Misteri Konspirasi Gajah Mada di Balik Terbunuhnya Jayanegara di Istana Majapahit
Senin, 11 Oktober 2021 - 09:57 WIB
Saat proses pemeriksaan berjalan, ternyata Jayanagara sakit bisul dan meminta Tanca membedahnya. Pada saat itulah Tanca melampiaskan dendamnya dengan membunuh raja menggunakan pisau. Versi lainnya menyebutkan, Jayanagara mati setelah minum racun buatan Tanca. Racun tersebut sengaja dibuat Tanca, karena adanya hasutan dari para pemberontak.
Muhammad Yamin, yang merupakan pengagum dan penemu wajah Gajah Mada, membela Gajah Mada dengan menuliskan: "Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada bahwa dialah yang mendorong Ra Tanca berlaku demikian, karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota".
Terlepas dari berbagai konspirasi terhadap pembunuhan Raja Majapahit, bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara tersebut, memang perangai sang raja dikenal buruk. Bahkan, Kitab Pararaton memberinya nama Kalagemet, sebagai sindiran atas perilakunya yang buruk.
Jayanagara merupakan putra mahkota hasil pernikahan Raden Wijaya, dengan istrinya dari tanah Melayu, Dara Petak. Selama memerintah Majapahit pada tahun 1309-1328, situasi di dalam negeri Majapahit penuh pergolakan dan diwarnai banyak pemberontakan.
Diduga, pemberontakan ini juga dipicu oleh ketidak senangan sejumlah petinggi Majapahit, karena rajanya keturunan Melayu. Selama menjadi raja, Jayanegara memiliki pengawal yang dikenal tangguh, yakni Gajah Mada.
Sebelum bertahta di Majapahit, Kitab Nagarakretagama menyebutkan bahwa Jayanegara diangkat sebagai yuwaraja atau raja muda di Kadiri atau Daha pada tahun 1295. Diduga, saat memerintah di Kadiri, usia Jayanagara masih sangat muda, karena ayahnya Raden Wijaya baru menikahi Dara Petak yang diduga juga bernawa Indreswari pada tahun 1293.
Selama memerintah Kadiri, Jayanegara dibantu oleh Lembu Sora. Nama Lembu Sora juga tercatat dalam prasasti Pananggungan, dengan jabatan sebagai patih Daha. Jayanegara naik tahta menjadi raja Majapahit, menggantikan posisi ayahnya yang meninggal pada tahun 1309.
Kitab Pararaton mencatat, sejumlah pengikut setia Raden Wijaya, beberapa kali melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Jayanagara. Di antaranya, dilakukan oleh Ranggalawe yang diduga terjadi tahun 1309 saat Jayanagara naik tahta di Majapahit.
Muhammad Yamin, yang merupakan pengagum dan penemu wajah Gajah Mada, membela Gajah Mada dengan menuliskan: "Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada bahwa dialah yang mendorong Ra Tanca berlaku demikian, karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota".
Terlepas dari berbagai konspirasi terhadap pembunuhan Raja Majapahit, bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara tersebut, memang perangai sang raja dikenal buruk. Bahkan, Kitab Pararaton memberinya nama Kalagemet, sebagai sindiran atas perilakunya yang buruk.
Baca Juga
Jayanagara merupakan putra mahkota hasil pernikahan Raden Wijaya, dengan istrinya dari tanah Melayu, Dara Petak. Selama memerintah Majapahit pada tahun 1309-1328, situasi di dalam negeri Majapahit penuh pergolakan dan diwarnai banyak pemberontakan.
Diduga, pemberontakan ini juga dipicu oleh ketidak senangan sejumlah petinggi Majapahit, karena rajanya keturunan Melayu. Selama menjadi raja, Jayanegara memiliki pengawal yang dikenal tangguh, yakni Gajah Mada.
Sebelum bertahta di Majapahit, Kitab Nagarakretagama menyebutkan bahwa Jayanegara diangkat sebagai yuwaraja atau raja muda di Kadiri atau Daha pada tahun 1295. Diduga, saat memerintah di Kadiri, usia Jayanagara masih sangat muda, karena ayahnya Raden Wijaya baru menikahi Dara Petak yang diduga juga bernawa Indreswari pada tahun 1293.
Selama memerintah Kadiri, Jayanegara dibantu oleh Lembu Sora. Nama Lembu Sora juga tercatat dalam prasasti Pananggungan, dengan jabatan sebagai patih Daha. Jayanegara naik tahta menjadi raja Majapahit, menggantikan posisi ayahnya yang meninggal pada tahun 1309.
Kitab Pararaton mencatat, sejumlah pengikut setia Raden Wijaya, beberapa kali melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Jayanagara. Di antaranya, dilakukan oleh Ranggalawe yang diduga terjadi tahun 1309 saat Jayanagara naik tahta di Majapahit.
tulis komentar anda