Pandemi COVID-19 Picu Perlambatan Kredit UMKM di Jawa Timur
Jum'at, 11 September 2020 - 15:08 WIB
SURABAYA - Kinerja kredit UMKM di Jawa Timur (Jatim) pada triwulan II 2020 hanya tumbuh 2,83% (yoy), melambat dibanding triwulan I 2020 yang tumbuh 9,50% (yoy). Kondisi ini disebabkan perlambatan kredit investasi UMKM.
Berdasarkan kelompok UMKM, pangsa penyaluran kredit didominasi segmen kelompok menengah. Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi sektor mikro.
Peningkatan kredit sektor mikro disebabkan program Pemprov Jatim untuk meningkatkan kualitas dan penguatan koperasi dan UKM yang berbasis digital.
“Perlambatan kredit UMKM menyebabkan penurunan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jatim. Pangsa kredit UMKM mencapai 27,60%,turun dibandingkan triwulan I 2020 yang sebesar 28,09%,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah dalam rilis laporan perekonomian Jatim dari BI, Jumat (11/9/2020)
Berdasarkan sektor ekonomi, mayoritas penyaluran kredit UMKM terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor industri pengolahan.
Hal inI menunjukkan peran UMKM dalam value chain perekonomian, diantaranya menjadi sektor hulu yang memasok sektor ekonomi unggulan.
Meskipun mendominasi, namun pertumbuhan kedua sektor ini cenderung turun pada triwulan II 2020, seiring dengan pembatasan berbagai aktivitas ekonomi yang mempengaruhi permintaan terhadap sektor UMKM.
“Terbatasnya aktivitas perekonomian selama pandemi COVID-19 berdampak pada peningkatan risiko kredit UMKM,” imbuh Difi. (Baca juga: Tidur Sekamar dengan Pria Lain, Istri Dokter di Pasuruan Digerebek Warga)
Pada triwulan II 2020 NPL kredit UMKM sebesar 3,91%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,76%. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan NPL terjadi antara lain pada sektor industri pengolahan. (Baca juga: Gubernur Jatim Khofifah Pastikan Kapasitas Bed Isolasi Pasien COVID-19 Mencukupi)
Ini seiring turunnya produksi dan permintaan masyarakat. Kemudian sektor konstruksi seiring tertundanya berbagai proyek pembangunan. Lalu sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum seiring rendahnya mobilitas masyarakat.
“Secara umum, peningkatan NPL tersebut merupakan dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan kontraksi perekonomian,” tandas Difi.
Berdasarkan kelompok UMKM, pangsa penyaluran kredit didominasi segmen kelompok menengah. Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi sektor mikro.
Peningkatan kredit sektor mikro disebabkan program Pemprov Jatim untuk meningkatkan kualitas dan penguatan koperasi dan UKM yang berbasis digital.
“Perlambatan kredit UMKM menyebabkan penurunan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jatim. Pangsa kredit UMKM mencapai 27,60%,turun dibandingkan triwulan I 2020 yang sebesar 28,09%,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah dalam rilis laporan perekonomian Jatim dari BI, Jumat (11/9/2020)
Berdasarkan sektor ekonomi, mayoritas penyaluran kredit UMKM terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor industri pengolahan.
Hal inI menunjukkan peran UMKM dalam value chain perekonomian, diantaranya menjadi sektor hulu yang memasok sektor ekonomi unggulan.
Meskipun mendominasi, namun pertumbuhan kedua sektor ini cenderung turun pada triwulan II 2020, seiring dengan pembatasan berbagai aktivitas ekonomi yang mempengaruhi permintaan terhadap sektor UMKM.
“Terbatasnya aktivitas perekonomian selama pandemi COVID-19 berdampak pada peningkatan risiko kredit UMKM,” imbuh Difi. (Baca juga: Tidur Sekamar dengan Pria Lain, Istri Dokter di Pasuruan Digerebek Warga)
Pada triwulan II 2020 NPL kredit UMKM sebesar 3,91%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,76%. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan NPL terjadi antara lain pada sektor industri pengolahan. (Baca juga: Gubernur Jatim Khofifah Pastikan Kapasitas Bed Isolasi Pasien COVID-19 Mencukupi)
Ini seiring turunnya produksi dan permintaan masyarakat. Kemudian sektor konstruksi seiring tertundanya berbagai proyek pembangunan. Lalu sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum seiring rendahnya mobilitas masyarakat.
“Secara umum, peningkatan NPL tersebut merupakan dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan kontraksi perekonomian,” tandas Difi.
(boy)
tulis komentar anda