Kisah Cinta Saudagar Tiongkok Tan Bun An dengan Gadis Palembang Siti Fatimah di Pulau Kemaro
Jum'at, 11 Desember 2020 - 05:00 WIB
PALEMBANG - Syahdan dikisahkan seorang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An menjalin cinta dengan perempuan asli Kota Palembang bernama Siti Fatimah.
Tan Bun An kemudian mengajak Siti Fatimah berkunjung ke rumah orangtuanya untuk mendapat restu pernikahan. Setelah berkunjung, Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu kembali ke Palembang dengan membawa hadiah tujuh buah guci pemberian orangtua Tan Bun An.
Ketika di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah dari orangtuanya, dan terkaget-kaget mendapati isi guci tersebut hanyalah sawi-sawi asin.
Tanpa berpikir panjang, kemudian Tan Bun An membuang semua guci tersebut ke Sungai Musi. Ketika ingin membuang hadiah yang ketujuh, guci tak sengaja terpecah dan Tan Bun An mendapati ada harta di dalam sawi-sawi asin.
"Tan Bun An menyesali perbuatannya dengan langsung terjun ke sungai mencari harta yang telah dibuangnya. Melihat kejadian itu, seorang pengawal juga turut menceburkan diri. Melihat Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung tiba di permukaan, Siti Fatimah akhirnya juga menceburkan dirinya ke sungai," papar pemerhati sejarah Kota Palembang Noverta Salyadi kepada SINDOnews.
Ketiga orang itu pun, jelas dia, akhirnya menghilang bersamaan dengan harta yang telah dibuang Tan Bun An ke perairan Sungai Musi. Keberadaan Pulau Kemaro tidak lepas dari legenda terbuangnya harta Tan Bun An di perairan Sungai Musi.
"Bahkan untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Palembang kerap datang ke pulau yang dianggap keramat ini," jelas mantan wartawan majalah mingguan nasional ini.
Pulau Kemaro berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Palembang. Untuk mengunjungi Pulau Kemaro, masyarakat biasanya menggunakan ketek atau perahu boots sewaan di dermaga yang ada di sekitaran Jembatan Ampera.
Tan Bun An kemudian mengajak Siti Fatimah berkunjung ke rumah orangtuanya untuk mendapat restu pernikahan. Setelah berkunjung, Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu kembali ke Palembang dengan membawa hadiah tujuh buah guci pemberian orangtua Tan Bun An.
Ketika di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah dari orangtuanya, dan terkaget-kaget mendapati isi guci tersebut hanyalah sawi-sawi asin.
Tanpa berpikir panjang, kemudian Tan Bun An membuang semua guci tersebut ke Sungai Musi. Ketika ingin membuang hadiah yang ketujuh, guci tak sengaja terpecah dan Tan Bun An mendapati ada harta di dalam sawi-sawi asin.
"Tan Bun An menyesali perbuatannya dengan langsung terjun ke sungai mencari harta yang telah dibuangnya. Melihat kejadian itu, seorang pengawal juga turut menceburkan diri. Melihat Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung tiba di permukaan, Siti Fatimah akhirnya juga menceburkan dirinya ke sungai," papar pemerhati sejarah Kota Palembang Noverta Salyadi kepada SINDOnews.
Ketiga orang itu pun, jelas dia, akhirnya menghilang bersamaan dengan harta yang telah dibuang Tan Bun An ke perairan Sungai Musi. Keberadaan Pulau Kemaro tidak lepas dari legenda terbuangnya harta Tan Bun An di perairan Sungai Musi.
"Bahkan untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Palembang kerap datang ke pulau yang dianggap keramat ini," jelas mantan wartawan majalah mingguan nasional ini.
Pulau Kemaro berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Palembang. Untuk mengunjungi Pulau Kemaro, masyarakat biasanya menggunakan ketek atau perahu boots sewaan di dermaga yang ada di sekitaran Jembatan Ampera.
tulis komentar anda