Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Ganjar: Anak-anak Mulai Terbiasa Kelas Bergiliran
Rabu, 01 September 2021 - 15:08 WIB
"Dari sini saja sudah bagus, sudah ada rutenya, di kotak-kotak. Harapannya mengajak disiplin agar dari sini (antre) itu bisa mengatur jarak. Tadi dicek juga suhu dan sebagainya, menurut saya bagus. di kelas juga relatif bagus," kata Ganjar.
Saat meninjau aktivitas di ruang kelas, Ganjar melihat anak-anak sudah mulai terbiasa dengan PTM terbatas dengan metode masuk kelas bergiliran.
"Anak-anak nampaknya terbiasa. Kalau kita melihat bisa disiplin seperti ini dan orang tua busa antar-jemput akan berjalan lancar. Anak-anak saya lihat juga riang gembira," katanya.
Ganjar juga mengapresiasi SDN Tambakaji 04 yang sudah melakukan inovasi dengan model pembelajaran hybrid. Di setiap kelas dipasang dua kamera, yakni sisi belakang dan depan. Siswa yang belajar di rumah juga bisa mengikuti dsn berinteraksi langsung dengan guru atau teman-temannya di kelas melalui google meet.
"Gurunya kreatif. Metode ini bisa mendekatkan mereka yang di rumah dan di sekolah. Ketika mereka bergiliran (masuk) lama-lama akan muncul kebiasaan bahwa sekolah di rumah dan di sekolahan yang hybrid itu akan menjadi sesuatu yang biasa. Saya tadi sempat bicara dengan salah satu siswa yang mengikuti dari rumah ternyata mereka merasa tidak ada kesulitan. Bagus dan bisa dikembangkan," ungkap Ganjar.
Sementara itu, Kepala SDN Tambakaji 04, Sutriyono, menambahkan siswa yang mengikuti PTM terbatas terdiri atas siswa kelas 5 dan 6. Tiap tingkat dibagi dal empat kelas dengan jadwal masuk sekolah sesuai urutan ganjil-genap.
"Total siswa kelas 5 dan 6 itu sekitar 160an, yang mengikuti ini setengahnya, tiap kelas dibagi masing-masing empat ruang. Kami juga pakai metode blended learning (hybrid), siswa yang di kelas belajar langsung tatap muka dengan guru, yang di rumah mengikuti secara online," jelasnya.
Sutriyono menambahkan, untuk mengatur agar tidak terjadi kerumunan saat masuk ke lingkungan sekolah, para siswa per kelas mendapat jadwal masing-masing. Selanjutnya mereka akan mengikuti pembelajaran maksimal 2 jam.
Saat meninjau aktivitas di ruang kelas, Ganjar melihat anak-anak sudah mulai terbiasa dengan PTM terbatas dengan metode masuk kelas bergiliran.
"Anak-anak nampaknya terbiasa. Kalau kita melihat bisa disiplin seperti ini dan orang tua busa antar-jemput akan berjalan lancar. Anak-anak saya lihat juga riang gembira," katanya.
Ganjar juga mengapresiasi SDN Tambakaji 04 yang sudah melakukan inovasi dengan model pembelajaran hybrid. Di setiap kelas dipasang dua kamera, yakni sisi belakang dan depan. Siswa yang belajar di rumah juga bisa mengikuti dsn berinteraksi langsung dengan guru atau teman-temannya di kelas melalui google meet.
"Gurunya kreatif. Metode ini bisa mendekatkan mereka yang di rumah dan di sekolah. Ketika mereka bergiliran (masuk) lama-lama akan muncul kebiasaan bahwa sekolah di rumah dan di sekolahan yang hybrid itu akan menjadi sesuatu yang biasa. Saya tadi sempat bicara dengan salah satu siswa yang mengikuti dari rumah ternyata mereka merasa tidak ada kesulitan. Bagus dan bisa dikembangkan," ungkap Ganjar.
Sementara itu, Kepala SDN Tambakaji 04, Sutriyono, menambahkan siswa yang mengikuti PTM terbatas terdiri atas siswa kelas 5 dan 6. Tiap tingkat dibagi dal empat kelas dengan jadwal masuk sekolah sesuai urutan ganjil-genap.
"Total siswa kelas 5 dan 6 itu sekitar 160an, yang mengikuti ini setengahnya, tiap kelas dibagi masing-masing empat ruang. Kami juga pakai metode blended learning (hybrid), siswa yang di kelas belajar langsung tatap muka dengan guru, yang di rumah mengikuti secara online," jelasnya.
Sutriyono menambahkan, untuk mengatur agar tidak terjadi kerumunan saat masuk ke lingkungan sekolah, para siswa per kelas mendapat jadwal masing-masing. Selanjutnya mereka akan mengikuti pembelajaran maksimal 2 jam.
(shf)
tulis komentar anda