Cegah Umat Berfoto, Gereja Katedral Denpasar Tak Pasang Pohon Natal
Jum'at, 25 Desember 2020 - 14:06 WIB
DENPASAR - Perayaan Natal di Gereja Katedral Denpasar, Bali, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pihak gereja sengaja tidak memasang pohon Natal untuk mencegah terjadinya kerumunan yang bisa media penyebaran COVID-19.
(Baca juga: 212 Napi di Bali Dapat Remisi Natal, 18 Diantaranya Napi Asing)
"Tidak ada pohon Natal di area gereja agar umat tidak berfoto-foto atau membuat video sehingga akan menimbulkan kerumunan," kata Ketua Satgas Gereja Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar Vitalis Alexander, Jumat (25/12/2020).
(Baca juga: Gereja Kepanjen, Rose Window Berpadu Kaca Mozaik, Pernah Hancur saat Battle of Surabaya)
Dia menjelaskan, pelaksanaan misa Natal diperketat agar setiap umat benar-benar disiplin menerapkan protokol kesehatan. Untuk hari ini, misa digelar lima kali dan juga digelar secara online.
Umat yang akan melakukan misa dibatasi jumlahnya maksimal 500 orang. Setiap jemaat yang tiba di gereja dicek suhu tubuhnya lalu diminta mencuci tangan di tempat yang disediakan.
Selain satgas gereja, pengamanan dan pengawasan protokol kesehatan dibantu oleh polisi, TNI, pecalang dan Banser. "Di dalam gereja, bangku telah diberi tanda jaga jarak. Satu bangku biasanya untuk 10 jemaat kini maksimal untuk tiga orang," imbuh Alexander.
(Baca juga: 212 Napi di Bali Dapat Remisi Natal, 18 Diantaranya Napi Asing)
"Tidak ada pohon Natal di area gereja agar umat tidak berfoto-foto atau membuat video sehingga akan menimbulkan kerumunan," kata Ketua Satgas Gereja Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar Vitalis Alexander, Jumat (25/12/2020).
(Baca juga: Gereja Kepanjen, Rose Window Berpadu Kaca Mozaik, Pernah Hancur saat Battle of Surabaya)
Dia menjelaskan, pelaksanaan misa Natal diperketat agar setiap umat benar-benar disiplin menerapkan protokol kesehatan. Untuk hari ini, misa digelar lima kali dan juga digelar secara online.
Umat yang akan melakukan misa dibatasi jumlahnya maksimal 500 orang. Setiap jemaat yang tiba di gereja dicek suhu tubuhnya lalu diminta mencuci tangan di tempat yang disediakan.
Selain satgas gereja, pengamanan dan pengawasan protokol kesehatan dibantu oleh polisi, TNI, pecalang dan Banser. "Di dalam gereja, bangku telah diberi tanda jaga jarak. Satu bangku biasanya untuk 10 jemaat kini maksimal untuk tiga orang," imbuh Alexander.
(shf)
tulis komentar anda