Taktik Licik Belanda Kirim Mata-mata Warga Pribumi di Awal Ramadan Intai Pangeran Diponegoro

Senin, 03 Maret 2025 - 07:00 WIB
Awal Ramadan pada 1826 menjadi kesiagaan Pangeran Diponegoro dalam menghadapi pasukan Belanda. Foto/SindoNews
SEMARANG - Awal Ramadan pada 1826 menjadi kesiagaan Pangeran Diponegoro dalam menghadapi pasukan Belanda. Bagaimana tidak pascamarkasnya di Selarong dihancurkan Belanda, Sang Pangeran harus mencari markas baru yang lebih aman.

Operasi pengejaran oleh Belanda terus dilanjutkan hingga ke wilayah Yogyakarta Utara. Pimpinan operasi diserahkan kepada Jenderal Mayor Van Geen karena De Kock dipanggil ke Batavia. Van Geen melakukan tindakan yang sama dengan De Kock.

Operasi pengejaran dilanjutkan dengan mengerahkan tiga kolone, dan bergerak ke Desa Ngrajeg dan Jumeneng. Operasi ini gagal menemukan Diponegoro yang dikawal oleh pasukan Mandung yang dipimpin oleh Tumenggung Mertoloyo.





Sementara itu, Kolonel Cochius memperoleh informasi pemusatan pasukan Diponegoro ada di Pleret bekas keraton Sultan Amangkurat I yang berkekuatan 800-1.000 orang dan dipimpin oleh Tumenggung Wirodirejo alias Kerto Pengalasan.

Dikutip SindoNews, Senin (3/3/2025) dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia", bangunan benteng bekas istana setinggi lebih dari 20 kaki dan tebal, sangat baik untuk bertahan

Setelah melakukan persiapan, pada 9 Juni 1826 Kolonel Cochius dengan kekuatan 7.342 orang menyerbu Benteng Pleret dari empat penjuru. Setelah bertempur satu hari, yang banyak menelan korban dari kedua belah pihak Kerto Pengalasan dapat meloloskan diri ke arah barat, menuju Jekso (Dekso).



Pada operasi pengejaran ini, spionase atau mata - mata dari pribumi memberikan informasi perihal pelarian Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Beberapa spionase yang dikerahkan Belanda, satu spionase merupakan Abdi Dalem Ngabehi Pancayatna, yang diperintahkan mengamati markas Pangeran Diponegoro.

Lantas abdi dalem ini mengutus Ki Sapengawat mencari dan mengamati pesanggrahan Diponegoro, pada hari Ahad 8 Ramadan di 1826 Masehi. Di sanalah spionase Belanda itu sempat berkunjung ke rumah salah satu saudaranya, yang sempat bertemu Pangeran Diponegoro.

Sang Pangeran pun berujar, di bulan puasa atau Ramadan saat itu harus bersiaga karena lawan terus mengintainya. Sang spionase ini juga memperoleh informasi pasukan Diponegoro sudah berpindah markas hingga ke sebuah wilayah bernama Desa Jekso.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content