Mengenal Kearifan Masyarakat Gayo Melestarikan Alam
Sabtu, 06 Februari 2021 - 23:44 WIB
BENER MERIAH - Gayo adalah salah satu keelokan Sang Ilahi yang dihadiahkan kepada manusia. Bagaimana tidak, walaupun terlihat di dataran tinggi, Bener Meriah atau juga biasa di sebut negeri kopi menyuguhkan pemandangan alam luar biasa bagi siapa pun yang mengunjunginya.
Hamparan pergunungan yang membentang di banyak dataran tinggi dan perbukitan Gayo, membuat setiap wisatawan yang melihatnya terkagum kagum. Belum lagi dengan ternak kuda yang sengaja dilepas oleh penduduk setempat untuk mencari makanannya sendiri, seakan menambah keeksotisan tanah Gayo.
Kepemilikan ternak kuda sudah lama menjadi tanda status sosial masyarakat adat Gayo. Namun kuda adalah hewan yang mempunyai peranan paling lengkap bagi kehidupan masyarakat Gayo. Di Bener Meriah, tidak ada kuda yang diberi nama. Ini karena kuda di pandang merupakan peninggalan nenek moyang mereka.
Bagi masyarakat Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, kuda biasanya pada zaman dahulu digunakan untuk tunggangan, bahkan kuda merupakan kendaraan hidup yang tak bisa dipisahka dari kehidupan pribadi orang Gayo.
Selain kendaraan hewan tunggangan ini pada masa lalu, kuda juga berperan sebagai kendaraan perang, bahkan kuda di tanah negeri kopi ikut pula dalam perhelatan ritual tahunan masyarakat Gayo, yang sudah terkenal ke manca negara yaitu lomba pacuan kuda.
Atraksi pacuan kuda dikombinasi antara kuda yang kuat dan bagus serta kepiawaian sang penunggang dalam mengedalikan kudanya dalam perpacuan yang paling depan, dapat mengantarkan sang pemilik sebagai jawara dalam tradisi lomba pacuan kuda .
Sementara itu Dailami warga Bener Meriah menyebutkan bahwa dirinya sudah memiliki kuda sejak masih kecil dari turun temurun yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan adat istiadat mereka setiap tahunnya. Baca juga: Menpora Berharap Indonesia Sukses Gelar Ajang Berkuda Internasional 2021
"Saya segaja memelihara kuda demi menjaga kelestarian alam tanah Gayo," katanya. Selain indentik dengan negeri kopi, Gayo juga memiliki hewan ternak kuda yang membuat para wisatawan terus berkunjung ke negeri kopi ini.
Lihat Juga: Survei LSI Pilgub Aceh: Elektabilitas Mualem-Dek Fadh 45,9 Persen, Bustami-Fadhil 29,8 Persen
Hamparan pergunungan yang membentang di banyak dataran tinggi dan perbukitan Gayo, membuat setiap wisatawan yang melihatnya terkagum kagum. Belum lagi dengan ternak kuda yang sengaja dilepas oleh penduduk setempat untuk mencari makanannya sendiri, seakan menambah keeksotisan tanah Gayo.
Baca Juga
Kepemilikan ternak kuda sudah lama menjadi tanda status sosial masyarakat adat Gayo. Namun kuda adalah hewan yang mempunyai peranan paling lengkap bagi kehidupan masyarakat Gayo. Di Bener Meriah, tidak ada kuda yang diberi nama. Ini karena kuda di pandang merupakan peninggalan nenek moyang mereka.
Bagi masyarakat Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, kuda biasanya pada zaman dahulu digunakan untuk tunggangan, bahkan kuda merupakan kendaraan hidup yang tak bisa dipisahka dari kehidupan pribadi orang Gayo.
Selain kendaraan hewan tunggangan ini pada masa lalu, kuda juga berperan sebagai kendaraan perang, bahkan kuda di tanah negeri kopi ikut pula dalam perhelatan ritual tahunan masyarakat Gayo, yang sudah terkenal ke manca negara yaitu lomba pacuan kuda.
Atraksi pacuan kuda dikombinasi antara kuda yang kuat dan bagus serta kepiawaian sang penunggang dalam mengedalikan kudanya dalam perpacuan yang paling depan, dapat mengantarkan sang pemilik sebagai jawara dalam tradisi lomba pacuan kuda .
Sementara itu Dailami warga Bener Meriah menyebutkan bahwa dirinya sudah memiliki kuda sejak masih kecil dari turun temurun yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan adat istiadat mereka setiap tahunnya. Baca juga: Menpora Berharap Indonesia Sukses Gelar Ajang Berkuda Internasional 2021
"Saya segaja memelihara kuda demi menjaga kelestarian alam tanah Gayo," katanya. Selain indentik dengan negeri kopi, Gayo juga memiliki hewan ternak kuda yang membuat para wisatawan terus berkunjung ke negeri kopi ini.
Lihat Juga: Survei LSI Pilgub Aceh: Elektabilitas Mualem-Dek Fadh 45,9 Persen, Bustami-Fadhil 29,8 Persen
(don)
tulis komentar anda