Pariwisata Anjlok, Produk Kreatif Jawa Barat Ikut Terpuruk
Jum'at, 20 November 2020 - 13:26 WIB
BANDUNG - Industri kerajinan produk kreatif Jawa Barat tercatat ikut terpuruk, sejak sejumlah destinasi pariwisata mengalami stagnasi akibat pandemi COVID-19. Selama ini, produk kerajinan sangat mengandalkan destinasi wisata sebagai media pemasaran.
"Semua sektor ikut terdampak, apalagi pelaku UMKM produk kreatif yang selama ini banyak mengandalkan outlet pariwisata atau destinasi wisata," kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Jawa Barat Herawanto saat menghadiri virtual zoom Karya Kreatif Indonesia (KKI) 3, di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Jumat (20/11/2020).(Baca juga: Ratusan Ribu Data Guru Penerima BSU di Jabar Bocor, Siapa Tanggungjawab? )
Menurut dia, selama ini produk kreatif Jawa Barat mengamalkan pemasaran di tempat wisata. Semantara, pandemi menyebabkan mobilitas manusia berkurang, sehingga pengunjung ke tempat wisata turun. Akibatnya outlet yang biasanya jualan di tempat wisata, omzetnya penjualannya juga berkurang.
Padahal, kata dia, salah satu unggulan UMKM Jawa Barat adalah industri kreatif. Jawa Barat menjadi acuan produk kreatif, selain Bali dan Yogyakarta. Beberapa sumber menyebut, UMKM di Tasikmalaya dinilai paling terkena dampak, lantaran banyak produk kreatif dari sana.
Oleh karenanya, kata dia, Bank Indonesia terus mendorong agar pelaku UMKM produk kreatif tetap bisa survive, melalui wadah KKI. Mereka bisa menawarkan produk kreatifnya secara digital. Secara potensi, market digital Indonesia mencapai Rp1.700 triliun pada 2025.(Baca juga: Kasus COVID-19 Terkonfirmasi Tinggi, Majalengka Bisa PSBB Lagi )
Ketua Bidang Daya Saing Dekranasda Jabar Benny Bachtiar mengatakan, Jawa Barat memilik potensi industri kreatif cukup besar. Namun, pandemi menyebabkan banyak pelaku usaha terpuruk. Mereka yang bisanya jualan secara langsung, tidak dapat melakukan transaksi.
"Kami berupaya agar mereka bisa keluar dari kondisi ini. Kami dorong mereka melakukan penjualan secara online. Karena untuk produk kreatif, kita bisa menggarap market ekspor, ke beberapa negara potensi seperti Jepang," imbuh dia.
Pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan pembiayaan dari perbankan ke sejumlah UMKM dengan nilai lebih dari Rp6 miliar. Pembiayaan ini bentuk konkret bahwa perbankan masih bisa menemukan debitur potensial walaupun di tengah pendemi.
Penandatanganan pembiayaan ini hasil kolaborasi Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BNI, Bank BRI, Bank BJB, dan lainnya bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional Jawa Barat.
"Semua sektor ikut terdampak, apalagi pelaku UMKM produk kreatif yang selama ini banyak mengandalkan outlet pariwisata atau destinasi wisata," kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Jawa Barat Herawanto saat menghadiri virtual zoom Karya Kreatif Indonesia (KKI) 3, di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Jumat (20/11/2020).(Baca juga: Ratusan Ribu Data Guru Penerima BSU di Jabar Bocor, Siapa Tanggungjawab? )
Menurut dia, selama ini produk kreatif Jawa Barat mengamalkan pemasaran di tempat wisata. Semantara, pandemi menyebabkan mobilitas manusia berkurang, sehingga pengunjung ke tempat wisata turun. Akibatnya outlet yang biasanya jualan di tempat wisata, omzetnya penjualannya juga berkurang.
Padahal, kata dia, salah satu unggulan UMKM Jawa Barat adalah industri kreatif. Jawa Barat menjadi acuan produk kreatif, selain Bali dan Yogyakarta. Beberapa sumber menyebut, UMKM di Tasikmalaya dinilai paling terkena dampak, lantaran banyak produk kreatif dari sana.
Oleh karenanya, kata dia, Bank Indonesia terus mendorong agar pelaku UMKM produk kreatif tetap bisa survive, melalui wadah KKI. Mereka bisa menawarkan produk kreatifnya secara digital. Secara potensi, market digital Indonesia mencapai Rp1.700 triliun pada 2025.(Baca juga: Kasus COVID-19 Terkonfirmasi Tinggi, Majalengka Bisa PSBB Lagi )
Ketua Bidang Daya Saing Dekranasda Jabar Benny Bachtiar mengatakan, Jawa Barat memilik potensi industri kreatif cukup besar. Namun, pandemi menyebabkan banyak pelaku usaha terpuruk. Mereka yang bisanya jualan secara langsung, tidak dapat melakukan transaksi.
"Kami berupaya agar mereka bisa keluar dari kondisi ini. Kami dorong mereka melakukan penjualan secara online. Karena untuk produk kreatif, kita bisa menggarap market ekspor, ke beberapa negara potensi seperti Jepang," imbuh dia.
Pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan pembiayaan dari perbankan ke sejumlah UMKM dengan nilai lebih dari Rp6 miliar. Pembiayaan ini bentuk konkret bahwa perbankan masih bisa menemukan debitur potensial walaupun di tengah pendemi.
Penandatanganan pembiayaan ini hasil kolaborasi Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BNI, Bank BRI, Bank BJB, dan lainnya bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional Jawa Barat.
(msd)
tulis komentar anda