Pengamat Politik Nilai Ujaran Kebencian Tak Efektif di Pilgub Sumbar
Selasa, 02 Juni 2020 - 11:56 WIB
PADANG - Pengamat Politik FISIP Universitas Andalas (Unand), Asrinaldi mengatakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Barat kian menghangat setelah ditetapkan digelar pada 9 Desember 2020. Dia melihat saat ini banyak calon yang sudah bergerak untuk ikut berpartisipasi dalam kontestasi demokrasi lima tahunan tersebut.
Dia mengungkapkan sudah banyak calon yang mulai bergerak setelah ditetapkan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2020. Banyak indikasi yang memperlihatkan hal tersebut. Selain itu para calon independen juga mulai memverifikasi data. (Baca juga: Ini Poin Kesepakatan Digesernya Pilkada Serentak 2020)
Asrinaldi mengatakan terdapat beberapa indikasi yang menunjukkan menghangatnya iklim politik di Ranah Minang. Di antaranya adalah kasus ujaran kebencian yang belum lama ini mencuat untuk mendiskreditkan salah satu calon kandidat Pilgub Sumbar. "Ujaran kebencian yang mendiskreditkan salah satu calon, black campaign, hal ini biasa muncul ketika menjelang pilkada. Indikasinya menghangat," ujar Asrinaldi dalam keterangan tertulis, Selasa (2/6/2020). (Baca juga: Kemendagri Minta Pemda Bantu KPU dalam Pilkada Serentak 2020)
Namun dia melihat, cara seperti black campaign dengan menyebarkan berita bohong untuk mendiskreditkan salah satu kandidat dinilai tidak efektif. Menurutnya, masyarakat lebih berfokus pada kinerja kandidat kepala daerah dari pada cara black campaign. "Kasus ujaran kebencian, cara black campaign seperti ini tidak akan efektif, masyarakat melihat kerja nyata serang tokoh untuk menjadi pemimpin," bebernya.
Terakhir, Asrinaldi mengatakan terdapat 2 calon kandidat yang memiliki peluang besar dalam Pilgub Sumbar mendatang. Dosen Universitas Andalas ini menilai Mulyadi figur yang paling terdepan mendapatkan tiket Pilgub Sumbar.
"Ada dua calon yg potensial yg bersaing ketat, yakni Mahyeldi dan Mulyadi. Dan yang membayangi Fakhrizal. Tapi Mahyeldi ada masalah internal di partai," sebut Asrinaldi.
Dia mengungkapkan sudah banyak calon yang mulai bergerak setelah ditetapkan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2020. Banyak indikasi yang memperlihatkan hal tersebut. Selain itu para calon independen juga mulai memverifikasi data. (Baca juga: Ini Poin Kesepakatan Digesernya Pilkada Serentak 2020)
Asrinaldi mengatakan terdapat beberapa indikasi yang menunjukkan menghangatnya iklim politik di Ranah Minang. Di antaranya adalah kasus ujaran kebencian yang belum lama ini mencuat untuk mendiskreditkan salah satu calon kandidat Pilgub Sumbar. "Ujaran kebencian yang mendiskreditkan salah satu calon, black campaign, hal ini biasa muncul ketika menjelang pilkada. Indikasinya menghangat," ujar Asrinaldi dalam keterangan tertulis, Selasa (2/6/2020). (Baca juga: Kemendagri Minta Pemda Bantu KPU dalam Pilkada Serentak 2020)
Namun dia melihat, cara seperti black campaign dengan menyebarkan berita bohong untuk mendiskreditkan salah satu kandidat dinilai tidak efektif. Menurutnya, masyarakat lebih berfokus pada kinerja kandidat kepala daerah dari pada cara black campaign. "Kasus ujaran kebencian, cara black campaign seperti ini tidak akan efektif, masyarakat melihat kerja nyata serang tokoh untuk menjadi pemimpin," bebernya.
Terakhir, Asrinaldi mengatakan terdapat 2 calon kandidat yang memiliki peluang besar dalam Pilgub Sumbar mendatang. Dosen Universitas Andalas ini menilai Mulyadi figur yang paling terdepan mendapatkan tiket Pilgub Sumbar.
"Ada dua calon yg potensial yg bersaing ketat, yakni Mahyeldi dan Mulyadi. Dan yang membayangi Fakhrizal. Tapi Mahyeldi ada masalah internal di partai," sebut Asrinaldi.
(shf)
tulis komentar anda