Dililit Kemiskinan, Ibu 5 Anak di Medan Harus Banting Tulang Jadi Pengupas Kulit Kepiting
Senin, 13 September 2021 - 02:20 WIB
MEDAN - Ermayuni (38) harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Istri nelayan yang tinggal di pinggiran Kota Medan ini, setiap hari bekerja keras menjadi pengupas kulit anak kepiting.
Pekerjaan mengupas kulit anak kepiting ini, setiap hari dikerjakan ibu lima anak ini di tepian Sungai Deli, Kawasan Jalan Young Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Mulai dari pukul 06.00 WIB, Ermayuni keluar rumah menuju ke pondok di pinggiran Sungai Deli, untuk bekerja sebagai pengupas kulit anak kepiting. Pekerjaan itu dia kerjakan, setelah selesai membersihkan rumahnya.
"Pekerjaan ini sudah lama saya tekuni, untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kami setiap bulannya harus membayar sewa rumah Rp350 ribu. Selain itu untuk belanja kebutuhan rumah tangga, karena suami saya bekerja sebagai nelayan yang penghasilannya tidak menentu," ungkapnya.
Pasangan suami istri Yandi (40) dan Ermayuni ini mempunyai lima anak. Yang paling tua berusia 18 tahun, dan paling kecil empat tahun. Mereka tidak memiliki BPJS Kesehatan, dan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), karena tidak mempunyai Kartu Keluarga (KK).
Menurut pengakuan Ermayuni, selama ini tidak memiliki KK karena tidak mampu untuk mengurusnya. Untuk mengurus KK tersebut, harus membayar Rp150 ribu melalui kepala lingkungan setempat.
Pekerjaan mengupas kulit anak kepiting ini, setiap hari dikerjakan ibu lima anak ini di tepian Sungai Deli, Kawasan Jalan Young Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Mulai dari pukul 06.00 WIB, Ermayuni keluar rumah menuju ke pondok di pinggiran Sungai Deli, untuk bekerja sebagai pengupas kulit anak kepiting. Pekerjaan itu dia kerjakan, setelah selesai membersihkan rumahnya.
Baca Juga
"Pekerjaan ini sudah lama saya tekuni, untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kami setiap bulannya harus membayar sewa rumah Rp350 ribu. Selain itu untuk belanja kebutuhan rumah tangga, karena suami saya bekerja sebagai nelayan yang penghasilannya tidak menentu," ungkapnya.
Pasangan suami istri Yandi (40) dan Ermayuni ini mempunyai lima anak. Yang paling tua berusia 18 tahun, dan paling kecil empat tahun. Mereka tidak memiliki BPJS Kesehatan, dan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), karena tidak mempunyai Kartu Keluarga (KK).
Menurut pengakuan Ermayuni, selama ini tidak memiliki KK karena tidak mampu untuk mengurusnya. Untuk mengurus KK tersebut, harus membayar Rp150 ribu melalui kepala lingkungan setempat.
(eyt)
tulis komentar anda