Tekan Lonjakan BOR, Hotel Asrilia Bandung Dijadikan Pusat Pemulihan Pasien COVID-19
Senin, 28 Juni 2021 - 14:40 WIB
"Sehingga (pasien) yang terpindahkan tempat pemulihannya, tempat tidur (RS) bisa diisi oleh pasien lain yang berstatus kuning atau merah (gejala sedang dan berat). Kebijakan ini juga akan diberlakukan di Jabar, di wilayah Bekasi, Purwakarta yang sudah melaporkan gedung pemulihan COVID-19," sambung Kang Emil.
Lebih lanjut Kang Emil mengatakan, Hotel Asrilia menjadi tempat pemulihan rujukan bagi pasien pindahan dari 59 RS rujukan COVID-19 yang tersebar di kawasan Bandng Raya. Dia pun berharap, kehadiran fasilitas ini dapat mengurangi beban tenaga kesehatan di RS menyusul lonjakan pasien COVID-19.
Saat ini, sebut Kang Emil, Hotel Asrilia sudah diisi oleh 46 pasien COVID-19 yang tengah menjalani masa pemulihan pindahan dari RS. Hotel Asrilia sendiri, kata Kang Emil, mampu menampung hingga 500 pasien. Menurut dia, kebijakan ini sangat penting dalam masa transisi manajemen pemulihan, terutama mengurangi BOR RS.
Meski begitu, Kang Emil menekankan bahwa alih fungsi hotel tersebut untuk sementara diperuntukan bagi pasien, bukan untuk sebagai tempat isolasi mandiri untuk menghindari potensi komplikasi karena perbedaan gejala klinis antara pasien dan warga yang menjalani isolasi mandiri.
"Sementara Asrilia ini diperuntukan untuk mengurangi BOR rumah sakit, bukan ditawarkan kepada mereka yang harus isolasi mandiri. Tapi kalau ada kebutuhan itu, itu akan kami fikirkan, tapi sementara tidak ditempat ini. Saya memahami bahwa tidak semua rumah itu memadai untuk isolasi madniri. Jadi kita pikirkan," tegasnya.
"Di hulunya sudah kita lakukan, agar jangan dikit-dikit ke RS. Kalau gejalanya ringan atau sedang, dirawatnya di ruang isolasi di desa yang sudah menggunakan dana desa 8 persen untuk ruang isolasi posko dan lain-lain," tandas Kang Emil.
Lebih lanjut Kang Emil mengatakan, Hotel Asrilia menjadi tempat pemulihan rujukan bagi pasien pindahan dari 59 RS rujukan COVID-19 yang tersebar di kawasan Bandng Raya. Dia pun berharap, kehadiran fasilitas ini dapat mengurangi beban tenaga kesehatan di RS menyusul lonjakan pasien COVID-19.
Saat ini, sebut Kang Emil, Hotel Asrilia sudah diisi oleh 46 pasien COVID-19 yang tengah menjalani masa pemulihan pindahan dari RS. Hotel Asrilia sendiri, kata Kang Emil, mampu menampung hingga 500 pasien. Menurut dia, kebijakan ini sangat penting dalam masa transisi manajemen pemulihan, terutama mengurangi BOR RS.
Meski begitu, Kang Emil menekankan bahwa alih fungsi hotel tersebut untuk sementara diperuntukan bagi pasien, bukan untuk sebagai tempat isolasi mandiri untuk menghindari potensi komplikasi karena perbedaan gejala klinis antara pasien dan warga yang menjalani isolasi mandiri.
"Sementara Asrilia ini diperuntukan untuk mengurangi BOR rumah sakit, bukan ditawarkan kepada mereka yang harus isolasi mandiri. Tapi kalau ada kebutuhan itu, itu akan kami fikirkan, tapi sementara tidak ditempat ini. Saya memahami bahwa tidak semua rumah itu memadai untuk isolasi madniri. Jadi kita pikirkan," tegasnya.
"Di hulunya sudah kita lakukan, agar jangan dikit-dikit ke RS. Kalau gejalanya ringan atau sedang, dirawatnya di ruang isolasi di desa yang sudah menggunakan dana desa 8 persen untuk ruang isolasi posko dan lain-lain," tandas Kang Emil.
(shf)
tulis komentar anda