Bertahan Dekat Gedung Putih, Demonstran Tak Pedulikan Jam Malam
Rabu, 03 Juni 2020 - 08:36 WIB
WASHINGTON - Gelombang ribuan demonstrans masih menggelar aksi demonstrasi di dekat Gedung Putih. Mereka tidak mempedulikan lagi jam malam yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat (AS).
(Baca juga: Dokter Senior di Surabaya Meninggal Akibat Serangan COVID-19 )
Para demonstran masih terus bertahan menuntut kedailan bagi George Floyd. Aksi ini dilakukan sehari setelah mereka dibubarkan dengan gas air mata dan granat kejut, untuk memberi jalan bagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil foto di Gereja St. John.
Para pemrotes terdengar meneriakkan: "Apa yang kita inginkan? Keadilan. Kapan kita menginginkannya? Sekarang," seperti dilansir dari DW, Rabu (3/6/2020).
Menurut pengacara Partai Demokrat Andrew Weinstein mantan kandidat presiden dari Partai Demokrat yang juga seorang senator, Elizabeth Warren, menghadiri aksi protes tersebut.
Sebanyak 27 pemerintah kota di 21 negara bagian masih memberlakukan jam malam, mulai hari Senin hingga Selasa (2/6/2020) pagi waktu setempat. Sampai dengan Senin malam waktu setempat tercatat 26 negara bagian telah mengaktifkan tentara cadangan Garda Nasional, dengan jumlah personil keseluruhan sebanyak 17.000 orang, guna membantu menjaga keamanan.
(Baca juga: Kasus Terkonfirmasi di Surabaya Naik, Kepala BNPB: Hasil Kerja Keras )
George Floyd, seorang pria kulit hitam meninggal setelah dicekik dengan lutut seorang anggota polisi Derek Chuvin. Floyd ditangkap karena diduga melakukan penipuan dan melawan saat akan ditangkap.
Dalam sebuah video yang viral, terlihat Flyod yang terbaring di tanah mengaku tidak bisa bernafas saat lehernya dicekik menggunakan lutut oleh Chauvin. Floyd kemudian meninggal.
Kematian Floyd pun sontak memicu aksi demonstrasi yang menuntut keadilan meski keempat polisi yang terlibat dalam peristiwa tragis itu di pecat. Derek Chauvin sendiri telah ditangkap dan dikenakan pasal berlapis terkait pembunuhan.
Belakangan, aksi itu berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan serta menyebar ke sejumlah kota di AS.
(Baca juga: Dokter Senior di Surabaya Meninggal Akibat Serangan COVID-19 )
Para demonstran masih terus bertahan menuntut kedailan bagi George Floyd. Aksi ini dilakukan sehari setelah mereka dibubarkan dengan gas air mata dan granat kejut, untuk memberi jalan bagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil foto di Gereja St. John.
Para pemrotes terdengar meneriakkan: "Apa yang kita inginkan? Keadilan. Kapan kita menginginkannya? Sekarang," seperti dilansir dari DW, Rabu (3/6/2020).
Menurut pengacara Partai Demokrat Andrew Weinstein mantan kandidat presiden dari Partai Demokrat yang juga seorang senator, Elizabeth Warren, menghadiri aksi protes tersebut.
Sebanyak 27 pemerintah kota di 21 negara bagian masih memberlakukan jam malam, mulai hari Senin hingga Selasa (2/6/2020) pagi waktu setempat. Sampai dengan Senin malam waktu setempat tercatat 26 negara bagian telah mengaktifkan tentara cadangan Garda Nasional, dengan jumlah personil keseluruhan sebanyak 17.000 orang, guna membantu menjaga keamanan.
(Baca juga: Kasus Terkonfirmasi di Surabaya Naik, Kepala BNPB: Hasil Kerja Keras )
George Floyd, seorang pria kulit hitam meninggal setelah dicekik dengan lutut seorang anggota polisi Derek Chuvin. Floyd ditangkap karena diduga melakukan penipuan dan melawan saat akan ditangkap.
Dalam sebuah video yang viral, terlihat Flyod yang terbaring di tanah mengaku tidak bisa bernafas saat lehernya dicekik menggunakan lutut oleh Chauvin. Floyd kemudian meninggal.
Kematian Floyd pun sontak memicu aksi demonstrasi yang menuntut keadilan meski keempat polisi yang terlibat dalam peristiwa tragis itu di pecat. Derek Chauvin sendiri telah ditangkap dan dikenakan pasal berlapis terkait pembunuhan.
Belakangan, aksi itu berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan serta menyebar ke sejumlah kota di AS.
(eyt)
tulis komentar anda