Kapasitas PCR di Jateng-DIY Perlu Ditingkatkan 1.000 Spesimen Per Hari
Senin, 04 Mei 2020 - 11:00 WIB
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kapasitas tes PCR di Jawa Tengah dan DIY ditingkatkan, dari 600 menjadi 1.000 spesimen per hari.
Hal itu disampaikan Ganjar saat mengumpulkan tujuh pengelola laboratorium Kantor Gubernur Jateng, Minggu (3/5/2020). Ke tujuh pengelola itu di antaranya BBTKL Yogyakarta, Laboratorium Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (BBLVRP) Salatiga, RSUP Dr Kariadi, RSUD dr Moewardi, RSND Semarang, RSUD Wongsonegoro, dan RS UNS Solo.
Ganjar mengatakan, jumlah peningkatan kasus COVID-19 di Jawa Tengah cukup tinggi. Sampai saat ini, sudah ada 799 kasus positif, 30.056 orang dalam pemantauan (ODP), dan 949 pasien dalam pengawasan (PDP). Untuk itu, kecepatan tes PCR penting untuk meningkatkan manajemen penanganan COVID-19. Selama ini, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit lama hanya karena menunggu hasil tes keluar.
"Padahal saat tes keluar, ternyata negatif. Atau ada pasien yang sampai meninggal hasil tesnya belum keluar. Kami tidak mau itu terjadi terus, makanya kecepatan tes PCR ini sangat menentukan pengelolaannya," ujarnya.
Kepala Balai Litbang Vektor Salatiga, Joko Waluyo mengatakan, sampai saat ini pihaknya sudah melakukan pemeriksaan sebanyak 6.000 sampel. Dalam sehari, kapasitas di tempat itu juga sudah meningkat, dari 40 menjadi 150 sampel per hari.
"Sebenarnya kami bisa meningkatkan dua kali lipat asalkan ada penambahan alat ekstraksi otomatis. Selama ini, proses ekstraksi kami lakukan manual dan itu memakan waktu cukup lama dan kapasitas mesinnya juga sedikit," ungkap Joko.
Sementara mesin ekstraksi otomatis yang baru, pemeriksaannya sangat cepat. Dalam sekali ekstraksi, bisa digunakan untuk 200 sampel.
"Jadi kalau sehari bisa dua kali ekstraksi saja, sudah 400 sampel. Itu akan semakin cepat. Untuk itu kami berharap ada penambahan alat itu," katanya.
Hal itu disampaikan Ganjar saat mengumpulkan tujuh pengelola laboratorium Kantor Gubernur Jateng, Minggu (3/5/2020). Ke tujuh pengelola itu di antaranya BBTKL Yogyakarta, Laboratorium Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (BBLVRP) Salatiga, RSUP Dr Kariadi, RSUD dr Moewardi, RSND Semarang, RSUD Wongsonegoro, dan RS UNS Solo.
Ganjar mengatakan, jumlah peningkatan kasus COVID-19 di Jawa Tengah cukup tinggi. Sampai saat ini, sudah ada 799 kasus positif, 30.056 orang dalam pemantauan (ODP), dan 949 pasien dalam pengawasan (PDP). Untuk itu, kecepatan tes PCR penting untuk meningkatkan manajemen penanganan COVID-19. Selama ini, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit lama hanya karena menunggu hasil tes keluar.
"Padahal saat tes keluar, ternyata negatif. Atau ada pasien yang sampai meninggal hasil tesnya belum keluar. Kami tidak mau itu terjadi terus, makanya kecepatan tes PCR ini sangat menentukan pengelolaannya," ujarnya.
Kepala Balai Litbang Vektor Salatiga, Joko Waluyo mengatakan, sampai saat ini pihaknya sudah melakukan pemeriksaan sebanyak 6.000 sampel. Dalam sehari, kapasitas di tempat itu juga sudah meningkat, dari 40 menjadi 150 sampel per hari.
"Sebenarnya kami bisa meningkatkan dua kali lipat asalkan ada penambahan alat ekstraksi otomatis. Selama ini, proses ekstraksi kami lakukan manual dan itu memakan waktu cukup lama dan kapasitas mesinnya juga sedikit," ungkap Joko.
Sementara mesin ekstraksi otomatis yang baru, pemeriksaannya sangat cepat. Dalam sekali ekstraksi, bisa digunakan untuk 200 sampel.
"Jadi kalau sehari bisa dua kali ekstraksi saja, sudah 400 sampel. Itu akan semakin cepat. Untuk itu kami berharap ada penambahan alat itu," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda