Kisah Pasukan Tameng dan Klewang, Penumpas Antek-antek PKI di Bali
Sabtu, 02 Oktober 2021 - 05:00 WIB
Janji itu tentu sangat menggugah masyarakat dan kemudian menjatuhkan pilihan mendukung setiap gerakan partai komunis nomor tiga terbesar di dunia saat tahun 1960an itu.
Kak Pegeg masih ingat, saat ada acara pelantikan dan ramai-ramai apel partai, Warda selalu memimpin massa untuk berkumpul dan berjalan bersama menuju tempat pertemuan partai.
Di desanya Warda adalah tokoh menonjol dan diketahui aktif dalam kegiatan-kegiatan PKI. Tidak bisa yang membantah bahwa di tahun 1960-an itu, massa Warda di desa sangat banyak.
Rintihan dan kesulitan rakyat dijawab dengan program dan pemihakan pada rakyat. Dan keyakinan untuk memenangkan persaingan melawan PNI dan partai lainnya dalam pemilihan umum adalah sebuah kewajaran.
Tapi angin kemudian berembus tanpa terduga. Di rumah warga desa yang memiliki radio-radio disesaki orang yang ingin mendengar ada sebuah berita tak terduga. Ada gerakan kudeta terhadap pemerintahan yang sah dengan membunuh jendral-jendral pada malam hari 30 September 1965 dan memasuki dini hari 1 Oktober 1965.
Oleh Soeharto kemudian gerakan kudeta itu dinyatakan dilakukan oleh PKI, dan kemudian menyebutkan peristiwa itu sebagai G30S/PKI. Kekuasaan diambil alih Soeharto dengan melakukan pembubaran PKI dan menetapkannya sebagai partai terlarang di Indonesia.
Setiap jengkal tanah di Tanah Air ini diperintahkan untuk mengganyang dan menumpas sampai ke akar-akarnya PKI dan para pengikutnya. Dan mulailah tahun-tahun kelam dalam sejarah di negeri ini, pembunuhan massal pada setiap manusia yang terkait atau dikait-kaitkan dengan PKI dan komunis.
Kak Pegeg memastikan, hampir lima lembar carik kertas yang ada di tangan Ketut Darta berisi daftar nama orang-orang yang kene garis, terkena garis PKI untuk mati dan tercatat pernah terlibat dalam acara PKI dan organisasi-organisasi pendukungnya.
Daftar nama itu diperolehnya dari catatan absensi kegiatan-kegiatan PKI ditambah dengan laporan masing-masing desa. Dari PNI, lawan politik PKI, juga mencatat siapa saja orang-orang yang pernah tersangkut dalam kegiatan PKI.
Tapi Kak Pegeg yakin sebagian lagi dari orang-orang yang terbunuh dalam tahun 1965-1966 adalah korban dari pisuna, fitnah, sentimen dan masalah pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan PKI. Dari lima lembar carik kertas daftar nama itulah pedoman untuk melakukan penculikan dan pembunuhan.
Kak Pegeg masih ingat, saat ada acara pelantikan dan ramai-ramai apel partai, Warda selalu memimpin massa untuk berkumpul dan berjalan bersama menuju tempat pertemuan partai.
Di desanya Warda adalah tokoh menonjol dan diketahui aktif dalam kegiatan-kegiatan PKI. Tidak bisa yang membantah bahwa di tahun 1960-an itu, massa Warda di desa sangat banyak.
Rintihan dan kesulitan rakyat dijawab dengan program dan pemihakan pada rakyat. Dan keyakinan untuk memenangkan persaingan melawan PNI dan partai lainnya dalam pemilihan umum adalah sebuah kewajaran.
Tapi angin kemudian berembus tanpa terduga. Di rumah warga desa yang memiliki radio-radio disesaki orang yang ingin mendengar ada sebuah berita tak terduga. Ada gerakan kudeta terhadap pemerintahan yang sah dengan membunuh jendral-jendral pada malam hari 30 September 1965 dan memasuki dini hari 1 Oktober 1965.
Oleh Soeharto kemudian gerakan kudeta itu dinyatakan dilakukan oleh PKI, dan kemudian menyebutkan peristiwa itu sebagai G30S/PKI. Kekuasaan diambil alih Soeharto dengan melakukan pembubaran PKI dan menetapkannya sebagai partai terlarang di Indonesia.
Setiap jengkal tanah di Tanah Air ini diperintahkan untuk mengganyang dan menumpas sampai ke akar-akarnya PKI dan para pengikutnya. Dan mulailah tahun-tahun kelam dalam sejarah di negeri ini, pembunuhan massal pada setiap manusia yang terkait atau dikait-kaitkan dengan PKI dan komunis.
Kak Pegeg memastikan, hampir lima lembar carik kertas yang ada di tangan Ketut Darta berisi daftar nama orang-orang yang kene garis, terkena garis PKI untuk mati dan tercatat pernah terlibat dalam acara PKI dan organisasi-organisasi pendukungnya.
Daftar nama itu diperolehnya dari catatan absensi kegiatan-kegiatan PKI ditambah dengan laporan masing-masing desa. Dari PNI, lawan politik PKI, juga mencatat siapa saja orang-orang yang pernah tersangkut dalam kegiatan PKI.
Tapi Kak Pegeg yakin sebagian lagi dari orang-orang yang terbunuh dalam tahun 1965-1966 adalah korban dari pisuna, fitnah, sentimen dan masalah pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan PKI. Dari lima lembar carik kertas daftar nama itulah pedoman untuk melakukan penculikan dan pembunuhan.
tulis komentar anda