Pandemi COVID-19, Pernikahan Dini di Kediri Melonjak
Kamis, 05 November 2020 - 11:49 WIB
KEDIRI - Permohonan dispensasi pernikahan atau menikah dalam usia dini di Kabupaten Kediri meningkat pesat selama masa pandemi COVID-19. Terhitung hingga akhir Oktober, Pengadilan Agama Kediri telah menerima sebanyak 507 permohonan.
Dibanding tahun 2019 terjadi kenaikan angka dua kali lipat. "Sepanjang tahun 2019, jumlah kasus pernikahan dini sebanyak 253," ujar Panitera Pengadilan Agama Kabupaten Kediri Heri Eka Siswanta kepada wartawan.
Terjadinya kasus pernikahan dini disebabkan berbagai hal. Informasi yang dihimpun, salah satunya alasan klasik, yakni MBA (Married by accident) atau hamil duluan.
Meski masih terbilang berusia remaja, mereka terpaksa harus dinikahkan. Ada juga alasan untuk mengantisipasi perzinahan. Khawatir pacaran yang kelewat batas, orang tua berinisiatif mengantarkan anaknya ke pelaminan.
Menurut Heri, kurangnya pengawasan orang tua menjadi salah satu faktor penyebab. "Kesibukan pada pekerjaan menjadikan perhatian ke anak menjadi berkurang," kata Heri.
Apalagi dengan adanya dampak ekonomi dan sosial dari pandemi COVID-19. Yakni banyak orang tua yang kehilangan pekerjaan. Untuk menyelamatkan ekonomi rumah tangga, semakin banyak orang tua yang sibuk ke sana ke mari. Akibatnya buah hati yang mulai tumbuh remaja menjadi tidak terurus dengan baik. (Baca: Walang Sangit Menyerang Sejumlah Daerah Majalengka Utara).
Menurut Heri, fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anak telah tergantikan lingkungan. "Prilaku anak banyak dipengaruhi lingkungan sekitar," papar Heri.
Sementara semua permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke pengadilan, rata rata dikabulkan. Meski UU No 1 Tahun 1974 menjadi UU No 16 Tahun 2019 telah mengubah syarat usia calon kedua mempelai menjadi minimal sama 19 tahun, mayoritas permohonan dispensasi tetap dikabulkan. Kendati demikian, kata Heri, sebelum dispensasi diberikan pihak pengadilan tetap memberi petuah dan penjelasan. (Baca: Klaim Kumuh 0 Persen, Data yang Disampaikan Eri saat Debat Ngawur).
Yakni bagaimana terbentuknya sebuah keluarga harmonis dipengaruhi berbagai faktor. Diantaranya agama atau keyakinan, saling cinta kasih, komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, terbuka dan saling menjaga empati. "Hal hal yang harus diperhatikan sebelum melangsungkan pernikahan," pungkas Heri.
Dibanding tahun 2019 terjadi kenaikan angka dua kali lipat. "Sepanjang tahun 2019, jumlah kasus pernikahan dini sebanyak 253," ujar Panitera Pengadilan Agama Kabupaten Kediri Heri Eka Siswanta kepada wartawan.
Terjadinya kasus pernikahan dini disebabkan berbagai hal. Informasi yang dihimpun, salah satunya alasan klasik, yakni MBA (Married by accident) atau hamil duluan.
Meski masih terbilang berusia remaja, mereka terpaksa harus dinikahkan. Ada juga alasan untuk mengantisipasi perzinahan. Khawatir pacaran yang kelewat batas, orang tua berinisiatif mengantarkan anaknya ke pelaminan.
Menurut Heri, kurangnya pengawasan orang tua menjadi salah satu faktor penyebab. "Kesibukan pada pekerjaan menjadikan perhatian ke anak menjadi berkurang," kata Heri.
Apalagi dengan adanya dampak ekonomi dan sosial dari pandemi COVID-19. Yakni banyak orang tua yang kehilangan pekerjaan. Untuk menyelamatkan ekonomi rumah tangga, semakin banyak orang tua yang sibuk ke sana ke mari. Akibatnya buah hati yang mulai tumbuh remaja menjadi tidak terurus dengan baik. (Baca: Walang Sangit Menyerang Sejumlah Daerah Majalengka Utara).
Menurut Heri, fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anak telah tergantikan lingkungan. "Prilaku anak banyak dipengaruhi lingkungan sekitar," papar Heri.
Sementara semua permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke pengadilan, rata rata dikabulkan. Meski UU No 1 Tahun 1974 menjadi UU No 16 Tahun 2019 telah mengubah syarat usia calon kedua mempelai menjadi minimal sama 19 tahun, mayoritas permohonan dispensasi tetap dikabulkan. Kendati demikian, kata Heri, sebelum dispensasi diberikan pihak pengadilan tetap memberi petuah dan penjelasan. (Baca: Klaim Kumuh 0 Persen, Data yang Disampaikan Eri saat Debat Ngawur).
Yakni bagaimana terbentuknya sebuah keluarga harmonis dipengaruhi berbagai faktor. Diantaranya agama atau keyakinan, saling cinta kasih, komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, terbuka dan saling menjaga empati. "Hal hal yang harus diperhatikan sebelum melangsungkan pernikahan," pungkas Heri.
(nag)
tulis komentar anda