UGM Produksi Media Pembawa Spesimen Pemeriksaan Swab untuk Tes PCR
Rabu, 15 April 2020 - 14:59 WIB
YOGYAKARTA - Kalangan perguruan tinggi terus bergerak membantu penyebaran pandemi virus corona (COVID-19). Universitas Gadjah Mada (UGM) memproduksi media pembawa spesimen pemeriksaan swab tenggorokan dan hidung untuk dibawa ke laboratorium guna diuji polymerase chain reaction (PCR).
Ketua Prodi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UGM Ika Puspitasari mengatakan, VTM merupakan media untuk membawa spesimen sampel lendir hidung dan tenggorokan pasien yang telah melalui uji swab. Selanjutnya sampel tersebut dibawa menggunakan VTM ke laboratorium tersertifikasi untuk diuji lebih lanjut apakah positif atau negatif corona. Sehingga VTM ini penting dalam mendeteksi virus COVID-19. (Baca juga: Besok, Satgas COVID-19 MUI dan Pemerintah Gelar Zikir Nasional Daring)
“Namun masalahnya saat ini terjadi krisis VTM di pasaran dan harganya mahal. Karena itu berinisiatif mengadakan program pengadaan VTM untuk mendukung pengujian swab PCR terhadap virus Covid-19. Pembuatan VTM dilakukan di Laboratorium Advanced Pharmaceutical Sciences (APS) Fakultas Farmasi UGM,” kata Ika, Rabu (15/4/2020).
Dia menjelaskan, uji swab PCR ini untuk mengetahui pasien itu terinfeksi SARS-CoV2, yang merupakan virus penyebab COVID-19. Pasien yang dicurigai terinfeksi SARS-CoV2 diambil spesimen lendir hidung dan tenggorokan untuk kemudian dilanjutkan dengan uji PCR. Hasil positif melalui versi uji rapid test (uji cepat) perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan pengujian swab PCR ini.
“Jadi uji swab PCR merupakan pengujian dengan hasil yang relatif paling valid untuk mendiagnosa infeksi SARS-CoV2, virus penyebab COVID-19,” paparnya.
Sementara Dosen Laboratorium Rekayasa Makromolekul Departemen Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UGM, Riris Istighfari Jenie menjelaskan bahwa pembuatan VTM mengacu pada protokol Centers for Disease Control and Prevention Amerika. Dalam proses pembuatannya memerlukan beberapa alat di antaranya biosafety cabinet, waterbath dan filter steril ukuran 0,20-0,45 mikron. Bahan-bahan yang digunakan fetal bovine serum (FBS) yang kemudian dilakukan heat inactivated, hanks balanced salt solution (HBSS), gentamicin sulfate, serta amphotericin B.
“Prosedur pembuatan VTM meliputi inaktivasi FBS di dalam waterbath penyiapan antibiotik dengan mencampurkan gentamicin sulfate, amphotericin B. Berikutnya bahan-bahan tersebut dicampurkan ke dalam buffer HBSS. Penyimpanan sediaan VTM dilakukan pada suhu 2-8°C,” jelasnya.
Riris berharap pengadaan bahan baku pembuatan VTM ini bisa lebih dipermudah atau mendapatkan prioritas mengingat beberapa bahan dipesan dari Jakarta. Sementara Jakarta dan beberapa daerah sedang menjalankan PSBB sehingga memperlambat proses pengadaan bahan baku tersebut.
Wakil Dekan bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni Fakultas Farmasi UGM, Endang Lukitaningsih menambahkan pembuatan VTM untuk mencukupi kebutuhan di laboratorium pengujian. Dalam produksi VTM ini melibatkan dosen dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang itu.
"Kami terus berupaya melakukan berbagai upaya untuk mendukung pemerintah dalam mengendalikan wabah ini, termasuk dengan produksi VTM untuk pengujian COVID-19," ungkapnya.
Ketua Prodi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UGM Ika Puspitasari mengatakan, VTM merupakan media untuk membawa spesimen sampel lendir hidung dan tenggorokan pasien yang telah melalui uji swab. Selanjutnya sampel tersebut dibawa menggunakan VTM ke laboratorium tersertifikasi untuk diuji lebih lanjut apakah positif atau negatif corona. Sehingga VTM ini penting dalam mendeteksi virus COVID-19. (Baca juga: Besok, Satgas COVID-19 MUI dan Pemerintah Gelar Zikir Nasional Daring)
“Namun masalahnya saat ini terjadi krisis VTM di pasaran dan harganya mahal. Karena itu berinisiatif mengadakan program pengadaan VTM untuk mendukung pengujian swab PCR terhadap virus Covid-19. Pembuatan VTM dilakukan di Laboratorium Advanced Pharmaceutical Sciences (APS) Fakultas Farmasi UGM,” kata Ika, Rabu (15/4/2020).
Dia menjelaskan, uji swab PCR ini untuk mengetahui pasien itu terinfeksi SARS-CoV2, yang merupakan virus penyebab COVID-19. Pasien yang dicurigai terinfeksi SARS-CoV2 diambil spesimen lendir hidung dan tenggorokan untuk kemudian dilanjutkan dengan uji PCR. Hasil positif melalui versi uji rapid test (uji cepat) perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan pengujian swab PCR ini.
“Jadi uji swab PCR merupakan pengujian dengan hasil yang relatif paling valid untuk mendiagnosa infeksi SARS-CoV2, virus penyebab COVID-19,” paparnya.
Sementara Dosen Laboratorium Rekayasa Makromolekul Departemen Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UGM, Riris Istighfari Jenie menjelaskan bahwa pembuatan VTM mengacu pada protokol Centers for Disease Control and Prevention Amerika. Dalam proses pembuatannya memerlukan beberapa alat di antaranya biosafety cabinet, waterbath dan filter steril ukuran 0,20-0,45 mikron. Bahan-bahan yang digunakan fetal bovine serum (FBS) yang kemudian dilakukan heat inactivated, hanks balanced salt solution (HBSS), gentamicin sulfate, serta amphotericin B.
“Prosedur pembuatan VTM meliputi inaktivasi FBS di dalam waterbath penyiapan antibiotik dengan mencampurkan gentamicin sulfate, amphotericin B. Berikutnya bahan-bahan tersebut dicampurkan ke dalam buffer HBSS. Penyimpanan sediaan VTM dilakukan pada suhu 2-8°C,” jelasnya.
Riris berharap pengadaan bahan baku pembuatan VTM ini bisa lebih dipermudah atau mendapatkan prioritas mengingat beberapa bahan dipesan dari Jakarta. Sementara Jakarta dan beberapa daerah sedang menjalankan PSBB sehingga memperlambat proses pengadaan bahan baku tersebut.
Wakil Dekan bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni Fakultas Farmasi UGM, Endang Lukitaningsih menambahkan pembuatan VTM untuk mencukupi kebutuhan di laboratorium pengujian. Dalam produksi VTM ini melibatkan dosen dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang itu.
"Kami terus berupaya melakukan berbagai upaya untuk mendukung pemerintah dalam mengendalikan wabah ini, termasuk dengan produksi VTM untuk pengujian COVID-19," ungkapnya.
(shf)
tulis komentar anda