KPP Sulsel Khawatir Aktivitas Belajar di Sekolah Lahirkan Klaster Baru
Kamis, 28 Mei 2020 - 16:03 WIB
MAKASSAR - Meski belum memastikan kapan proses belajar mengajar di sekolah kembali diaktifkan, namun rencana ini menuai penolakan dari sejumlah pihak. Khususnya Kaukus Perempuan Parlemen Sulawesi Selatan (KPP Sulsel).
Ketua KPP Sulsel, Andi Rachmatika Dewi mengaku khawatir jika sekolah kembali diaktifkan di tengan pandemi COVID-19 maka akan muncul klaster baru dan bisa berakibat fatal.
"Kalau sekolah dibuka kembali akan ada klaster baru dan ini sangat membahayakan guru dan jutaan anak-anak kita," kata Rachmatika Dewi, Kamis (28/5/2020).
Olehnya itu, dia berpendapat sebelum sekolah resmi dibuka sebaiknya dilakukan kajian lebih dulu dengan melibatkan para ahli seperti dokter spesialis anak dan psikolog. Tujuannya agar protokol kesehatan yang diterapkan betul-betul cocok untuk anak.
"Jadi sebelum kebijakan ini diputuskan dibuka atau tidak sebaiknya dikaji dulu dengan melibatkan para ahli terkait bagaimana protokol terbaik untuk anak-anak kita," bebernya.
Sebab menurut dia jangan sampai kebijakan new normal yang sementara digaungkan selama ini justru berdampak buruk kedepannya dengan munculnya klaster-klaster baru.
Apalagi jika bercermin pada sejumlah negara terdapat banyak kasus baru setelah aktivitas belajar mengajar di sekolah kembali diaktifkan. Sehingga ia berharap kasus serupa tidak terjadi di Indonesia khususnya Kota Makasar.
"Menurut saya ini perlu dikaji dengan benar apakah memang petlu dibuka atau tidak karena dibeberapa negara yang sudah buka sekolah malah guru dan siswanya terjangkit COVID-19," ujarnya.
Ketua KPP Sulsel, Andi Rachmatika Dewi mengaku khawatir jika sekolah kembali diaktifkan di tengan pandemi COVID-19 maka akan muncul klaster baru dan bisa berakibat fatal.
"Kalau sekolah dibuka kembali akan ada klaster baru dan ini sangat membahayakan guru dan jutaan anak-anak kita," kata Rachmatika Dewi, Kamis (28/5/2020).
Olehnya itu, dia berpendapat sebelum sekolah resmi dibuka sebaiknya dilakukan kajian lebih dulu dengan melibatkan para ahli seperti dokter spesialis anak dan psikolog. Tujuannya agar protokol kesehatan yang diterapkan betul-betul cocok untuk anak.
"Jadi sebelum kebijakan ini diputuskan dibuka atau tidak sebaiknya dikaji dulu dengan melibatkan para ahli terkait bagaimana protokol terbaik untuk anak-anak kita," bebernya.
Sebab menurut dia jangan sampai kebijakan new normal yang sementara digaungkan selama ini justru berdampak buruk kedepannya dengan munculnya klaster-klaster baru.
Apalagi jika bercermin pada sejumlah negara terdapat banyak kasus baru setelah aktivitas belajar mengajar di sekolah kembali diaktifkan. Sehingga ia berharap kasus serupa tidak terjadi di Indonesia khususnya Kota Makasar.
"Menurut saya ini perlu dikaji dengan benar apakah memang petlu dibuka atau tidak karena dibeberapa negara yang sudah buka sekolah malah guru dan siswanya terjangkit COVID-19," ujarnya.
(agn)
tulis komentar anda