Dianiaya Puluhan Kakak Kelasnya, 12 Siswa SMAN Unggul Jaya Pidie Kabur dari Asrama
Rabu, 01 September 2021 - 08:28 WIB
PIDIE JAYA - 12 siswa kelas II SMU Unggul Pidie Jaya dianiaya oleh puluhan kakak kelasnya sendiri, Sabtu (28/8/2021) lalu.
Menurut keterangan siswa yang jadi korban, mereka ditendang dan dihajar kakak kelasnya dengan alasan tidak hormat dan menghargai.
"Padahal kami sudah cukup sopan dan santun terhadap senior, kapan dan dimanapun ketemu, kami selalu tersenyum dan menyapa, kami sangat menghargai senioritas," ungkap salah satu siswa.
Menurut pengakuan mereka, ke-12 siswa tersebut mengalami trauma berat empat di antaranya mengalami luka lebam, muntah-muntah dan gangguan pada saraf berdasarkan hasil rongent dari rumah sakit.
Salah seorang siswa mengatakan, kronoligi pemukulan berawal pada sabtu (28/8) dini hari. Saat itu korban tengah tidur di kamar asrama tiba-tiba kakak kelas III mereka dan dipaksa naik ke lantai dua.
"Setelah dinaikkan ke lantai dua, ke 12 orang siswa ini dipukul di kepala, di dada dan ditendang, kami merasa dianianya oleh kakak kelas sendiri," ujar siswa tersebut.
Setelah kejadian itu, tengah malam dini hari sekira pukul 04 pagi, mereka keluar dari asrma dengan berjalan kaki lebih kurang 10 KM ke rumah wali murid salah satu siswa. "Kami hawatir terjadi kekerasan lagi ,makanya kami angkat kaki dari sekolah malam itu juga," kata mereka.
Menurut pengakuan delapan siswa yang berhasil diwawancarai media ini, mereka diancam jika membocorkan kasus ini ke orang tua dan pihak sekolah bakal dipukul lagi. "Lebih dari dua jam kami dianiaya dilantai dua, tepatnya di lobby asrama SMU Unggul tersebut," ujar siswa lainnya yang menjadi korban penganiayaan.
Ke-12 orang siswa ini mengakui mengalami rasa trauma yang mendalam. " Kami tidak berani kembali ke sekolah sebelum ada jaminan keamanan dari pihak sekolah dan sanksi bagi pelaku, sudah tiga hari kami tidak sekolah, karena ketakutan," sebutnya. Baca: Jabar Luncurkan Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan.
Salah seorang wali murid yang berhasil diwawancarai wartawan mengatakan, pihaknya sangat keberatan dengan kasus pemukulan dan penganiayaan terhadap anaknya. "Saya tidak bisa terima anak saya dipukuli oleh kakak kelasnya," sebutnya.
Dia berharap kasus ini bisa terselesaikan, jangan dibiarkan begitu ."Sudah tiga hari anak-anak kami tidak sekolah karena trauma yang mendalam. Jangan korban dibiarkan tidak sekolah kakak kelasnya masih bisa sekolah, padahal yang jadi korban itu anak-anak kami," pungkasnya. Baca: PTM Bisa Tertunda, Banyak Wali Murid Tak Mengizinkan Anaknya Ikut.
Sementara itu, Kepala SMAN Unggul Pidie Jaya, Nurjannah saat dikonfirmasi wartawan via seluler dan pesan singkat WhatsApp tidak merespon.
Menurut keterangan siswa yang jadi korban, mereka ditendang dan dihajar kakak kelasnya dengan alasan tidak hormat dan menghargai.
"Padahal kami sudah cukup sopan dan santun terhadap senior, kapan dan dimanapun ketemu, kami selalu tersenyum dan menyapa, kami sangat menghargai senioritas," ungkap salah satu siswa.
Menurut pengakuan mereka, ke-12 siswa tersebut mengalami trauma berat empat di antaranya mengalami luka lebam, muntah-muntah dan gangguan pada saraf berdasarkan hasil rongent dari rumah sakit.
Salah seorang siswa mengatakan, kronoligi pemukulan berawal pada sabtu (28/8) dini hari. Saat itu korban tengah tidur di kamar asrama tiba-tiba kakak kelas III mereka dan dipaksa naik ke lantai dua.
"Setelah dinaikkan ke lantai dua, ke 12 orang siswa ini dipukul di kepala, di dada dan ditendang, kami merasa dianianya oleh kakak kelas sendiri," ujar siswa tersebut.
Setelah kejadian itu, tengah malam dini hari sekira pukul 04 pagi, mereka keluar dari asrma dengan berjalan kaki lebih kurang 10 KM ke rumah wali murid salah satu siswa. "Kami hawatir terjadi kekerasan lagi ,makanya kami angkat kaki dari sekolah malam itu juga," kata mereka.
Menurut pengakuan delapan siswa yang berhasil diwawancarai media ini, mereka diancam jika membocorkan kasus ini ke orang tua dan pihak sekolah bakal dipukul lagi. "Lebih dari dua jam kami dianiaya dilantai dua, tepatnya di lobby asrama SMU Unggul tersebut," ujar siswa lainnya yang menjadi korban penganiayaan.
Ke-12 orang siswa ini mengakui mengalami rasa trauma yang mendalam. " Kami tidak berani kembali ke sekolah sebelum ada jaminan keamanan dari pihak sekolah dan sanksi bagi pelaku, sudah tiga hari kami tidak sekolah, karena ketakutan," sebutnya. Baca: Jabar Luncurkan Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan.
Salah seorang wali murid yang berhasil diwawancarai wartawan mengatakan, pihaknya sangat keberatan dengan kasus pemukulan dan penganiayaan terhadap anaknya. "Saya tidak bisa terima anak saya dipukuli oleh kakak kelasnya," sebutnya.
Dia berharap kasus ini bisa terselesaikan, jangan dibiarkan begitu ."Sudah tiga hari anak-anak kami tidak sekolah karena trauma yang mendalam. Jangan korban dibiarkan tidak sekolah kakak kelasnya masih bisa sekolah, padahal yang jadi korban itu anak-anak kami," pungkasnya. Baca: PTM Bisa Tertunda, Banyak Wali Murid Tak Mengizinkan Anaknya Ikut.
Sementara itu, Kepala SMAN Unggul Pidie Jaya, Nurjannah saat dikonfirmasi wartawan via seluler dan pesan singkat WhatsApp tidak merespon.
(nag)
tulis komentar anda