga Meriahkan Gebyar Budaya, Husain Alting Sjah Ingatkan Perdamaian di Atas Segalanya
(nag)
tulis komentar anda