Masyarakat Masih Takut Liburan, Objek Wisata di Lembang Kena Imbasnya
Minggu, 27 Juni 2021 - 06:39 WIB
BANDUNG BARAT - Objek wisata yang ada di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada akhir pekan ini sepi dari kunjungan wisatawan. Bahkan jalanan yang biasanya macet khususnya di pintu-pintu gerbang masuk ke objek wisata tampak lengang.
Seperti yang terpantau di kawasan objek wisata Farmhouse, The Great Asia Afrika, Lembang Park and Zoo, Tahu Lembang, hingga Terminal Wisata Grafika Cikole, tidak terlihat kepadatan wisatawan yang datang. Padahal sejak Kamis (24/6/2021) objek wisata di Lembang sudah kembali buka usai ditutup seminggu.
"Pengunjung sepi, tidak seramai biasanya. Kalau yang datang kebanyakan wisatawan lokal, dari luar daerah tidak banyak," kata Owner Tahu Susu Lembang, Perry Tristianto, Sabtu (26/6/2021).
Dia menilai saat ini adalah kondisi yang sangat sulit bagi pelaku wisata. Jangankan bicara inovasi membuat wisata baru, untuk dapat mempertahankan yang sekarang saja sangat berat. Di sisi lain masyarakat juga masih menahan diri berwisata karena COVID-19 masih jadi ancaman.
Owner Terminal Wisata Grafika Cikole (TWGC) Eko Suprianto mengatakan, pada saat akhir pekan kemarin saat wisata di KBB tutup ada sejumlah tamunya yang me-reschedule jadwal kunjungan atau menginap.
Kebanyakan dari luar daerah seperti Jakarta, Bekasi, dan Karawang. "Imbas kemarin ditutup ya tamu pada reschedule ulang, kebanyakan gak di akhir pekan ini tapi ke awal bulan depan," tuturnya.
Diakuinya imbas dari buka tutup objek wisata sangat berpengaruh, selain kepada persiapan karyawan, tamu juga kadang bingung. Sehingga biasanya mereka menelpon dulu memastikan apakah objek wisata dibuka atau tutup. Baca: Tangis Pecah di Deliserdang, Seorang Pria Tewas Bersimbah Darah Usai Dilempar Dari Mobil Misterius.
Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), KBB ini mengakui, jika saat ini adalah cobaan berat yang harus dihadapi pelaku wisata. Tingkat kunjungan sangat minim, sementara cost pengeluaran yang dibayarkan harus tetap. Makanya ada beberapa tempat wisata yang harus mengurangi karyawan dulu.
"Pelaku wisata sedang diuji, saya aja dulu punya karyawan 200 lebih sekarang tinggal 100. Mau bagaimana lagi, terpaksa dikurangi dulu karena tamu juga sepi," pungkasnya. Baca Juga: Terjatuh Saat Naik Kapal Menyeberang ke Lampung, Penumpang KMP Adinda Windu Karsa Tewas.
Seperti yang terpantau di kawasan objek wisata Farmhouse, The Great Asia Afrika, Lembang Park and Zoo, Tahu Lembang, hingga Terminal Wisata Grafika Cikole, tidak terlihat kepadatan wisatawan yang datang. Padahal sejak Kamis (24/6/2021) objek wisata di Lembang sudah kembali buka usai ditutup seminggu.
"Pengunjung sepi, tidak seramai biasanya. Kalau yang datang kebanyakan wisatawan lokal, dari luar daerah tidak banyak," kata Owner Tahu Susu Lembang, Perry Tristianto, Sabtu (26/6/2021).
Dia menilai saat ini adalah kondisi yang sangat sulit bagi pelaku wisata. Jangankan bicara inovasi membuat wisata baru, untuk dapat mempertahankan yang sekarang saja sangat berat. Di sisi lain masyarakat juga masih menahan diri berwisata karena COVID-19 masih jadi ancaman.
Owner Terminal Wisata Grafika Cikole (TWGC) Eko Suprianto mengatakan, pada saat akhir pekan kemarin saat wisata di KBB tutup ada sejumlah tamunya yang me-reschedule jadwal kunjungan atau menginap.
Kebanyakan dari luar daerah seperti Jakarta, Bekasi, dan Karawang. "Imbas kemarin ditutup ya tamu pada reschedule ulang, kebanyakan gak di akhir pekan ini tapi ke awal bulan depan," tuturnya.
Diakuinya imbas dari buka tutup objek wisata sangat berpengaruh, selain kepada persiapan karyawan, tamu juga kadang bingung. Sehingga biasanya mereka menelpon dulu memastikan apakah objek wisata dibuka atau tutup. Baca: Tangis Pecah di Deliserdang, Seorang Pria Tewas Bersimbah Darah Usai Dilempar Dari Mobil Misterius.
Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), KBB ini mengakui, jika saat ini adalah cobaan berat yang harus dihadapi pelaku wisata. Tingkat kunjungan sangat minim, sementara cost pengeluaran yang dibayarkan harus tetap. Makanya ada beberapa tempat wisata yang harus mengurangi karyawan dulu.
"Pelaku wisata sedang diuji, saya aja dulu punya karyawan 200 lebih sekarang tinggal 100. Mau bagaimana lagi, terpaksa dikurangi dulu karena tamu juga sepi," pungkasnya. Baca Juga: Terjatuh Saat Naik Kapal Menyeberang ke Lampung, Penumpang KMP Adinda Windu Karsa Tewas.
(nag)
tulis komentar anda