Gempa dan Suara Guguran Merapi Meningkat, BPPTKG: Erupsi Sulit Diprediksi
Jum'at, 20 November 2020 - 12:27 WIB
YOGYAKARTA - Suara guguran terus terdengar dari Gunung Merapi akibat runtuhnya material vulkanik. Meski demikian, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) belum bisa memprediksi terjadinya erupsi gunung berapi yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah ini. (Baca juga: 6 Kali Suara Guguran Merapi Terdengar dalam 12 Jam, BPPTKG: Status Masih Siaga)
Kepala BPPTKGm Hanik Humaida mengatakan, sampai saat ini pihaknya hanya bisa menyatakan ada kenaikan aktivitas vulkanik, dan meningkatkan status dari waspada menjadi siaga. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya laju deformasi rata rata 12 cm setiap harinya. "Gempa guguran meningkat dan suara guguran juga terdengar. Namun sekali lagi kami sampaikan belum bisa diprediksi kapan akan erupsi," terangnya saat menerima kunjungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Komisi VII DPR di Yogyakarta, Jumat (20/11/2020). (Baca juga: Suara Guguran Merapi Sering Terdengar, BPPTKG: Ada Pergerakan Magma ke Puncak)
Dalam kesempatan tersebut Hanik mengatakan belum ada alat yang bisa digunakan untuk menentukan erupsi Gunung Merapi. "Belum ada alat yang bisa mentukan kapan Gunung berapi akan erupsi," katanya.
Dari laporan pengamatan BPPTKG, sejak pukul 00.00 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB pada Jumat (20/11/2020) terdengar empat kali suara guguran dari Pos Pengamatan Babadan Magelang. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 m di atas puncak kawah. "Untuk gempa guguran sebanyak 21 kali dengan amplitudo antara 4-40 mm dan durasi antara 12.4-88.8 detik," tuturnya.
Sedangkan gempa embusan sebanyak 16 kaki, gempa fase banyak 117 kali, dan gempa vulkanik dangkal sebanyak 14 kali. "Kami sudah rekomendasikan jarak 5 Km dari puncak Merapi bebas dari aktivitas masyarakat untuk antisipasi kemungkinan luncuran awan panas," tegasnya.
Sehari sebelumnya BPPTKG juga melaporkan suara guguran yabg terdengar sebanyak 7 kali dengan gempa guguran 52 kali, 312 gempa fase banyak, 44 kali hembusan, dan 29 gempa vulkanik dangkal.
Kepala BPPTKGm Hanik Humaida mengatakan, sampai saat ini pihaknya hanya bisa menyatakan ada kenaikan aktivitas vulkanik, dan meningkatkan status dari waspada menjadi siaga. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya laju deformasi rata rata 12 cm setiap harinya. "Gempa guguran meningkat dan suara guguran juga terdengar. Namun sekali lagi kami sampaikan belum bisa diprediksi kapan akan erupsi," terangnya saat menerima kunjungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Komisi VII DPR di Yogyakarta, Jumat (20/11/2020). (Baca juga: Suara Guguran Merapi Sering Terdengar, BPPTKG: Ada Pergerakan Magma ke Puncak)
Dalam kesempatan tersebut Hanik mengatakan belum ada alat yang bisa digunakan untuk menentukan erupsi Gunung Merapi. "Belum ada alat yang bisa mentukan kapan Gunung berapi akan erupsi," katanya.
Dari laporan pengamatan BPPTKG, sejak pukul 00.00 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB pada Jumat (20/11/2020) terdengar empat kali suara guguran dari Pos Pengamatan Babadan Magelang. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 m di atas puncak kawah. "Untuk gempa guguran sebanyak 21 kali dengan amplitudo antara 4-40 mm dan durasi antara 12.4-88.8 detik," tuturnya.
Sedangkan gempa embusan sebanyak 16 kaki, gempa fase banyak 117 kali, dan gempa vulkanik dangkal sebanyak 14 kali. "Kami sudah rekomendasikan jarak 5 Km dari puncak Merapi bebas dari aktivitas masyarakat untuk antisipasi kemungkinan luncuran awan panas," tegasnya.
Sehari sebelumnya BPPTKG juga melaporkan suara guguran yabg terdengar sebanyak 7 kali dengan gempa guguran 52 kali, 312 gempa fase banyak, 44 kali hembusan, dan 29 gempa vulkanik dangkal.
(shf)
tulis komentar anda